Jumaat, 1 Februari 2013

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Zulkifli, Ahli Pelengkung Kaca Mobil dari Bireuen

Posted: 01 Feb 2013 07:48 AM PST

BIREUEN, KOMPAS.com - Namanya Zulkifli, namun orang lebih mengenalnya dengan sebutan Jul Kaca. Bukan tanpa sebab. Jul Kaca adalah satu-satunya ahli pelengkung kaca mobil di Bireuen, bahkan mungkin di Aceh.

"Para agen mobil dari Medan bahkan Sumatera lainnya pun sering memesan kaca mobil sama saya," ungkap Jul, Jumat (1/2/2013).

Pesanan itu biasanya karena kaca mobil pecah atau tidak dijual di pasaran untuk mobil-mobil mewah. Kendati beberapa jenis banyak diperjualbelikan, namun tingginya harga membuat konsumen enggan membeli produk pabrikan.

"Kalau sama saya ada negonya, kalau diukur perbandingan harga saya tidak tahu persis, tapi contohnya untuk satu kaca mobil jenis double cabin bila di toko dijual Rp 4.000.000, produk saya hanya Rp1.200.000," kata pria berperawakan kurus tinggi itu.

Alat kerja yang ia gunakan pun tergolong sederhana, yakni dengan menggunakan tungku pemanas dari pasangan bata dilengkapi cerobong asap di dalam sebuah gudang berukuran 8x6 meter persegi.

Selanjutnya kaca yang hendak dilengkungkan setelah dipotong sesuai ukuran, diletakkan di atas tumpukan bubuk gypsum di suatu wadah yang bertumpu pada alat pendorong yang dengan mudah dapat didorong ke dalam tungku. Bahan baku lain tak kalah penting adalah kayu bakar guna memanaskan kaca. "Karena kayu bakar sekarang susah maka sering saya gunakan bambu yang saya beli Rp 50.000 per sekali proses," ungkap Jul.

Dikisahkan Jul, usaha itu mulai ditekuni sejak 1985 yang diberi nama Bireuen Teknik Indonesia. Sebelumnya ia sudah berpengalaman sepulang dari magang di salah satu bengkel di Medan, selama dua tahun.

Mempekerjakan lima tenaga kerja, ia mematok tarif pembuatan kaca lengkung mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung tingkat kesulitan maupun ukurannya. Diyakini, dengan kualitas produksi tidak jauh berbeda dengan yang asli, konsumen hanya perlu mengeluarkan biaya lebih murah dibanding produk asli. Perperbedaan harga lebih murah 30 persen dari harga kaca asli bawaan pabrik menjadikan usahanya diminati sejak beberapa tahun lalu.

Namun bukan tanpa kendala, di tahun 2005 usaha miliknya sempat dilanda krisis. Selain itu, karena hanya mengandalkan peralatan sederhana, Zul hanya bisa membuat kaca lengkung berukuran maksimal 140 X 240 cm, dengan ketebalan maksimum 7 mm.

Sementara, Saat menyinggung omzet yang diraihnya, Jul mengaku dalam kurun tahun 1990an omzet-nya menyentuh angka Rp 2.000.00 per hari. "Karena saat itu pemesanan bus-bus sedang sejenis BE dan oplet tergolong tinggi," sambungnya.

Sedangkan saat ini, seiring melemahnya pesanan, omzetnya turun drastis hanya ratusan ribu rupiah saja per hari. 

Editor :

Glori K. Wadrianto

ASITA Maluku Tuntut Pengembalian Rp 1 Miliar

Posted: 01 Feb 2013 07:45 AM PST

Asita Maluku Tuntut Pengembalian Rp 1 Miliar

Penulis : Antonius Ponco A. | Jumat, 1 Februari 2013 | 15:45 WIB

AMBON, KOMPAS.com — Sedikitnya 40 biro perjalanan yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Maluku menuntut pengembalian uang sebesar Rp 1 miliar yang telah diserahkan ke Batavia Air.

Ketua Asita Maluku Welhelm Daniel Kurnala, di Ambon, Maluku, Jumat (1/2/2013), mengatakan, uang itu didepositkan ke rekening Batavia Air sebelum maskapai penerbangan itu dinyatakan pailit. Uang didepositkan sebagai syarat penjualan tiket pesawat tersebut oleh biro-biro perjalanan di Maluku .

Sebelum berhenti beroperasi karena pailit, Batavia Air melayani dua rute penerbangan ke Ambon dari Jakarta. Kedua rute itu adalah Jakarta-Ambon dan Jakarta-Surabaya-Ambon.

Daniel melanjutkan, biro-biro perjalanan di Maluku kesulitan menemui pihak Batavia Air di Ambon untuk menanyakan pengembalian uang tersebut.

Asita Maluku kesulitan menghubungi kurator yang ditunjuk Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk menangani segala urusan dan dampak penutupan perusahaan Batavia Air.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan