Isnin, 24 Disember 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Nelson Mandela habiskan Natal di rumah sakit

Posted: 24 Dec 2012 08:26 PM PST

Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela saat menerima kunjungan dari mantan Presiden AS Bill Clinton di kediamannya di Qunu, Afrika Selatan, dalam foto handout bertanggal 17 Juli 2012, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-94.(REUTERS/Peter Morey/Photographic/Handout)

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, Nelson Mandela, menghabiskan Natal di rumah sakit.

Menurut pernyataan resmi pemerintah yang dikutip laman BBC, dokter sudah mengonfirmasi bahwa mantan Presiden Mandela (94) harus menjalani perawatan di rumah sakit saat perayaan Natal.

Mandela di rawat di rumah sakit di Pretoria sejak dua pekan lalu karena infeksi paru-paru yang berulang. Dia juga menjalani operasi pembuangan batu empedu.

Publik Afrika Selatan mengkhawatirkan kesehatan Mandela. Mereka berharap Mandela dapat merayakan Natal di rumah, tapi menurut dokter ia belum cukup sehat untuk meninggalkan rumah sakit.

Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menyatakan kondisi Mandela "serius" tapi dia masih "merespon" perawatan.

Mandela, yang memimpin Afrika Selatan tahun 1994-1999, pertama terkena tuberkulosis tahun 1980, saat menjalani masa tahanan di Penjara Pulau Robben.

Ia juga telah tiga kali keluar-masuk rumah sakit dalam dua tahun terakhir.

Januari 2011 dia menjalani perawatan karena infeksi serius pada dada. Februari tahun ia kembali dirawat di Johannesburg karena gangguan perut.

Mandela tinggal di Qunu, sebuah desa kecil di Provinsi Cape Timur, yang menurut dia merupakan tempat dia menghabiskan masa kecil yang indah.

(nta)

Editor: Maryati

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

AS berencana jual Global Hawk kepada Korsel

Posted: 24 Dec 2012 07:58 PM PST

RQ-4 Global Hawk (www.wikipedia.org)

Republik Korea (Korea Selatan) membutuhkan pesawat intelijen berkemampuan pengintaian...

Berita Terkait

Washington (ANTARA News) - Pentagon secara resmi telah memberitahu Kongres tentang rencana untuk menjual empat pesawat pengintai tanpa awak Global Hawk kepada Korea Selatan.

Kesepakatan berdasarkan program Penjualan Militer Asing (FMS), jika disetujui akan bernilai hingga 1,2 miliar dolar AS, demikian menurut Badan Kerja sama Pertahanan Keamanan (DSCA) yang berafiliasi dengan Departemen Pertahanan, Senin.

Penjualan ini mencakup empat pesawat RQ-4 Block 30 Global Hawk yang dilengkapi kendali-pilot jarak jauh dengan Enhanced Integrated Sensor Suites (EISS), peralatan terkait, suku cadang, pelatihan dan dukungan logistik, tambah DSCA.

Pemberitahuan kepada Kongres adalah wajib bagi penjualan FMS. Kongres diperkirakan akan menyetujui rencana tersebut, kata satu sumber diplomatik.

"Republik Korea (Korea Selatan) membutuhkan pesawat intelijen berkemampuan pengintaian untuk memikul tanggung jawab utama mengumpulkan bahan intelijen dari Komando Pasukan Gabungan pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2015," kata lembaga itu dalam satu siaran pers.

Hal itu mengacu pada langkah Seoul untuk mengambil alih kendali operasional masa perang pasukannya dari Washington.

Militer Korea Selatan telah lama berusaha untuk memperkenalkan kendaraan udara tak berawak yang dibuat oleh Northrop Grumman yang berbasis di Virginia.

Pesawat tak berawak Global Hawk membawa radar tembus-awan, kamera digital elektro-optik resolusi tinggi dan sensor inframerah, yang memungkinkan untuk mendeteksi benda panjang 30 centimeter saat terbang pada ketinggian 20 kilometer.

AS tampaknya enggan untuk menjualnya kepada Korea Selatan, namun Washington telah mengubah posisinya di tengah pemotongan anggaran pertahanan.

Militer AS telah menurunkan pembelian Global Hawk, berkaitan dengan peningkatan kebutuhan ekspor.

Para kritikus mempertanyakan kemampuan Block 30 Global Hawk itu dibandingkan dengan harganya. Mereka mengatakan versi Block 30 Global Hawk kurang mampu seperti halnya pesawat tua Lockheed Martin, pesawat mata-mata U-2 yang berawak.

Angkatan Udara AS berharap untuk membeli lebih pesawat Blok 40 yang lebih maju untuk menggantikan Blok 30 sekarang ini, demikian laporan Kantor Berita Korsel, Yonhap.

(H-AK)

Editor: Heppy

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan