Ahad, 22 April 2012

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


UN di perbatasan Indonesia-Timor Leste lancar

Posted: 22 Apr 2012 06:44 PM PDT

Kupang (ANTARA News) - Ujian Nasional tingkat SMP di perbatasan Indonesia-Timor Leste berlangsung secara serentak, aman, dan lancar dengan peserta 8.950 siswa, kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur Vinsen Saba.

"Lancar dan amannya pelaksanaan UN SMP sederajat di wilayah perbatasan ini berkat campur tangan banyak pihak dan kesiapsiagaan panitia dan pengawas di tingkat sekolah yang sudah melakukan antisipasi sesuai dengan petunjuk teknis yang ada," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Senin.

Saba yang saat dihubungi sedang mendampingi Bupati TTU Raymundus Sau Fernandez memantau UN ke sejumlah SMP di Kota Kefamenanu itu mengatakan, secara umum kondisi aman dan lancarnya ujian itu dialami para peserta UN tersebut.

"Artinya, bahwa nanti kalau ada pengaduan terhadap hal atau kekurangan yang dialami setelah UN hari pertama (23/4) itu, soal lain, tetapi untuk saat ini hasil pantauan aman," katanya.

Mantan Asisten Administrasi Pembangunan Sekretaris Daerah Pemkab TTU itu enggan mengomentari polemik sejumlah kecil kalangan soal perlu tidaknya UN SD hingga SMA, karena tidak didasari hasil penelitian secara valid dan sah sehingga terkesan hanya membuang-buang waktu dan tenaga.

Ia menyebut hasil penelitian yang dilakukan pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan justru menyebutkan ujian nasional mampu memberikan motivasi kepada anak, bahkan hingga 79 persen untuk belajar.

Bahkan, survei menunjukkan 37,2 persen siswa sangat khawatir terhadap kelulusan UN dan 37,2 persen lainnya merasa khawatir, sementara hanya 25 persen yang mengaku tidak khawatir.

Selain itu, survei juga menghasilkan data sebesar 56,0 persen siswa mengaku cemas menghadapi UN, 21,6 persen merasa biasa saja, sedangkan 22,4 persen sangat cemas.

"Jadi UN bagi kami di daerah masih penting, apalagi kalau benar tahun depan (2013), pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan kebijakan bahwa nilai ujian nasional sebagai `paspor` masuk perguruan tinggi negeri (PTN)," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Belu Patrisius Asa yang dihubungi secara terpisah mengaku, pelaksanaan UN tingkat SMP dan sederajat di wilayah setempat pada hari pertama (23/4) berjalan lancar.

"Peserta UN SMP/MTs/SMPLB di Kabupaten Belu sekitar 5.822 orang dan saat ini sedang mengikuti ujian akhir di lembaga pendidikan menengah itu," katanya. (PSO-084/M029)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Siswa SMP Barut carter kapal agar bisa ikut UN

Posted: 22 Apr 2012 05:50 PM PDT

Muara Teweh (ANTARA News) - Sedikitnya 21 pelajar SMP PGRI Desa Pendreh, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, terpaksa mencarter kapal motor atau "kelotok" di Sungai Barito untuk menuju desa terdekat guna mengikuti Ujian Nasional tahun ajaran 2011/2012.

"Selama UN, semua siswa serta guru terpaksa menyewa `kelotok` untuk pulang-pergi ke sekolah," kata seorang guru SMP PGRI Desa Pendreh, Kecamatan Teweh Tengah, Barito Utara, Hariyadi, Senin.

Hariyadi mengatakan selama berlangsungnya UN hingga 26 April 2012 siswa SMP swasta yang tinggal di desa pinggiran Sungai Barito harus menginduk untuk ikut UN di SMPN 4 Desa Lemo, Kecamatan Teweh Tengah.

Setiap hari, kata dia, puluhan siswa menggunakan sarana angkutan sungai tersebut ke desa terdekat. Kapal motor mereka carter Rp2,6 juta selama UN berlangsung.

Dengan kapal motor tersebut mereka menuju Desa Lemo dalam waktu antara 30-40 menit perjalanan.

"Biaya untuk carter `kelotok` diperoleh dari swadaya para siswa, karena pihak sekolah tidak memiliki dana untuk keperluan tersebut," katanya.

Hariadi menyebutkan setiap siswa membayar Rp300 ribu, dan kalau nanti masih ada sisa uang yang terkumpul itu, akan dimanfaatkan untuk dana tidak terduga lainnya.

Meski pihak sekolah mendapat dana bantuan operasional sekolah (BOS) dari pemerintah, uang itu tidak mencukupi untuk kegiatan belajar dan mengajar di SMP, satu-satunya di desa itu.

"Dana BOS hanya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan belajar dan sebagian honor guru yang belum menjadi PNS. Jadi tidak ada untuk biaya menyewa kapal motor untuk ikut UN," katanya.

Menurut dia, dipilihnya angkutan sungai ini karena dinilai lebih murah dan mampu mengangkut semua siswa.

Meski ada jalan darat ke Desa Lemo,kondisinya memprihatinkan, karena jalan dan jembatan kondisinya saat ini rusak.

"Kami berharap tahun depan sekolah kami ditingkatkan menjadi sekolah negeri dan dapat menyelenggarakan UN sendiri," ujar Hariadi.

Sekolah penyelenggara UN di kabupaten pedalaman Sungai Barito itu, sebanyak 26 sekolah dari 36 SMP negeri dan swasta serta Madrasyah Tsanawiyah (Mts) dengan peserta ujian 1.853 orang. (K009/A011)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan