Ahad, 14 Ogos 2011

Sindikasi news.okezone.com

Sindikasi news.okezone.com


Mahasiswa Tagih Utang Rp20 Juta kepada Nazaruddin

Posted: 14 Aug 2011 01:21 AM PDT

DEPOK – Baru saja mendekam di Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, tersangka kasus suap Wisma Atlet M Nazaruddin didatangi seorang pemuda yang mengaku mahasiswa yang berasal dari Bandung, Jawa Barat.

Mahasiswa tersebut bernama M Mugis Ayommi yang memiliki ciri fisik sebagai pemuda asal timur Indonesia. Tiba–tiba saja, Ayommi menyambangi Brimob Kelapa Dua dan meminta izin kepada petugas jaga untuk bertemu Nazaruddin.

Alasannya agak lucu, yakni ingin menagih utang kepada Nazaruddin sebesar Rp20 juta. Menurut Ayommi, utang tersebut belum dibayar Nazaruddin sejak 6 Juli 2010 lalu saat Nazaruddin meminjam uang kepadanya. Uang tersebut, kata dia, diserahkan oleh Nazaruddin kepada pengusaha asal Makasar yang juga teman Nazaruddin yang bernama Ismail.

"Saya ke sini hanya ingin menagih utang kepada Nazaruddin, karena selama ini susah sekali bertemu dengannya. Sudah enam kali saya datangi kantornya dan sudah menelpon tetapi tidak diangkat dan ganti nomor. Kontak pak Ismail juga saya tidak punya, uang itu penting bagi saya untuk bayar kuliah. Nazarudin harus membayar utang yang kecil sebelum dia membayar utang yang besar kepada rakyat Indonesia," katanya di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Minggu (14/8/2011).

Ayommi mengaku mengenal Nazaruddin saat yang bersangkutan mencalonkan diri sebagai caleg DPR tahun 2009. Ayommi pun sempat menunjukkan bukti kuitansi yang tertera tanda tangan atas nama M Nazaruddin.

"Saya akan tagih terus, kalau dia tidak mau bayar juga, saya akan kerahkan anggota keluarga saya yang juga tentara," tandas Ayommi.
(ram)

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

DPR Desak KPK Jelaskan Ongkos Jemput Nazar Rp4 M

Posted: 14 Aug 2011 01:03 AM PDT

JAKARTA - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin telah meringkuk di sel Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Meski telah berhasil diburu hingga ke Kolombia, bukan lantas tak menyisakan masalah.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kini didesak terbuka menjelaskan alasan serta detail pengeluaran biaya penjemputan Nazaruddin yang boros dan menghabiskan uang negara sedikitnya Rp4 milliar.
 
Sekjen PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo menilai aneh mengembalikan seorang tersangka hukum dari luar negeri harus menggunakan jet pribadi yang menelan biaya sangat besar. "Pesawat komersial juga bisa, itu untuk pertimbangan efisiensi dan efektivitas. Tentunya KPK yang harus memberikan penjelasan terbuka," ujar Tjahjo saat dihubungi wartawan, Minggu (14/8/2011).

Dia beranggapan tidak masalah negara mengeluarkan dana besar untuk memburu pihak yang dianggap bisa membongkar kasus hukum tertentu, asalkan ada hasil jelas. Tjahjo menyindir KPK yang secara tidak adil memberlakukan tindakan yang sama terhadap semua tersangka kasus hukum yang melarikan diri ke luar negeri.

Penangkapan Nazaruddin adalah tanda berakhirnya episode pertama dramatisasi kasus oleh KPK dengan kesibukan luar biasa dari Interpol, pemerintah, penegak hukum, pengamat, media, politikus, dan seluruh rakyat Indonesia. "Hebat dan luar biasa fragmentasinya melebihi buronan terorisme yang dikejar oleh Interpol. Saya memimpikan langkah-langkah yang sama didalam memburu dan menuntaskan skandal lainnya," kata dia.

Hal senada disampaikan anggota Komisi III DPR dari Fraksi Gerindra Desmon J Mahesa yang menyatakan KPK harus mempertanggungjawabkan pengeluaran besar dalam proses penangkapan Nazaruddin. Desmon akan mendorong Komisi III DPR untuk memanggil KPK dan seluruh aparat hukum terkait untuk mempertanyakan keputusan pengeluaran dana hingga Rp4 milliar.

"Uang darimana itu? Kita punya hak mempertanyakan itu. Dari Negara? Lembaga mana saja? Atau adakah donatur lainnya? Kita juga mempertanyakan kemampuan KPK melakukan penyidikan," jelasnya.

Dia menambahkan perlu diteliti lebih jauh sejauh mana pemulangan Nazaruddin berdampak terhadap proses pemberantasan korupsi. Dia justru khawatir dengan cara-cara penegak hukum dalam memulangkan mantan Bendum Partai Demokrat itu. Dinilai, memanjakan Nazaruddin merupakan bagian dari operasi meredam Nazaruddin agar tak membongkar lebih jauh kejahatan yang ditudingkannya.

"Jadi sekarang harus hati-hati, apakah KPK yang tak beres atau Nazaruddin yang tak beres. Sekarang ini apa Nazaruddin tertangkap sendiri atau sebaliknya? Semua perjalanan Nazaruddin ini agak aneh," kata Desmon.

Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Basuki Eka Purnama menilai KPK seharusnya sejak awal tak memiliki opsi untuk memakai pesawat jet pribadi dalam proses pemulangan Nazaruddin.

Kata Basuki, KPK seharusnya sudah cukup memakai penerbangan reguler di kelas bisnis. "Yang penting KPK harus bisa menunjukkan jangan sampai hasilnya nanti membenarkan persepsi ada rekayasa atau 'deal' antara penegak hukum dengan yang bersangkutan," pungkasnya.
(ram)

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan