Selasa, 26 Jun 2012

Republika Online

Republika Online


Stres Berat? Tenang, Atasi Saja dengan Empat Hal Ini

Posted: 26 Jun 2012 09:11 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Stres bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali para wanita. Hal itu tidak dapat dihindari karena aktivitas harian yang sangat padat, pekerjaan, tekanan, dan banyak pikiran. Namun, yang terpenting adalah bagaimana wanita bisa mengatasi stres dengan keseimbangan hidup.
 
Menurut dokter ahli gizi dari Rumah Sakit Hermina Jakarta, dr Ida Gunawan MS SpGK, seringkali wanita modern melupakan pentingnya menjaga keseimbangan hidup karena sibuk beraktivitas.Akibatnya mereka kurang memerhatikan asupan nutrisi yang tepat serta menjalani gaya hidup yang kurang sehat.
 
Ida menyatakan, gaya hidup seimbang dipengaruhi empat hal. Yaitu nutrisi yang tepat, olahraga teratur, istirahat cukup, serta menjaga gaya hidup. Oleh karena itu  wanita perlu lebih memberikan perhatian pada kecantikan dan kebersihan kulit, tubuh, dan kesehatan..
 
Kaum wanita perlu mengonsumsi vitamin dan  mineral yang kaya antioksidan secara teratur. Menurut Ida, kebutuhan nutrisi adalah sangat individual karena dipengaruhi faktor usia, berat badan, tinggi badan, aktivitas fisik, kondisi kesehatan, dan jenis pekerjaan. Namun secara mudah kebutuhan nutrisi dapat ditentukan dengan menghitung berat badan ideal (BBI), kebutuhan kalori (BBI x 25 KKAL), jenis aktivitas, dan kebutuhan asupan makanan yang cukup.
 
Untuk kebutuhan standar, dibutuhkan 45 hingga 65 persen kabohidrat dari kebutuhan kalori total, 12 hingga 20 persen protein dari kebutuhan kalori total,  25  hingga  30 persen lemak kebutuhan kalori total,  5 hingga 6 jenis sayuran dan buah-buahan sehari, dan minum delapan  gelas air per hari. Nutrisi yang ideal untuk wanita aktif sebenarnya sama saja dengan pria,  tambah Ida.
 
Ida menyarankan para wanita untuk membawa makanan sehat dari rumah untuk menjaga kadar kolesterol dan gula tetap baik. Pasalnya, 80 hingga 90 persen penyakit berasal dari makanan. Jangan terlalu sering minum minuman kemasan. Proses penyakit terjadi bertahun-tahun. Sedini mungkin tanamkan pola makan sehat. Sebab banyak kasus karena pola hidup tidak sehat menopause wanita maju jadi usia 35 hingga 40 tahun, kata dia
 
Setelah kebutuhan nutrisi terpenuhi, maka langkah selanjutnya  adalah berolahraga secara teratur demi menjaga hidup seimbang.  Selain untuk membuat tubuh sehat dan  mengalirkan darah, olahraga  ternyata juga merupakan salah satu cara alami untuk menurunkan tingkat stres.

Nutrisi dan olahraga, sambung Ida, perlu ditunjang dengan istirahat yang cukup. Lamanya istrihat berkisar antara enam  hingga delapan jam per hari terrgantung pola istirahat tiap wanita. Dan terakhir, hidup seimbang perlu dilengkapi dengan tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kesehatan tuhuh, seperti minum alkohol, merokok, dan begadang.

Kalau gizi sudah seimbang, tidak diperlukan asupan suplemen. Biasanya suplemen dibutuhkan ketika kondisi badan sedang tidak fit,  jelas Ida. 

Jika Harus Bercerai...

Posted: 26 Jun 2012 08:04 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Siapa pun pasti tak pernah berharap menjadi orang tua tunggal (single parent). Keluarga yang lengkap dan utuh merupakan idaman setiap orang. Namun, adakalanya nasib berkata lain. Menjadi single parent dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak mudah. Terlebih, bagi seorang isteri yang ditinggalkan suaminya, karena meninggal atau bercerai. Paling tidak, dibutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan si buah hati, termasuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Pakar ahli jiwa AS, Dr Stephen Duncan, dalam tulisannya berjudul The Unique Strengths of Single-Parent Families mengungkapkan, pangkal masalah yang sering dihadapi keluarga yang hanya dipimpin orangtua tunggal adalah masalah anak. Anak, paparnya, akan merasa dirugikan dengan hilangnya salah satu orang yang berarti dalam hidupnya. ''Hasil riset menunjukkan bahwa anak di keluarga yang hanya memiliki orangtua tunggal, rata-rata cenderung kurang mampu mengerjakan sesuatu dengan baik dibandingkan aanak yang berasal dari keluarga yang orangtuanya utuh,'' kata dia.

Menurut Duncan, keluarga dengan orangtua tunggal selalu terfokus pada kelemahan dan masalah yang dihadapi. Ia berpendapat, sebuah keluarga dengan orangtua tunggal sebenarnya bisa menjadi sebuah keluarga yang efektif, laiknya keluarga dengan orangtua utuh. Asalkan, mereka tak larut dalam kelemahan dan masalah yang dihadapinya. ''Melainkan, harus secara sadar membangun kembali kekuatan yang dimilikinya,'' katanya.

Sedangkan, Stephen Atlas, pengarang buku Single Parenting, menuliskan, jika keluarga dengan orangtua tunggal memiliki kemauan untuk bekerja membangun kekuatan yang dimilikinya, itu bisa membantu mereka untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Dengan begitu, Duncan menyambung, ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari upaya itu bagi si orangtua maupun anak-anaknya. ''Dengan begitu, sebenarnya bukan sebuah halangan bagi wanita yang menjadi single parent untuk mendidik dan memelihara keluarganya,'' katanya.

Apalagi ada sebuah kajian psikologi yang menyatakan bahwa wanita bisa lebih kuat menghadapi perpisahan, baik itu kematian maupun perceraian dengan pasangan, ketimbang laki-laki. Wanita semestinya lebih tahan menderita karena secara sunnahtullah ia terlatih untuk 'kuat' menghadapi darah menstruasi di awal balighnya, hamil, dan melahirkan. Sementara, di usia baligh yang sama, anak laki-laki mungkin masih bermain-main. Namun, paparan ini bukan menjadi alasan untuk mudah memutuskan menjadi orang tua tunggal, apalagi karena perceraian.
 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan