Selasa, 4 Disember 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Israel Minta Izin Yordania untuk Bom Suriah

Posted: 04 Dec 2012 06:54 AM PST

JERUSALEM, KOMPAS.com — Israel beberapa kali meminta izin Jordania untuk mengebom lokasi senjata kimia Suriah. Demikian lapor The Atlantic, Senin (3/12/2012), yang mengutip sejumlah sumber intelijen di Israel dan Jordania.

Menurut laporan itu, Amman menolak sejumlah permintaan Israel tersebut dalam dua bulan terakhir dengan alasan "waktunya tidak tepat".

Jordania dilaporkan sangat berhati-hati untuk mengizinkan Israel mengebom situs-situs Suriah itu karena khawatir akan reaksi militer terhadap wilayah Jordania. "Sejumlah situs itu tidak jauh dari perbatasan," kata laporan itu yang mengutip sumber.

"Orang Jordania harus sangat berhati-hati dalam memprovokasi rezim itu dan mereka menganggap Suriah akan menduga adanya keterlibatan Jordania dalam serangan Israel," kata sumber itu.

"Anda tahu orang Israel, kadang-kadang mereka ingin mengebom segera, tetapi mereka diberi tahu bahwa dari perspektif Jordania, waktunya tidak tepat," tambah pejabat itu.

Sumber itu mengatakan, sejumlah permintaan Israel itu dikomunikasikan melalui perantara Mossad yang dikirim Kantor Perdana Menteri Israel. Kedutaan Israel di Washington tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari isu tersebut.

Sejumlah pejabat di Jerusalem tidak mau mengomentari laporan tersebut meskipun sebuah sumber mengatakan Israel "telah berbicara dengan pihak-pihak terkait" tentang isu senjata kimia Suriah itu. Dia tidak akan memastikan apakah Jordania termasuk salah satu dari negara-negara tersebut.

Sumber itu mengatakan, Israel sudah berbulan-bulan menyampaikan bahwa pihaknya prihatin dengan kemungkinan perpindahan sejumlah persediaan senjata kimia Suriah, yang terbesar ketiga di dunia, ke "para aktor yang jahat" seperti Hezbullah, Hamas, atau Al Qaeda. Dia mengatakan, Israel "merasa berhak untuk melakukan tindakan preemptif jika hal itu terjadi.

"Ini bukan hanya kepentingan Israel, melainkan juga kepentingan bersama masyarakat internasional," katanya.

Laporan di The Atlantic itu, yang dikutip Jerusalem Post, Selasa, muncul setelah laporan New York Times yang menunjukkan bahwa para pejabat intelijen Barat sudah melihat tanda-tanda mengkhawatirkan tentang kegiatan di situs-situs senjata kimia di Suriah. "Rezim Suriah sedang melakukan beberapa hal yang menunjukkan bahwa mereka berniat untuk menggunakan senjata itu," kata seorang pejabat intelijen Amerika kepada The New York Times.

"Ini bukan semata memindahkan barang-barang ke suaru tempat. Ini merupakan jenis kegiatan yang berbeda (dengan perpidahan biasa), " tambah pejabat itu.

Para pejabat AS belum yakin dengan niat Suriah terkait kegiatan di lokasi senjata kimia itu, tetapi mengatakan ada kemungkinan Damaskus tengah mempersiapkan untuk menggunakan senjata kimia sebagai upaya terakhir untuk menupas para pemberontak. Demikian laporan New York Times.

 

Editor :

Egidius Patnistik

Presiden Mesir Muhammad Mursi Kagumi Demokrasi Indonesia

Posted: 04 Dec 2012 06:46 AM PST

KAIRO, KOMPAS.com — Presiden Mesir Muhammad Mursi ketika menerima Ketua DPR RI Marzuki Alie hari Senin (3/12/2012) di Kairo menyatakan, pengalaman Indonesia yang telah berhasil menciptakan iklim demokrasi yang baik dalam pemilu presiden dan pemilu lainnya dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi Mesir yang sedang menjalani masa transisi.

Seperti diketahui, Mesir kini tengah mengalami krisis politik menyusul diterbitkannya dekrit presiden hari Kamis pekan lalu yang mengundang protes luas dari berbagai elemen masyarakat Mesir.

Mursi juga berkeinginan untuk mengunjungi Indonesia agar dapat mengenalnya lebih dekat.

Ketua DPR RI yang saat ini juga menjabat sebagai Presiden Parliamentary Union of Organization of Islamic Conference (OIC) Member Countries itu yakin bahwa Mesir akan berhasil melalui masa-masa sulit dalam proses demokratisasi yang saat ini sedang berlangsung.

Indonesia, lanjut Marzuki Alie, sebagai negara yang mempunyai kedekatan secara historis dengan Mesir, telah melakukan berbagai dukungan konkret untuk Mesir, di antaranya dengan telah diselenggarakannya lokakarya yang bertema "Building Electoral Democracy in Egypt: Lesson Learned from the Indonesian Experience" yang diselenggarakan di Kairo pada tanggal 25-26 Juli 2011 yang merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25- 27 Mei 2011.

Marzuki Alie secara khusus memberikan apresiasi kepada Mesir atas langkah antisipasinya dalam menciptakan terjadinya gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Hal itu, menurutnya, merupakan capaian penting Mesir dalam upaya mengembalikan perdamaian di kawasan Timur Tengah.

Marzuki Alie juga menekankan perlunya meningkatkan hubungan kerja sama ekonomi, khususnya investasi dan perdagangan yang kesempatannya masih terbuka lebar.

Koresponden Kompas di Kairo, Mustafa Abd Rahman, melaporkan, Presiden Mursi juga menyatakan dukungannya atas usaha Indonesia dalam turut mengupayakan perdamaian dan kemerdekaan Palestina. Pemerintah Mesir berjanji untuk senantiasa memberikan bantuan dan fasilitas atas kunjungan-kunjungan yang dilakukan melalui Mesir.

Ketua DPR RI bersama rombongannya dari Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) untuk Palestina dan Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) juga melakukan pertemuan dengan Majelis Syura Mesir.

Secara khusus, dalam kapasitasnya sebagai Presiden Parliamentary Union of Organization of Islamic Conference (OIC) Member Countries, Marzuki Alie mengundang Parlemen Mesir untuk turut bergabung dalam rombongan parlemen negara-negara OKI yang akan berkunjung ke Gaza yang direncanakan pada bulan Desember 2012.

Selain bertemu dengan Presiden dan Majelis Syura, di sela-sela keberadaannya di Mesir, Ketua DPR RI juga dijadwalkan untuk bertemu dengan Perdana Menteri Mesir Dr Hisyam Qindil.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan