Jumaat, 1 Februari 2013

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Warga Sigi serahkan senjata rakitan "dum dum"

Posted: 01 Feb 2013 07:18 AM PST

Palu (ANTARA News) - Warga Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mulai menyerahkan senjata rakitan kepada polisi untuk menghindari bentrok antarwarga.

Kapolres Donggala AKBP M Sururi di Donggala, Jumat, mengatakan penyerahan senjata rakitan itu dilakukan setelah polisi membujuk warga karena kepemilikan senjata berbahaya adalah melanggar hukum.

"Kita juga melakukan razia di rumah-rumah warga sejak 16 Januari 2013," kata Sururi.

Senjata yang diserahkan warga atau hasil sitaan polisi itu berjumlah ratusan yang terdiri dari meriam rakitan, ketapel, anak panah, parang, senapan angin, dan senjata tajam.

Senjata api rakitan itu dalam bahasa setempat disebut "dum-dum" yang terbuat dari pipa sepanjang 60 cm hingga satu meter yang berbahan peledak dari mesiu petasan atau serbuk korek api.

Di dalam pipa yang dibentuk mirip senjata api laras panjang itu kemudian diisi pecahan kaca, paku atau potongan logam.

Jarak tembak senjata itu mencapai 10 meter hingga 20 meter yang arah letusannya tak beraturan, mematikan jika mengenai manusia.

Sururi mengatakan ratusan senjata rakitan tersebut nantinya akan dimusnahkan.

Dia juga mengimbau kepada warga untuk bisa mengendalikan diri dan tidak terpancing pihak-pihak tertentu yang sengaja membuat keonaran.

Selama Januari 2013, terdapat sejumlah bentrok antarwarga di Kabupaten Sigi yang menewaskan satu warga karena terkena tembakan senapan angin di bagian dada. (R026)

ECU Australia beri Da`i Bachtiar gelar professor antiteror

Posted: 01 Feb 2013 06:57 AM PST

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah universitas ternama Australia, Edith Cowan University (ECU) memberikan gelar professor (guru besar) bidang keamanan dan antiteror yang ke-2 kalinya kepada Da`i Bachtiar, mantan Kapolri dan Dubes RI untuk Malaysia.

Wakil Rektor ECU Professor Kerry O Cox menyerahkan sertifikat guru besar itu kepada Da`i disaksikan oleh Dubes Australia untuk Indonesia Greg Moriarty, rektor Univ Islam negeri Syarif Hidayatullah Komarudin Hidayat, mantan Kapolri dan mantan rektor Univ Pancasila Awaloedin Djamin di Jakarta, Jum`at sore.

Selain itu hadir pula mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh dan ketua Parsi (persatuan artis sinetron Indonesia) Anwar Fuadi.

Dubes Australia dan Prof Kerry mengatakan, pemberian gelar "dosen tamu" (adjunct professor) kepada Da`i karena kesuksesan mantan Kapolri kelahiran Indramayu, Jawa Barat, ini dalam membongkar jaringan pelaku bom Bali ke-1 tahun 2002 yang menelan korban jiwa di antaranya 88 warga Australia.

Selain itu, Da`i dinilai aktif dalam mendirikan sekolah dan pelatihan antiteror di Semarang yang dinamakan "Center for Law Enforcement Cooperation" (JCLEC). Banyak aparat kepolisian mancanegara belajar dan saling tukar menukar pengalaman di sana.

Mantan Kapolri ini juga aktif dan mendirikan yayasan LCKI (Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia) dan menjadi narasumber dalam berbagai seminar mengenai pencegahan kejahatan di dalam negeri maupun di luar negeri.

"Ini merupakan pemberian gelar professor ke dua kalinya. Sebelumnya, Edith Cowan University di Perth, Australia, juga memberikan gelar professor bidang keamanan dan antiteror kepada saya pada tahun 2009," kata Da`i.

Da`i Bachtiar yang juga mantan Gubernur Akademi Polisi Semarang selalu ingin berbagi pengalaman dalam membongkar jaringan terorisme ke berbagai penjuru dunia.

Ia membandingkan perbedaan dampak perang dengan teror. Menurut dia, dampak dari perang bisa diperhitungkan dan bisa diantisipasi. Tapi dampak dari teror sangat sulit diprediksi karena korban umumnya adalah rakyat yang tidak berdosa.

Menurut dia, ada tiga variabel yang menimbulkan terorisme, yakni ideologi, pengikut dan ketidakadilan. "Ideologi dan pengikut bisa diawasi, tapi yang namanya ketidakadilan ini sulit diprediksikan," katanya.

Da`i berkata, "Jadi jangan sampai ada ketidakadilan yang mencolok mata sehingga mendorong masyarakat untuk menjadi pengikut dalam suatu ideologi yang menggunakan teror dan kekerasan untuk mencapai keinginannya". (ANT)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan