Selasa, 5 Februari 2013

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


SBY Diminta Ambil Alih Kepemimpinan Partai Demokrat

Posted: 05 Feb 2013 01:21 PM PST

SBY Diminta Ambil Alih Kepemimpinan Partai Demokrat

Penulis : Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol | Rabu, 6 Februari 2013 | 03:59 WIB

Kompas.com/Ronny Adolof Buol

Gubernur Sulawesi Utara, SH Sarundajang ketika memberikan sambutan dalam Acara Pencanangan Perlindungan Sumber Mata Air di Desa Kali, Kecamatan Pineleng, Minahasa.

TERKAIT:

MANADO, KOMPAS.com - Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang selaku anggota Dewan Pembina DPP Partai Demokrat menyatakan sikap tegas terkait dinamika internal di Partai Demokrat. Menurut Sarundajang, langkah penyelamatan partai sudah sangat mendesak sehingga diperlukan langkah-langkah strategis yang konkret.

"Kami meminta Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengambil alih kepemimpinan partai yang sedang mengalami penurunan elektabilitas sebagaimana disampaikan lembaga survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) beberapa waktu lalu," ujar Sarundajang di Manado, Selasa (5/2/2013).

Ia mendukung penuh langkah pembenahan dan pemulihan partai oleh SBY sebagai wujud tanggung jawab mengembalikan citra dan kejayaan partai ke depan, terutama dalam menghadapi agenda Pemilihan Umum 2014. "Demokrat ini partai besar yang dulu disegani sebagai the rulling party. Sekarang sudah jatuh pamornya di mata publik. Masak kita biarkan sampai karam. Pak SBY harus ambil alih kepemimpinan dari tangan Anas yang terbukti gagal membawa partai ini lebih baik dan dicintai rakyat," ujar Sarundajang.

Ia berpendapat bahwa upaya pembersihan partai dari para pengurus dan kader partai yang terindikasi terlibat dalam kasus korupsi yang menjadi perhatian publik, serta menghapus stigma korupsi yang menjadi penyebab jatuhnya elektabilitas partai di mata rakyat. Sarundajang juga berharap kepada Komisi Pemberantasan Korupsi untuk segera bertindak tegas memeriksa Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum terkait dugaan korupsi yang selama ini beredar di media massa. Menurutnya, posisi Anas yang tersandera oleh opini publik sangat mengganggu dan terbukti melemahkan partai.

Sarundajang menyerukan kepada semua kader dan pengurus daerah untuk bekerja berorientasi pada rakyat. Ia juga meminta agar kader partai senantiasa menjaga nama baik dan kebesaran partai, bukan menyelamatkan individu pengurus yang justru akan membuat partai akan makin terpuruk. "Siapa yang cacat dan tidak bersih harus dipangkas," ujarnya.

Sarundajang yakin SBY akan mampu mengambil sikap tegas terkait situasi ini sehingga Demokrat mampu melewati masa-masa krisis.

Hatta Rajasa dan Prabowo Saling Sanjung

Posted: 05 Feb 2013 01:05 PM PST

Hatta Rajasa dan Prabowo Saling Sanjung

Penulis : Sabrina Asril | Rabu, 6 Februari 2013 | 03:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mendekati pemilihan umum, para tokoh yang disebut-sebut akan maju sebagai calon presiden mulai menjalin komunikasi. Dua di antaranya adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto. Keduanya melakukan pertemuan di kediaman Hatta, Minggu (3/2/2013) lalu. Apa saja yang dibahas kedua tokoh tersebut?

Sekretaris Fraksi PAN Teguh Juwarno mengatakan, keduanya membahas banyak hal termasuk soal perekonomian. "Prabowo juga memiliki pemikiran bagaimana membangun perekenomian nasional melalui perspektif beliau, perkembangan politik teraktual. Ya, kira-kira itulah yang dibicarakan mereka," kata Teguh, Selasa (5/2/2013) di Gedung Kompleks Parlemen Senayan.

Anggota Komisi V DPR itu menyebutkan, Prabowo memberikan masukan dalam konteks ekonomi. Di satu sisi pula, mantan Panglima Kostrad itu memuji kinerja Hatta sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Sebaliknya, Hatta juga mengapresiasi pemikiran Prabowo soal perekonomian. Dalam pertemuan itu, Teguh menilai keduanya memiliki banyak kecocokan.

"Kelihatannya chemistry, senyawanya, kok nyambung (antara PAN dan Gerindra)," ujar Teguh.

Menurut Teguh, pertemuan itu memang masih terlalu dini jika disebut sebagai koalisi. Namun, ia mengatakan bahwa pertemuan kedua tokoh yang digadang menjadi capres itu adalah hal yang positif. "Ini memberikan sinyal-sinyal baik karena tokoh-tokoh politik itu memberikan pesan kepada masyarakat, bahwasanya mereka berbeda parpol, tapi komunikasi secara personal tidak ada masalah. Ketika bicara nasionalisme, mereka bisa duduk bersama," kata Teguh.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan