Jumaat, 15 Mac 2013

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


PBB peringati korban perbudakan

Posted: 15 Mar 2013 09:14 PM PDT

PBB, New York (ANTARA News) - PBB dijadwalkan meluncurkan satu pekan kegiatan pada Senin depan (18/3) untuk memperingati korban perdagangan budak tragis trans-Atlantik, demikian kata Wakil Juru Bicara PBB Eduardo del Buey kepada wartawan di Markas PBB, New York, Jumat (15/3).

"Hari Internasional untuk Mengenang Korban Perbudakan dan Perdagangan Budak Trans-Atlantik akan diperingati pada 25 Maret," kata del Buey dalam taklimat harian di Markas PBB, New York, AS.

"Untuk menyoroti pentingnya hari itu, PBB akan menjadi tuan rumah satu pekan kegiatan mulai 18 Maret dengan kedatangan salinan asli Proklamasi Emansipasi, yang ditandatangani oleh (Presiden AS) Abraham Lincoln dan Amandemen Ke-13 Undang-Undang Dasar AS," katanya.

"Dokumen tersebut akan dipamerkan di Lobi UN Visitor," kata del Buey sebagaimana dilaporkan Xinhua, Sabtu.

Pada 22 Maret, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dijadwalkan menghadiri konser Peringatan Emansipasi Global dan pada 25 Maret, di Hari Internasional itu sendiri, sekretaris jenderal PBB akan berbicara pada acara peringatan resmi Sidang Majelis Umum, katanya.

Selama lebih dari 400 tahun, lebih dari 15 juta lelaki, perempuan dan anak-anak menjadi korban perdagangan budak tragis trans-Atlantik, salah satu babak paling gelap dalam sejarah manusia.

Peringatan tahunan tersebut, 25 Maret sebagai Hari Peringatan Internasional bagi Korban Perbudakan dan Perdagangan Budak Trans-Atlantik, menjadi kesempatan untuk menghormati dan mengenang mereka yang menderita dan menemui ajal di tangan sistem perbudakan brutal, dan untuk mengangkat kesadaran mengenai bahayanya rasisme serta praduga hari ini.

Tema acara tahun ini "Forever Free: Celebrating Emancipation" memberi penghormatan bagi emansipasi budak di berbagai negara di seluruh dunia.
(C003)

Sekolah di AS tarik buku novel Iran

Posted: 15 Mar 2013 08:01 PM PDT

Chicago (ANTARA News) - Sekolah Negeri Chicago (SPC), pekan ini, memicu kontroversi dengan memerintahkan agar "Persepolis", novel grafis yang sangat terkenal mengenai seorang anak perempuan yang tumbuh di Iran saat Revolusi Islam, ditarik dari mata pelajaran.

Kepala Pelaksana CPS Barbara Byrd-Bennet, Jumat (15/3), mengatakan pemerintah lokal memang tidak melarang buku karya Marjane Satrapi itu, tapi sekolah telah memutuskan buku tersebut "tak layak buat penggunaan umum" dalam kurikulum kelas tujuh.

"Jika guru kelas tujuh Anda belum mengajarkan buku ini, tolong minta mereka untuk tidak melakukannya dan mengeluarkan buku itu dari ruang kelas mereka," kata Byrd-Bennet di dalam satu pernyataan sebagaimana dikutip Reuters.

Ia mengatakan buku tersebut memiliki "gambaran kuat mengenai penyiksaan" dan sekolah sedang mempertimbangkan apakah buku tersebut mesti dimasukkan ke dalam kurikulum kelas delapan sampai 10.

Kristan Starr, pejabat perpustakaan di Lane Tech, sekolah dengan pendaftaran terbatas buat siswa kelas tujuh sampai 12, mengatakan ia pada Rabu (13/3) diberitahu buku itu harus dikeluarkan dari ruang kelas dan perpustakaan.

Christopher Dignam, Kepala Sekolah Lane Tech, mengirim surel kepada stafnya pada Kamis untuk mengkonfirmasi instruksi tersebut.

Surat elektronik itu menyatakan personel CPS diinstruksikan untuk secara fisik mendatangi setiap sekolah sampai Jumat dan mengumpulkan novel tersebut dari semua ruang kelas serta perpustakaan.

Bahkan mereka diinstruksikan untuk memastikan bahwa buku tersebut ditarik dari murid dan guru.

Di dalam surelnya, Dignam mengatakan ia tak diberitahu alasan tindakan itu.
(C003)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan