Khamis, 28 Mac 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Dalam Semalam, Jutawan Menjadi Orang Miskin

Posted: 29 Mar 2013 01:45 AM PDT

SYDNEY, KOMPAS.com — "Situasi buruk, buruk sekali," kata John Demetriu (65) sambil menghapus air matanya. "Saya kehilangan semua uang saya." John Demetriu sekarang tinggal di sebuah desa nelayan Liopetri di Siprus. Namun selama 35 tahun sebelumnya dia tinggal di Bondi Junction di Sydney, tempat dia bekerja selama bertahun-tahun menjual perhiasan asli dan imitasi.

Dia meninggalkan Siprus di tahun 1970-an ketika kawasan itu terlibat konflik dengan Turki, membawa istri dan anak-anaknya ke Australia. Di tahun 2007, dia kembali ke Siprus untuk pensiun dengan dana sekitar 1 juta dollar AS (lebih dari Rp 10 miliar) yang merupakan seluruh simpanannya. Dia berencana untuk membiayai pendidikan beberapa cucunya—yang tinggal di Siprus—agar bisa ke universitas. Dia juga harus membiayai ongkos kesehatannya karena memiliki gangguan jantung.

Bunga dari tabungannya cukup untuk pensiun dengan nyaman dan kadang melakukan perjalanan ke Australia. Dia juga sempat ingin membeli kapal. Semuanya itu belum sempat dilakukannya. Namun, sekarang semuanya itu tidak ada lagi. "Bila saya memutuskan untuk tinggal, saya memang akan membangun rumah. Namun sayangnya, saya tidak membuat keputusan tersebut. Hari Jumat, ketika hendak tidur, saya masih kaya. Namun ketika bangun, saya jadi miskin," kata John Demetriu kepada harian Sydney Morning Herald, Jumat (29/3/2013).

Seluruh uang simpanannya ada di Bank Laiki, bank yang menjadi korban utama dari paket penyelamatan ekonomi Siprus yang dibuat oleh Uni Eropa. Laiki akan ditutup. Mereka yang memiliki tabungan kurang dari 100.000 euro akan dipindahkan ke Bank of Cyprus. Mereka yang memiliki lebih dari itu dipastikan tidak akan mendapatkan kembali uang mereka karena seluruh aset bank tersebut akan diambil alih oleh para kreditor.

Minggu lalu, John mendengar rumor bahwa bank itu dalam kesulitan, dan dia kemudian menemui manajernya di Aiya Napa yang merupakan temannya, dan bertanya apakah dia harus memindahkan tabungannya. "Jangan khawatir, tidak ada masalah di sini," kata sang manajer.

"Sekarang, saya tidak bisa tidur. Saya hanya bisa jalan ke sana kemari memikirkan keluarga saya," tambah John. Anak John, George, yang pindah ke Siprus di tahun 1990, mengatakan bahwa situasi ini sangat buruk bagi ayahnya. "Saya masih bisa kembali ke Australia. Namun, ayah saya tidak bisa karena dia memiliki gangguan jantung. Dia tidak memiliki rumah di sini. Dia sekarang hanya punya 100.000 euro untuk pensiun," kata George.

John masih memiliki harapan tipis. Semua uangnya disimpan dalam dollar Australia di bank tersebut, bukan dalam bentuk euro. Oleh karenanya, ia berharap masih ada pengecualian. Namun, kantor bank tersebut sudah ditutup sehingga dia tidak bisa mendiskusikan hal itu dengan siapa pun.

"Saya sekarang ini seperti duduk di atas arang menunggu kata orang apakah akan terbakar atau tidak. Ini bukan uang dari Rusia, atau uang gelap, ini adalah uang saya," tambah John Demetriu.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, terdapat sekitar 5.000 warga Australia keturunan Siprus di sana. Kebanyakan adalah para veteran yang dulu menikmati pembangunan ekonomi pesat di tahun 1950-an, atau mereka yang menghindari perang di tahun 1974, tetapi sekarang kembali untuk pensiun.

Konsul jenderal Australia di Nicosia sudah mendapatkan banyak pertanyaan dari para warga berstatus warga negara ganda tersebut. Mereka sekarang diminta membuka akun baru sehingga pensiun mereka bisa dibayarkan. "Sekarang ini mereka yang paling terkena dampaknya adalah warga Australia yang memiliki rekening di Laiki Bank atau Bank of Cyprus. Untuk saat ini, kami belum perlu melakukan tindakan khusus," kata seorang pejabat konsul Australia di sana.

 

Pembebasan Bersyarat Corby Tinggal Masalah Teknis

Posted: 29 Mar 2013 01:35 AM PDT

SYDNEY, KOMPAS.com - Kemungkinan terpidana narkoba asal Australia Schapelle Corby mendapatkan pembebasan bersyarat dilaporkan semakin besar setelah Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin menjumpai Corby di LP Kerobokan (Bali), hari Kamis (28/3/2013).

Menkumham Amir Syamsuddin mengatakan bahwa pembebasan bersyarat tinggal menyelesaikan masalah teknis saja. Kakak Schapelle, Mercedes menyambut baik perkembangan tersebut. "Kami masih berharap Schapelle mendapatkan pembebasan bersyarat. Bagus sekali Menteri Hukum dan HAM bertemu Schapelle dan ada berita positif," kata Mercedes seperti dikutip situs news.com.au.

Mercedes masih dalam taraf penyembuhan di rumah setelah minggu lalu dipukul sejumlah pemuda yang bermaksud menjambret tasnya. Dia tidak mau memberikan komentar mengenai kondisi kesehatan dan aksi pemukulan tersebut. "Dia di rumah, dan semakin hari semakin sehat." demikian kata suami Mercedes, Wayan Widiartha.

Menkumham Amir Syamsuddin mengunjungi blok khusus terpidana wanita, dan sempat bertemu dengan Corby. Setelah pertemuan tersebut, kepada wartawan Amir Syamsuddin mengatakan masih ada peluang bagi Corby untuk mendapatkan pembebasan bersyarat. "Dia harus tetap berada di Bali,dan seseorang harus bisa memberikan dia kerjaan, atau mendukung secara finansial. Ini masalah teknis yang bisa kita selesaikan bersama, namun saya tidak menutup peluang dia mendapatkan pembebasan bersyarat," kata Syamsuddin.

"Saya bertemu semua napi wanita, tidak ada yang khusus. Saya bertemu dengan Corby hanya sebentar." lanjut Syamsuddin. Pernyataan Amir Syamsuddin ini mendapatkan sambutan baik dari keluarga Corby yang sekarang terus mempersiapklan berbagai dokumen bagi pembebasan bersyaratnya.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia L. Sastra Wijaya, yang juga bisa menjadi ganjalan adalah persetujuan Corby untuk menjadi "justice collaborator" atau bekerjasama dengan pihak berwenang untuk membuka jaringan penyelundup narkoba di belakang kasusnya.

Selama ini, Corby mengatakan tidak bersalah. "Untuk menjadi justice collabolator adalah bersedia membuat pernyataan untuk bekerjasama dengan pihak berwenang membongkar kasus yang diketahuinya." kata Amir Syamsuddin.

Kakak Corby, Mercedes dan suaminya Wayan Widiartha sudah setuju untuk mendukung Corby secara finansial dimana mereka akan tinggal bersama di Kuta bila dia dibebaskan. Pemerintah Australia juga sudah memberikan surat jaminan, dan para tetua adat di Kuta juga mendukung pembebasan bersyarat Corby dan memberi izin dia tinggal di sana bila dibebaskan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan