Selasa, 2 April 2013

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Arsip film Indonesia kini bisa digital

Posted: 02 Apr 2013 05:52 AM PDT

Jakarta (ANTARA News) - Lembaga arsip film Sinematek memanfaatkan teknologi dengan mengikuti era digital dan hari ini telah mengkonversi 29 film nasional dalam bentuk digital.

Kepala Sinematek Adisurya Abdy berharap dalam beberapa bulan lagi koleksi film Sinematek dapat dinikmati dengan perangkat berbasis internet melalui video streaming.

Dia mengaku sedang  mempersiapkan rencana ini bersama rekannya yang memahami dunia teknologi informasi.

"Enkripsinya nanti (film) nggak bisa di-download. Orang cuma bisa mengklik dan menonton," kata Adisurya saat jumpa pers di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Kuningan, Jakarta.

Sinematek, lanjutnya, tidak memiliki atau memegang hak cipta atas film yang disimpan di sana sehingga mereka tidak boleh memperjualbelikan film-film tersebut.

Selain dapat dinikmati melalui perangkat berbasis internet, Adisurya yang baru dua minggu ini menjabat Kepala Sinematek  berusaha agar pengunjung yang ingin menonton koleksi film memelajari sejarah film Indonesia dapat terbantu dengan sistem yang baru.

Ia berencana memasukkan film-film yang telah dikoneversi ke dalam bentuk digital pada data server.

"Sehingga besok-besok, kalau ada orang yang datang ke Sinematek untuk menonton atau memelajari film Indonesia, tinggal duduk, klik judul. Apakah ia mau lihat filmnya, posternya, atau mungkin musik ilustrasinya," jelas Adisurya.

Sekarang ini, dia mengaku Sinematek masih menggunakan cara manual dan tradisional dalam mencari koleksi film maupun memutar film-film itu.

Ia berharap dalam beberapa bulan ke depan, 300 judul film koleksi Sinematek dapat dinikmati pengunjung dengan cara yang baru itu.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti berpendapat Sinematek idealnya menjadi pusat film Indonesia.

"Ada arsip, pusat data dan informasi, pelatihan sinematografi, termasuk museum film yang terintegrasi satu sama lain," tuturnya.

Garin usung "Jawa yang multikultur" di Selendang Merah

Posted: 02 Apr 2013 05:21 AM PDT

Jakarta (ANTARA News) - Seri terakhir dari trilogi "Opera Jawa: Selendang Merah" garapan Garin Nugroho mengusung "Jawa yang multikultur".

Meski fokus pada kebudayaan Jawa, menurut Garin, ada sentuhan budaya lain, termasuk Nias, Bali, dan Sunda. Musik dan tari Jawa Tengah dan Jawa Timur dihiasi dengan komposisi karawitan dan tembang.

"Nanti ada juga topeng Papua, bayangkan topeng Papua yang digabung dengan nuansa Jawa," kata Garin di Jakarta, Selasa.

Selain itu, dia juga menggabungkan pola tradisional dengan sentuhan modern, seperti yang diterapkan pada tarian yang koreografinya digarap oleh Anggono Kusumo dan Danang Pamungkas.

"Tariannya adalah pengembangan pola tradisi kolaborasi dengan pola modern. Pola tradisinya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur," kata Anggono.

Anggono menjelaskan, para penari yang berpartisipasi di pertunjukan berdurasi seratus menit itu memiliki disiplin ilmu yang berbeda-beda, baik itu tari Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun modern.

Selain menjadi koreografer, Anggono juga didapuk menjadi Tuan Ledhek. Dia mengaku cukup kerepotan untuk menjalani dua tugas.

"Pasti ribet melakukan dua peran. Saya dianggap pas menjadi Tuan Ledhek sama garin, katanya 'Kamu kecil tapi gayanya nyebelin'," seloroh Anggono.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan