Jumaat, 18 Februari 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Menkes Bantah Lindungi Produsen Susu Formula

Posted: 18 Feb 2011 06:33 AM PST

Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih (kanan). (ANTARA/Maril Gafur)

Berita Terkait

Jambi (ANTARA News) - Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih membantah pihaknya berusaha melindungi produsen susu formula dengan tidak mengumumkan merk-merk susu yang diduga mengandung bakteri "enterobacter sakazakii".

"Siapa yang melindungi, kita dan BPOM memang tidak punya data merek produsen susu formula. Sebab yang melakukan penelitian itu kan IPB (Institut Pertanian Bogor)," kata Menkes, seusai meninjau Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattater Jambi, Jumat.

Dia juga menegaskan bahwa pihaknya bukan berpura-pura tidak tahu merek susu formula yang mengandung "enterobacter sakazakii" itu. Sebab, selama penelitian April hingga Juni 2006 yang dilakukan IPB itu tidak ada laporan yang diterimanya. IPB yang melakukan penelitian, dan lalu ia mempublikasikan hasil penelitian, bukan merek susu formula, ujar Menkes.

Menkes mengaku tidak memiliki kewenangan untuk mengintruksikan IPB membeberkan merek susu formula itu. "Penelitinya kan IPB, jadi seharusya rektor yang mengintruksikan penelitinya untuk mempublikasikannya,"jelasnya.

Menurut Menkes, masyarakat harus bisa membedakan mana yang susu formula dan susu bubuk. Kata dia, pemerintah tidak pernah menganjurkan bayi umur 0 hingga 12 bulan mengkonsumsi susu formula. Sebab susu formula merek apa pun tidak bagus untuk bayi baru lahir sampai setahun.

Dia mengimbau kepada para Ibu untuk lebih banyak memberikan ASI kepada bayinya sejak lahir. Kata dia, penelitian yang dilakukan selama 14 tahun terhadap ASI diketahui ASI memberikan manfaat sangat besar untuk anak, yakni mengurangi autism, meningkatkan kecerdasan anak, dan kekebalan.

Namun begitu, Menkes menjamin keamanan dan kesehatan susu formula yang beredar. Ia mengingatkan bahwa pemanfaatan susu formula ini harus mengikuti aturan yang ada.

Menurut dia, ada beberapa cara sebelum memberikan susu formula. Pertama susu tersebut jangan kadaluarsa, kedua harus memperhatikan kemasannya jangan sampai segelnya atau kalengnya rusak. Ketiga susu harus dibuat dengan air panas 100 derajat celcius.

Keempat jangan membuat susu terlalu banyak, dan jika sudah tidak diminum dalam waktu dua jam tidak layak dikonsumsi lagi. Terakhir adalah, susu yang sudah dibuat jangan disimpan untuk dikonsumsi kembali. "Tetapi ASI Ibu tetap yang terbaik bagi bayi,"ungkapnya.

Menurut situs Fakultas Pertanian IPB, "Enterobacter sakazakii" merupakan salah satu patogen gram negatif yang sangat mematikan pada bayi baru lahir, usia 0-6 bulan. Sementara bakteri Sakazakii merupakan ancaman bagi bayi berusia 6-12 bulan.

Angka kematian akibat infeksi E. Sakazakii pada bayi baru lahir sangat tinggi sekitar 40-80 persen terutama pada bayi prematur dan bayi dengan imunitas lebih rendah daripada bayi pada umumnya. Bakteri ini berada di saluran pencernaan dan ditemukan dalam berbagai produk seperti susu formula, keju, daging, biji-bijian hingga bumbu-bumbuan.

Bakteri E. sakazakii berkembang optimal pada kisaran suhu 30-40 derajat Celcius. Kontaminasi E. Sakazakii pada susu formula diperkirakan terjadi pada saat proses produksi. Bila satu sel bakteri mengkontaminasi, dalam lima hari produk susu tersebut telah mengandung endotoxin yang sangat berbahaya bagi kesehatan bayi. Hal ini, menurut situs tersebut, dibuktikan dari penelitian di seluruh dunia, bukan hanya di IPB.

(KR-YJ/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

PAMKI: Bakteri dalam Susu Formula Tidak Berbahaya

Posted: 18 Feb 2011 06:28 AM PST

Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) Prof Dr dr Sam Soeharto Sp.MK menegaskan bahwa bakteri yang disebut-sebut terkandung dalam sejumlah produk susu formula, termasuk bakteri Enterobacter Sakazakii tidak berbahaya bagi manusia.

"Ribut-ribut soal bakteri Enterobacter Sakazakii itu hanya salah paham dari masyarakat, karena bakteri itu tidak berbahaya, sebab di dalam usus manusia sendiri juga banyak mengandung bakteri," katanya kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.

Ia mengemukakan hal itu menanggapi hasil penelitian IPB terkait bakteri Enetrobacter Sakazakii pada susu formula yang menjadi polemik di kalangan masyarakat dan DPR RI, bahkan MA menyampaikan amar putusan untuk meminta Menkes mengumumkan hasil penelitian IPB itu.

Menurut Sam Soeharto yang ahli mikrobiologi di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, susu pun tidak ada ketentuan harus steril dari bakteri, karena bakteri dalam susu justru diperbolehkan dalam jumlah tertentu.

"Selama ini, bakteri Enterobacter Sakazakii pun tidak pernah ditemukan ada masalah dalam tubuh manusia," kata Ketua Harian Senat Akademik Universitas (SAU) Unair Surabaya itu.

Tentang kasus bayi prematur yang dipublikasikan lewat jejaring Internet yang mengalami infeksi dengan bakteri Enterobacter Sakazakii, ia menjelaskan, bayi prematur itu memang sangat rentan dengan apa pun.

"Kalau bayi prematur memang sangat rentan dan perlu penanganan khusus. Bukan karena bakteri Enterobacter Sakazakii. Bakteri memang ada yang ganas seperti bakteri cholera, tapi Enterobacter Sakazakii itu tidak apa-apa," katanya.

Ditanya tentang perlu-tidaknya IPB mengumumkan hasil penelitiannya kepada masyarakat, ia menilai hal itu tidak perlu karena jika hal itu dilakukan justru akan menimbulkan preseden dalam etika penelitian.

"Hasil penelitian itu akan percuma dan justru bermasalah bila disampaikan kepada masyarakat umum yang tidak paham soal bakteri, sehingga pengumuman itu akan justru meresahkan masyarakat," katanya.

Namun, katanya, hal mendasar yang tidak ada kaitannya dengan masyarakat paham atau tidak tentang bakteri adalah etika penelitian yang harus dipegang teguh oleh seorang peneliti.

"Karena itu, saya kira peneliti IPB harus bertahan pada sikap untuk tidak mengumumkan hasil penelitian itu, meski ada tekanan dari pihak mana pun. Bagaimana pun etika penelitian itu lebih patut dipertahankan," tegasnya.

Dalam kaitan itu, ia menambahkan PAMKI berencana untuk mengirimkan surat resmi kepada pemerintah (Menkes), IPB, dan DPR RI guna meluruskan pemahaman yang keliru tentang bakteri Enterobacter Sakazakii.

(E011/S019/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan