Selasa, 21 Ogos 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Artis Israel Nyanyi bagi Perdamaian Iran-Israel

Posted: 22 Aug 2012 03:47 AM PDT

TEHERAN, KOMPAS.com - Arshia, seorang salesmen toko musik berusia 23 tahun di Teheran, ragu-ragu sebelum memutar album berbahasa Persia yang dinyanyikan Rita, penyanyi pop terkemuka Israel. Lagu-lagu Rita dilarang di Iran.

Dia mengecilkan suara sound system toko demi menghindari perhatian orang-orang yang lewat. Dia berbisik bahwa CD itu semakin populer meskipun peredarannya dihambat.

Lagu-lagu Rita memang dilarang di tempat kelahirannya, Iran. Ketegangan terus meningkat antara Iran dan Israel setelah sebuah harian Israel, Haaretz, mengatakan bahwa para pemimpin Israel sedang mempertimbangkan untuk mengebom fasilitas nuklir Iran sebelum pemilu AS pada 6 November mendatang.

"Orang bertanya kepada saya, 'Apakah Anda benar-benar akan membuat album dalam bahasa (Presiden Iran Mahmoud) Ahmadinejad?'" tutur Rita yang kini berusia 50 tahun dalam sebuah wawancara. "Dan saya menjawab, 'Saya harus melakukannya. Itu mengalir dalam diri saya.'"

Maliheh, seorang ibu rumah tangga Iran yang berusia 65 tahun, terpana saat melihat Rita bernyanyi di sebuah saluran TV satelit. "Gole Sangam adalah tentang bunga yang mekar di atas batu," katanya dalam sebuah pesta di rumahnya. "Itu berarti bahwa seseorang dapat mengatasi setiap kesulitan dan bertumbuh karena kesulitan-kesulitan itu."

Rita pindah dari Iran ke Israel ketika ia berusia delapan tahun. Dia punya sekitar 40 lagu yang populer dan disebut sebagai penyanyi perempuan papan atas Israel pada perayaan 60 tahun lahirnya negara itu. "Ibu saya, adik saya dan saya sangat rindu akan Iran. Kami akan senang berkunjung (ke sana)," katanya.

Lagu-lagu Rita menyebar pada saat rezim Iran "semakin tidak populer" dan orang-orang ingin tahu tentang Israel, kata Meir Javedanfar, seorang pengamat Iran-Israel di Herzliya Interdisciplinary Centre di Israel.

Rita mengatakan, dia termotivasi untuk membuat rekaman karena tindakan-tindakan para penguasa Iran. "Saya melihat ada tembok besar yang pemerintah bangun di antara rakyat," katanya. "Saya tidak berpikir rakyat menginginkan hal itu. saya mulai percaya bahwa kita rakyat bisa menggaruk tembok itu, atau mungkin membuat sebuah lubang kecil."

Editor :

Egidius Patnistik

Sembilan Tewas, 68 Cedera dalam Ledakan di Turki

Posted: 22 Aug 2012 03:07 AM PDT

Sembilan Tewas, 68 Cedera dalam Ledakan di Turki

Rabu, 22 Agustus 2012 | 10:07 WIB

Kompas/Musthafa Abd Rahman

Suasana pintu perbatasan Yayladagi di perbatasan Turki dan Suriah, Senin (13/8). Menurut para pelintas batas antarkedua negara, saat ini pintu gerbang Yayladagi menjadi pintu perbatasan paling aman di tengah konflik bersenjata yang terjadi di dalam Suriah.

TERKAIT:

ANKARA, KOMPAS.com - Sembilan orang, termasuk empat anak kecil, tewas akibat ledakan bom mobil yang dikendalikan dari jarak jauh di Turki tenggara, kata sejumlah pejabat Turki, Selasa (21/8). Sementara itu Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang merupakan partai terlarang membantah bertanggung jawab atas serangan itu.

Sebanyak 68 orang cedera dalam ledakan di dekat kantor polisi di Provinsi Gaziantep, Turki tenggara, Senin malam itu. Empat di antara mereka berada dalam kondisi kritis, kata Wakil Perdana Menteri Turki Besir Atalay kepada wartawan, Selasa.

Sebagian besar orang menderita luka ringan akibat terkena pecahan kaca, kata Atalay, yang menambahkan ledakan pada Senin itu membuat beberapa mobil terbakar. "Kendaraan yang digunakan dalam serangan tersebut merupakan mobil curian. Kendaraan itu dibawa ke tempat ledakan dengan menggunakan truk derek, dan banyak peledak ditaruh di dalamnya," kata Atalay.

"Kami membuat kemajuan dalam mencari mereka yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut," katanya.

Ledakan itu terjadi di tengah meningkatnya bentrokan antara pasukan keamanan Turki dan anggota PKK. Dalam dua bulan belakangan, PKK telah meningkatkan serangannya, termasuk menculik seorang anggota parlemen, melancarkan serangan di beberapa bagian barat negeri tersebut dan menjadikan warga sipil sebagai sasaran di berbagai kota kecil.

Namun dalam satu pernyataan yang disiarkan kantor berita pro-Kurdi, Firat News, PKK membantah telah melancarkan pemboman tersebut. "Pasukan kami tak memiliki kaitan apa pun dengan serangan ini. Kami tak menyerang warga sipil," kata PKK di dalam pernyataan itu.

Serangan tersebut tampaknya akan menambah parah hubungan yang sudah tegang antara Turki dan tetangganya, Suriah, karena para pejabat Turki menyatakan "adanya kerja sama" antara PKK dan rejim Suriah dalam kejadian itu.

Sumber :

Ant, Xinhua, Oana

Editor :

Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan