Sabtu, 4 Mei 2013

Republika Online

Republika Online


Memburu Sejarah Madiun, Patung Banteng, Riwayatmu Kini

Posted: 04 May 2013 09:23 PM PDT

Oleh Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, Peristiwa pergolakan di Madiun pada 1965 membawa konsekuensi berubahnya tata kehidupan masyarakat setempat. 

Untuk memerangi gerakan kelompok kiri, pemerintah Orde Baru melakukan pembersihkan segala hal yang berwarna merah, yang menjadi simbol gerakan kaum buruh. Termasuk juga simbol-simbol perjuangan kaum buruh coba dienyahkan.

Salah satu peninggalan benda bersejarah yang coba disingkirkan, namun masih tetap ada adalah patung banteng ketaton. Pembuatnya adalah pematung Trijoto Abdullah pada 1947. 

Patung itu dianggap mencerminkan semangat warga Madiun yang dikenal sebagai the Flame of Java dalam menghadapi agresi militer Belanda I.

Pematung kelahiran Solo pada 1917 itu menempatkan karyanya di depan Taman Makam Pahlawan (TMP) Madiun yang berada di poros jalan utama Kota Madiun.

Banteng yang terlihat sedang menunjukkan ekspresi marah itu digandengkan dengan patung seorang pejuang yang membawa bambu runcing. Di penyangga patung, diberi tulisan dengan semboyan 'rawe-rawe rantas, malang-malang poetoeng'

Namun karena dianggap sebagai ancaman penguasa, patung banteng dipindah ke kompleks Stadion Wilis, yang tidak termasuk jalur utama yang dilalui kendaraan. Sayangnya, kepindahan patung itu dilakukan secara asal-asalan. Kini, entah di mana patung banteng berdiri sendiri tanpa didampingi patung pejuang.

Itu pun kondisi patung banteng sangat memprihantinkan. Tanduk dan buntut patung sudah rusak karena tangan jahil seseorang. Ketika saya berkunjung, tanduk di sebelah kiri diberi sisa botol minuman wiski. Posisi banteng juga berubah, tidak lagi menghadap ke jalan raya, melainkan ke samping.

Menurut Koordinator Madiun Heritage Community Bernadi S Dangin, perpindahan patung karya Trijoto Abdullah itu terkait erat dengan perubahan peta perpolitikan di Indonesia.

Saat itu, karena pematung wanita pertama di Indonesia itu ditengarai memiliki kedekatan dengan kelompok kiri. Konsekuensinya, patung banteng juga dianggap simbol perlawanan terhadap pemerintahan yang baru.

Bedah Plastik di Inggris akan Diasuransikan

Posted: 04 May 2013 09:13 PM PDT

Minggu, 05 Mei 2013, 11:13 WIB

medicalretreatabroad.com

Bedah plastik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON – Asosiasi bedah plastik di Inggris berencana mengasuransikan pasien yang melakukan operasi plastik pada anggota asosiasi tersebut. Hal itu bertujuan untuk menutupi biaya jika terjadi kesalahan prosedur operasi.

Asosiasi Ahli Bedah Plastik Estetika Inggris (BAAPS) telah merancang peraturan Komitmen Bedah Estetika di pasar asuransi London, Lloyds. Hal itu dilakukan atas rekomendasi pemerintah.

Rekomendasi yang dipublikasikan April lalu itu dikeluarkan oleh direktur Layanan Kesehatan Nasional, Bruce Keogh dan diawasi oleh pemerintah. Rekomendasi berisi regulasi yang lebih ketat dan melindungi pasien melalui mekanisme asuransi.

Perawatan kosmetik merupakan bisnis yang sedang booming di Inggris. Tingkat penjualannya mencapai 2,3 juta Poundsterling pada 2010. Pengamat menduga bisnis ini akan menembus 3,6 juta Poundsterling pada penjualan 2015.

Para pengamat mengungkapkan skandal terbesar Inggris bahwa ribuan perempuan Inggris diberi implan silikon payudara dengan kualitas dibawah standar saat operasi plastik. Implan itu merupakan produk sebuah perusahaan Perancis, Poly Implant Prothese (PIP). PIP menujual produknya ke seluruh dunia.
''Tak ada prosedur yang bebas resiko dan regulasi ini dimaksudkan untuk mengantisipasi komplikasi umum. Sehingga warga yang melakukan operasi plastik pada anggota BAAPS dapat merasa tenang,'' kata konsultan bedah plastik dan Presiden BAAPS, Rajiv Grover.

Reporter : Fuji Pratiwi
Redaktur : M Irwan Ariefyanto

Rasulullah SAW melarang membunuh hewan dengan mengurungnya dan membiarkannya mati karena lapar dan haus.((HR. Muslim))

  Isi Komentar Anda

Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan