Ahad, 16 Disember 2012

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Front An-Nusra menyusup ke kamp pengungsi Palestina

Posted: 16 Dec 2012 07:16 PM PST

Ilustrasi (istimewa)

Berita Terkait

Damaskus (ANTARA News) - Lebih dari 300 petempur dari kelompok garis keras, Front An-Nusra,  menyusup ke kamp pengungsi Palestina, Yarmouk, di Damaskus, Minggu, dan bentrok dengan komite lokal di sana.

Peristiwa tersebut merenggut korban jiwa, menimbulkan kekacauan, dan gerakan menyelamatkan diri secara besar-besaran, demikian laporan media setempat.

An-Nusra, cabang dari Al Qaida di Irak, telah meningkatkan kehadirannya di area sekitar kamp tersebut selama beberapa hari belakangan dalam upaya untuk menyerbu, kata jaringan berita lokal, Ajel.

Ajel melaporkan bentrokan sengit berkecamuk di kamp itu.

Komite lokal di kamp tersebut dikuasai oleh Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina --Komando Umum (PFLP-GC), pendukung kuat pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Beberapa sumber dan saksi mata mengatakan puluhan warga sipil dan anggota komite rakyat tersebut telah tewas dan cedera di kamp Yarmouk selama bentrokan itu.

Kebanyakan petempur An-Nusra datang dari pinggiran Damaskus yakni Daraya, Ghouta Timur, Al-Hajar Al-Aswad dan Yeldah.

Sementara itu, Anwar Rajja, juru bicara PFLP-GC, membantah laporan media mengenai pembelotan jajaran PFL-GC dan tentang kepergian para pemimpinnya dari Damaskus ke Kota Pantai Suriah, Tartous.

Stasiun televisi Lebanon, Al-Manar yang dekat dengan pemerintah Suriah, menyatakan petempur An-Nusra membom kamp tersebut dari empat arah. Namun, belum ada keterangan mengenai korban jiwa.

Pada Minggu pagi, Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia, kelompok pegiat yang berpusat di London, menyatakan satu pesawat MiG Suriah membom beberapa bagian kamp itu, demikian laporan Xinhua.

Tapi, Rajja membantah laporan mengenai serangan udara tersebut.

Terlibatnya orang Palestina dalam krisis maut di Suriah menambah kerumitan lain pada bentuk politik di Suriah yang menampung lebih dari 500.000 pengungsi Palestina.

(C003)

Editor: Heppy

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Rupiah stagnan di posisi Rp9.630

Posted: 16 Dec 2012 07:15 PM PST

(ANTARA/Widodo S. Jusuf)

"Pergerakan nilai tukar rupiah mendapat sentimen negatif."

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi pembukaan pekan ini, Senin pagi, belum bergerak nilainya (stagnan) di posisi Rp9.630 per dolar AS.

Analis Trust Securities, Reza Priyambada, di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa membaiknya indeks manufaktur China belum mampu menguatkan nilai mata uang Asia karena tertutupi oleh sentimen dari Eropa.

"Pergerakan nilai tukar rupiah mendapat sentimen negatif setelah data-data Eropa bervariatif sehingga tidak terlalu menguatkan nilai mata uang berisiko terhadap dolar AS," kata dia.

Ia mengemukakan, Menteri Keuangan Uni Eropa sepakat terhadap dana pinjaman penjaminan (bailout) ke Yunani senilai 54,8 miliar dolar AS, namun ada penundaan dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Uni Eropa terkait integrasi anggaran hingga tahun depan.

Pengamat pasar dari Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengemukakan bahwa sentimen pasar global masih cukup fluktuasi.

Dikabarkan, menurut dia, juru bicara partai Republik AS mengajukan usulan baru untuk menaikkan pajak bagi kelompok masyarakat kaya diatas satu juta dolar AS per tahun.

"Sebelumnya Presiden Obama juga mengajukan usulan baru menurunkan target penerimaan pajak untuk dua persen kelompok masyarakat pendapatan tertinggi dari sebelumnya 1,6 triliun dolar AS menjadi 1,4 triliun dolar AS," kata dia.

Ia mengatakan, adapun China memberi sinyal toleransi terhadap perlambatan ekonomi dengan tetap mempertahankan kebijakan moneter yang hati-hati dan pro-aktif terhadap kebijakan fiskal.

"Kombinasi kebijakan itu mengindikasikan pemerintah China akan mengurangi injeksi yang eksesif dan menerima potensi pertumbuhan yang moderat. Untuk tahun 2013 pemerintah China masih memperkirakan pertumbuhan sekitar 7,5 persen," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan