Isnin, 21 Mac 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Korban Banjir Lahar Dingin Terlantar

Posted: 21 Mar 2011 07:43 AM PDT

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Korban banjir lahar dingin Sungai Gendol di Sleman yang terjadi Sabtu petang, hingga kini masih banyak yang belum mendapat bantuan.

Warga yang rumahnya rusak berat diterjang material lahar dingin Merapi kini terlantar di pekarangan rumahnya. Sri Sumiyati (46) warga Tambakan, Sindumartani, Ngemplak, Sleman salah satu warga yang rumah ambrol mengaku hingga kini belum mendapatkan bantuan dari pihak pemerintah.

"Jangankan bantuan, sekadar ungkapan simpati dengan mengunjungi dan bertegur-sapapun belum ada, ya...beginilah jadinya mas, sudah dua hari terlantar, luntang-lantung tidak tahu mau ke mana. Rumah sudah tidak bisa ditempati, alat-alat masak juga tidak bisa digunakan karena rusak semua," terangnya saat ditemui ketika mengumpulkan sisa-sisa perkakas di rumahnya, Senin (21/3/2011).

Sumiyati mengatakan, bantuan mendesak yang dibutuhkan para korban lahar dingin di dusun Tambakan adalah makanan. "Kami sudah tidak bisa masak, selain karena peralatan rusak, bahan panganpun sudah tertimbun. untuk makan kami harus beli, atau menerima bantuan dari saudara atau tetangga," kata Sumiyati.

Setelah makanan tercukupi, bantuan yang diharapkan adalah kepastian nasib mereka nantinya. Adanya kepastian tempat tinggal berupa huntara atau shelter saat ini sangat mereka harapkan.

Sampai saat ini, menurut Sumiyati, belum ada pengumuman ataupun pendataan dari pemerintah. Warga sudah melapor ke perangkat desa namun belum mendapatkan tanggapan .

"Sebaiknya kan para korban ini dikumpulkan di suatu tempat atau diungsikan di balai desa, agar kalau ada bantuan menyampaikan dan membagikannya. Namun, itu juga tidak dilakukan. Kasihan para korban yang sanak saudaranya jauh dan kurang mampu,mereka betul-betul terlantar," ungkapnya.

Di Dusun Tambakan sendiri ada 8 rumah yang rusak diterjang material Merapi. Masuknya material Merapi ke dusun tersebut karena tanggul setinggi kurang lebih tiga meter yang memisahkan Sungai Gendol dan Dusun Tambakan jebol. Padahal, jarak antara tanggul dan dusun Tambakan cukup jauh.

Dengan adanya 8 rumah di dusun Tambakan yang rusak ini maka banjir lahar dingin yang terjadi Sabtu petang lalu telah menghancurkan setidaknya 40 rumah di Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Ngemplak. Dengan demikian total jumlah rumah yang rusak akibat terjangan banjir lahar dingin pasca erupsi Merapi 2010 telah berjumlah 76 rumah.

Baca Juga: Satu Keluarga Keracunan Jamur

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tragis, Balita Tewas di Septic Tank

Posted: 21 Mar 2011 07:29 AM PDT

SURABAYA, KOMPAS.com - Hati Sulastri, warga Jalan Bogangin Baru, langsung hancur saat mengetahui Michael Utomo (4) ditemukan sudah menjadi mayat, Minggu (20/3/2011). Putra bungsu yang dicarinya selama dua hari itu tewas di septictank tetangga.

Kabar mengenaskan itu sampai ke telinga ibu empat anak itu sekitar pukul 14.00 atau satu jam setelah mayat Michael ditemukan tertelungkup di septictank bangunan kos-kosan milik Pranoto di Jalan Bogangin Baru.

Septictank tersebut sebenarnya ditutup tujuh beton cor. Namun, di salah satu sudutnya terbuka. Diduga bocah itu tercebur di lubang sedalam 1,5 meter yang hampir separonya berisi air.

Beberapa tetangga yang tahu Michael hilang sejak Jumat (18/3/2011) lalu tak langsung mengabari sang ibu Sulastri. Mereka mengkhawatirkan kondisi psikologisnya. "Saya tidak boleh ke lokasi. Tetangga dan kerabat saya khawatir saya tidak kuat melihat Michael," tuturnya.

Benar saja, dia memaksa ke lokasi, tapi tak sadarkan diri begitu setiba di sana. Ditemui di rumahnya, Sulastri menuturkan, tidak mendapat firasat apa pun. Sehari sebelum hilang, Michael tampak ceria. "Dia menari-nari di depan saya. Padahal, dia pendiam dan tidak pernah segembira itu," imbuhnya dengan mata menerawang.

Hal senada dituturkan Jeselin, sepupu Michael. Menurutnya, Michael bahkan tak suka difoto. "Tapi akhir tahun lalu, dia malah meminta difoto. Saya sempat heran tapi tidak ada firasat apa-apa," ucapnya.

Michael adalah anak keempat pasangan Sulastri (33) dan Santoso (43). Selain Michael, pasangan ini dikaruniai Jonathan (11), Maria (10), dan Nicholas (6). Santoso sehari-hari bekerja menjaga tambak di Pasuruan. Dia pulang seminggu sekali.

Awalnya, Sulastri mengira anaknya diculik. Usai bermain layangan dengan Nicholas, pada Jumat lalu di halaman TK Harapan Ibu Jalan Kedurus, Michael tak kunjung pulang. "Niko (panggilan Nicholas) mengajak pulang karena dia kehausan. Tapi, Michael tidak mau," kata Sulastri.

Hingga petang, Michael tak juga pulang. Mulai khawatir, keluarga besar mencari bocah itu ke berbagai sudut kampung. Mereka kian kalut karena sampai Sabtu Michael tak juga ditemukan. Mereka lalu menyebarkan kertas bergambar foto Michael hasil jepretan Jeselin.

Pencarian pun diperluas hingga terminal, stasiun, bahkan bandara. "Kami meminta tolong ke stasiun televisi nasional dan radio untuk memberitakan hilangnya anak saya," ungkap Sulastri. Bahkan ada kerabatnya meminta petunjuk dari paranormal.

Jawaban untuk keluarga Sulastri akhirnya terjawab. Sayang, bukan kabar baik yang didapat mereka. Michael ditemukan Nurul, warga Jalan Bogangin Baru, sudah tak bernyawa.

Nurul sebenarnya hendak mengambil bola yang ditendang Sherly (6), anaknya, yang masuk ke septic tank. "Saya pikir itu boneka. Tapi saat saya lihat, ternyata manusia," ujarnya.

Dikonfirmasi Kepala Polsek Karangpilang AKP Ismail membenarkan kejadian itu. "Kami langsung mendatangi lokasi setelah mendapatkan informasi. Korban sudah kami evakuasi dan kami mintakan visum dari RS Bhayangkara Polda Jatim," tegas Ismail.

Ismail mengatakan, Michael diduga tewas karena tenggelam. Namun, untuk memastikan hal itu, pihaknya menunggu hasil pemeriksaan tim dokter.

Baca Juga: Disangka Bom, Ternyata Tas Milik Turis

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Sumber :

Surya
Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan