Selasa, 18 Oktober 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Pemprov Jatim dan Bank Dunia Susun Program Prioritas

Posted: 18 Oct 2011 07:24 AM PDT

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggandeng Bank Dunia dalam menyusun program prioritas pembangunan tahun 2012. Hal ini dilakukan untuk menentukan langkah perbaikan pada bidang perekonomian di provinsi ini.

Menurut Gubernur Jawa Timur Soekarwo di Surabaya, ada lima persoalan yang disarankan Bank Dunia kepada Pemprov Jatim yakni infrastruktur, iklim investasi, sumber daya manusia (SDM), pertanian, dan industri terutama agrobisnis.

Kelima hal itu sejalan dengan program Pemprov Jatim yang sudah dilakukan, sehingga bisa lebih fokus membuat program prioritas pembangunan. Artinya k onsep Pemprov Jatim sama dengan Bank Dunia.

Pemprov Jatim juga memiliki kebijakan solutif terhadap kelima bidang tersebut, seperti bidang infrastruktur terdapat pembangunan jalan-jalan aksesibilitas di sekitar sentra-sentra produksi. Bidang investasi, terdapat 4 jaminan dari Pemerintah te rhadap investor yakni lahan, perijinan yang mudah, tenaga terdidik, dan power plan.

Sementara di bidang SDM dan pendidikan, p emprov memberikan Bantuan Operasional Daerah (Bosda) Madrasah Diniyah, pertanian dengan meningkatkan rasio indeks pertanian untuk beras dari 1,86 menjadi 2 dengan cara menyelesaikan Bojonegoro Barrage dan Sembayat Barrage dan membuat sumur air da lam tanah di bawah 100 meter.

Pada bidang industri akan memfokuskan pada industri agrobisnis. Prospektusnya harus dibuat dan internal organisansi dibenahi, agar investor tahu persis mengenai prospek dan internal organisasi industri tersebut.

Soekarwo menambahkan, fokus program dan kegiatan pada RAPBD Tahun 2012 pada pelayanan dasar dan pro kemiskinan , serta fokus untuk pro pertumbuhan dan pro pekerja. Fokus program untuk pelayanan dasar dan kemiskinan antara lain berupa program khusus Bosda Madin, penuntasan buta huruf, sarana dan prasarana SMK, Jamkesda dan ponkesdes, renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 10.000 unit, dan Jalinkesra RTSM 110.000 Rumah Tangga.

Sedangkan pertumbuhan diarahkan untuk pemeliharaan, peningkatan, dan pembangun an jalan provinsi, stimulasi percepatan pembangunan infrastruktur kabupaten Rp 5 miliar stimulasi sektor produksi primer, industri pengolahan dan perdagangan, tambahan modal 1.000 koperasi wanita berpretasi, dan pembangunan 1.250 desa.

Sudah fokus Pada kesempatan yang sama, Country Director Advisor Indonesia Office World Bank William Wallace mengatakan, Jatim telah mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat tahun 2010 dan semester I tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi ini harus impulsif atau mencakup semua bagian masyarakat.

Dari studi dari Bank Dunia, Jatim perlu memfokuskan diri pada peningkatan infrastruktur, SDM terutama tingkat tenaga kerja yang pendidikannya masih rendah yaitu hanya 55 persen tingk at SMP, dan produktivitas di sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi fokus dikarenakan dapat menyerap tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur.

Bank Dunia menemukan jalan kabupaten dalam kondisi kurang baik. Jumlah jalan di Jatim semakin hari se makin bertambah, ini menandakan bahwa Pemprov Jatim memiliki fokus pada pembangunan jalan baru. Namun sepertinya melupakan perawatan jalan.

Rekomendasi yang diberikan adalah keseimbangan diantara pembangunan jalan baru dan perawatan terhadap jalan-jalan yang ada. Infrastruktur sangat diperlukan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, ujarnya.

Dalam sektor pertanian, Pemprov Jatim dinilai telah memfokuskan keamanan pangan. Itu merupakan hal yang tepat dilakukan pemprov. Untuk kedepannya perlu memikirkan, produksi beras di Jatim adalah tertinggi di Indonesia.

Tanaman padi memerlukan banyak air, sehingga memerlukan saluran irigasi yang terpadu. Jika perawatannya kurang maka dapat mengganggu produksi padi terganggu kedepannya. Sehingga perlu ada kese imbangan pada sistem irigasi, serta keseimbangan pada produksi tanaman pangan dan hortikultur agar dapatmeningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian.

Full content generated by Get Full RSS.

Ekpor Tekstil dan Mebel Jatim Belum Berdampak

Posted: 18 Oct 2011 07:22 AM PDT

SURABAYA, KOMPAS.com - Krisis ekonomi di Eropa belum berdampak secara signifikan terhadap industri tekstil dan mebel di Jawa Timur. Kendati demikian pelaku industri sedang menunggu order baru untuk periode mendatang, yang biasanya dilakukan Oktober hingga Desember.

Demikian dikemukakan Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Timur, Sherlina Kawilarang dan Sekretaris Eksekutif Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Chilman Suaedy secara terpisah di Surabaya, Selasa (18/10/2011).

Menurut Sherlina, ekspor tekstil Jatim pada 2011 termasuk Amerika Serikat d an Eropa akan meningkat hingga 23 persen. Memang ada penurunan tapi tidak signifikan, apalagi kebutuhan produk tekstil di Amerika Serikat dan Eropa cenderung meningkat, katanya.

N ilai ekspor tekstil Jatim ke berbagai negara diperkirakan mencapai 494 juta dollar AS hingga akhir 2011. Jumlah ini naik 23 persen dibanding realisasi ekspor 2010 yang mencapai 402 juta dollar AS . Apalagi hingga Juni 2011, API Jatim mencatat kinerja ekspor tekstil sebesar 247 juta dollar AS dan khusus negara-negara Uni Eropa sebesar 57,76 juta dollar AS.

Hal senada juga dikemukakan Chilman yang menyebutkan, krisis di Amerika Serikat dan Eropa belum mempengaruhi ekspor mebel Jatim. Biasanya kontrak baru dilakukan Oktober hingga Desember dan saat ini yang digarap order enam bulan lalu. Dia menam bahkan, dampak krisis di luar negeri akan mulai terasa pada November , ketika kontrak berlangsung.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim ekspor kayu dan produk kayu ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa masih mengalami kenaikan. Sementara periode Januari-Juli nilainya mencapai 385,681 juta dollar AS atau naik sebesar 39,21 persen dari tahun 2010 periode sama sebesar 358,681 juta dollar AS.

Pada periode Juli realisasi mencapai 83,965 juta dollar AS, naik 27,7 persen dari posisi Juni sebesar 65,751 juta dollar AS.

Chilman menambahkan, selama ini produk mebel Indonesia cukup d iminati karena bahan baku berupa kayu tropis yang memiliki tekstur kayu menonjol . Produk mebel Indonesia kalah bersaing di luar negeri hanya harga produk China lebih murah.

Justru dalam kondisi seperti sekarang, pemerintah perlu mendorong ketersediaan bahan baku dan mempermudah distribusi serta menerapkan suku bunga pinjaman perbankan lebih rendah. Kalau bahan baku tersedia, kinerja pasti lebih besar lagi, ujarnya.

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan