Ahad, 1 Januari 2012

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Nunun Berharap Diberi Kesembuhan

Posted: 01 Jan 2012 07:10 AM PST

Tahun Baru

Nunun Berharap Diberi Kesembuhan

| Marcus Suprihadi | Minggu, 1 Januari 2012 | 21:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Tersangka suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI), Nunun Nurbaeti, berharap diberikan kesehatan di tahun baru 2012 ini. Dengan begitu, ia juga berharap bisa menyelesaikan tanggung jawabnya menjalani rangkaian pemeriksaan kasusnya di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga ke pengadilan.

Harapan dan doa itu ia sampaikan saat malam pergantian tahun di tempat perawatannya, RS Polri, Kramat Jati, Jakarta. "Harapannya Ibu, ingin lekas sehat, sehingga dapat menuntaskan pemeriksaan KPK hingga pemeriksaan persidangan di Pengadilan Tipikor," ujar kuasa hukum Nunun, Mulyaharja, saat dihubungi, Minggu, (1/1/2012).

Menurut Mulyaharja, karena kliennya tengah tidak sehat, tak ada yang istimewa dalam perayaan malam pergantian tahun di ruang perawatannya. Bahkan, tak ada Adang Daradjatun menemani Nunun pada malam itu. "Hanya ditemani anak-anak saja," jelasnya.

Sebagaimana diberitakan, istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun yang sebelumnya didiagnosa oleh pihak RS Polri mengalami Demensia atau penurunan memori pada otak, kembali dibawa pihak Rutan Pondok Bambu ke rumah sakit milik kepolisian tersebut pada Sabtu (31/12/2011) dini hari.

Pihak KPK dikabarkan pihak rutan bahwa tensi darah tahanan titipannya itu naik. Sebelumnya, Nunun tampak sehat seusai menjalani pemeriksaan di KPK.

 

Full content generated by Get Full RSS.

Presiden Reduksi Makna Kemerdekaan

Posted: 01 Jan 2012 05:06 AM PST

SURABAYA, KOMPAS.com- Abdul Aziz SR , dosen Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia menilai, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mereduksi maka kemerdekaan saat menyampaikan pidato kenegaraan sehari sebelum Peringatan HUT ke-66 RI, Selasa (16/8/2011) lalu.

"Soal makna kemerdekaan, SBY cenderung mereduksinya sebatas pembebasan bangsa dari keterjajahan asing. Bebas secara fisik belaka," katanya di Surabaya, Kamis (18/8/2011).

Menurut Aziz yang juga Direktur Centre of Public Policy Studies (CPPS) Surabaya ini, SBY tidak menyinggung sama sekali bahwa kemerdekaan di era kemerdekaan adalah juga pembebasan setiap anak bangsa dari belenggu kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, kelaparan, ketidakamanan, dan ketidaksetaraan, yang justru saat ini tengah menjadi masalah besar yang dihadapi bangsa ini.  

SBY juga tidak menyinggung bahwa kemerdekaan adalah juga lepas dari neokolonialisme ekonomi yang saat ini justru tengah mendera Indonesia. "Lihatlah, Indonesia sungguh-sungguh tidak merdeka sama sekali dalam mengelola sumber daya alam, karena lebih tunduk kepada kekuatan asing (multinational corporations)," tegasnya.

Soal penegakan hukum, lanjut dia, lebih berbicara pada tataran mendorong dan berharap bahwa lembaga-lembaga penegak hukum semakin baik, memiliki integritas dan besikap transparan. Untuk apa? "Presiden kok cuma berharap dan mendorong. Mengapa SBY sebagai pemimpin eksekutif tidak menejaskan kondisi riil penegakan hukum, kebobrokan lembaga-lembaga penegak hukum, berikut menjelaskan agenda bagaimana mengubahnya menjadi baik dan berwibawa. Itu tugas Presiden," katanya.

Soal konsolidasi demokrasi, SBY hanya sedikit menyinggung tentang kualitas partisipasi politik. "SBY sama sekali tidak menyinggung kondisi riil yang sesungguhnya mengenai realitas demokrasi kita. SBY seperti pura-pura tidak tahu kalau demokrasi kita sedang terancam, setidaknya oleh 3 (tiga) faktor," katanya.

Ketiga faktor itu adalah, pertama, politik uang yang sangat luar biasa, dan pelaku utama adalah partai politik. Kedua, menguatnya politik dinasti, baik di pusat maupun di daerah-daerah, termasuk di tubuh partai politik. Ketiga, krisis kepemimpinan di hampir s eluruh lini kekuasaan, akibat kekacauan dan ketidakberesan rekrutmen yang dilakjukan oleh partai politik.

 

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan