Khamis, 16 Mei 2013

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Rusia bantu Afsel kembangkan industri tenaga nuklir

Posted: 16 May 2013 08:14 PM PDT

Sochi (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan, negaranya siap membantu Afrika Selatan mengembangkan industri tenaga nuklir.

Putin membuat pernyataan itu dalam pertemuan dengan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma di resor Laut Hitam Suriah Sochi, di mana kedua pemimpin melanjutkan dialog yang mereka mulai pada KTT BRICS di Durban Maret 2013, ketika Putin pertama kali menyebutkan kemungkinan keterlibatan Rusia dengan proyek-proyek tenaga nuklir di Afrika Selatan.

"Rusia siap untuk membantu membangun industri tenaga nuklir yang komprehensif di Afrika Selatan," kata Putin kepada wartawan setelah pertemuan pada Kamis, seperti yang dilaporkan RIA Novosti.

Ia juga menegaskan, kedua negara akan bergabung pada proyek-proyek energi lainnya, termasuk pengembangan sumber energi alternatif.

Putin mengatakan pada KTT Durban bahwa Rusia bisa membantu Afrika Selatan dengan ekstraksi bahan baku, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir dan reaktor riset, desain serta produksi dalam negeri peralatan tenaga nuklir, dengan dukungan kredit Rusia.

Afrika Selatan memiliki dua reaktor nuklir yang menghasilkan lima persen dari kebutuhan listriknya.

Pemerintah Afrika Selatan memiliki komitmen untuk masa depan energi nuklir yang kuat, dengan rencana perusahaan untuk ditingkatkan lebih lanjut menjadi 9.600 MW pada dekade berikutnya, namun rencana itu menghadapi kendala keuangan yang parah, menurut World Nuclear Association.


Penerjemah: Askan Krisna

Sekjen PBB bertemu dengan Presiden Rusia

Posted: 16 May 2013 07:27 PM PDT

Moskow (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Ban Ki-moon, Jumat, akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov di resor Rusia selatan Sochi.

Pembicaraan diperkirakan akan fokus mengenai situasi di Suriah, demikian laporan RIA Novosti.

Ban sebelumnya mengatakan kepada RIA Novosti dalam satu wawancara bahwa ia berharap untuk membahas masalah penyelesaian Suriah selama kunjungannya ke Rusia dengan memperhitungkan peran penting negara itu dalam urusan internasional.

Sekitar 70.000 orang telah tewas di Suriah sejak awal pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad, menurut hitungan PBB.

Rusia, bersama dengan China, telah menghadapi kecaman luas karena penolakannya untuk menyetujui sanksi PBB terhadap rezim Bashar.

Moskow telah berulang kali menyatakan tidak memiliki kepentingan dalam melihat Bashar tetap berkuasa, tetapi agak khawatir bahwa sanksi sepihak akan menciptakan kekosongan kekuasaan yang akan mengakibatkan lebih banyak kekerasan.

Kepala PBB di Rusia mengunjungi Rusia pada 16-19 Mei. Ini adalah kunjungan keenam Ban ke Rusia, yang sebelumnya dilakukan pada April 2011.

Layanan pers presiden mengatakan pembicaraan Sochi akan menyinggung situasi di Timur Tengah, Afrika Utara, di Semenanjung Korea dan sekitar program nuklir Iran, konflik Mali, penyelesaian Siprus, peran koordinasi PBB dalam memerangi terorisme dan ancaman narkoba serta masalah lainnya.

Kementerian Luar Negeri Rusia sebelumnya mengatakan, pihaknya akan membahas dengan Ban aspek-aspek sosial dan ekonomi kegiatan PBB dan rencana pembangunan organisasi setelah 2015.


Penerjemah: Askan Krisna

Tiada ulasan:

Catat Ulasan