Isnin, 22 Oktober 2012

Republika Online

Republika Online


Lawan Nordsjaellan, Juventus Diminta tak Setengah Hati

Posted: 22 Oct 2012 11:38 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Gelandang Juventus, Claudio Marchisio meminta rekan-rekannya tidak bermain api saat menjamu klub Denmark, Nordsjaelland, dalam lanjutan Liga Champions Grup E, di Juventus Arena, Rabu (24/10) dini hari WIB.

"Tidak ada pertandingan yang mudah di Liga Champions," katanya pada konfrensi pers seperti dikutip Football Italia, Selasa (23/10).

Apalagi playmaker 26 tahun menilai performa Juventus di kompetisi kasta tertinggi di Eropa tersebut sedang 'panas dingin' alias tak bagus. Dalam dua laga, Si Nyonya Tua hanya mampu memetik hasil imbang, melawan Chelsea 2-2, dan saat menjamu Shakhtar Donetsk 1-1.

Jadi, Marchisio menyatakan tidak ada alasan laskar Antonio Conte bermain setengah hati melawan Nordsjaelland. Sebab, laga nanti adalah laga paling menentukan bagi I Bianconeri di Liga Champions.

"Ini waktunya kami untuk menang," tegas punggawa Timnas Italia tersebut.

Saat ini Nordskaelland belum mendapatkan poin karena kalah dua kali dari Donetsk 0-2, dan Chelsea 0-4.

Usai Setahun Qaddafi Terguling, Libya Masih Suram

Posted: 22 Oct 2012 11:35 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Ketidakamanan mencengkeram Libya. Anggota milisi masih berkeliaran di negara itu setahun setelah mereka menggulingkan Muammar Qaddafi. Kondisi itu membuat penanam modal asing was-was dan menempatkan produksi minyak negeri itu pada masa depan suram.

Serangan pada September terhadap kosulat AS di Kota Benghazi, Libya timur, sehingga menewaskan duta besar AS Chris Stevens dan tiga stafnya, mempertegas betapa rapuh negara tersebut . Rakyat Libya kini sedang berjuang untuk keluar dari warisan kekuasaan Gaddafi selam 42 tahun.

Mereka bangkit menentang pemimpin mereka selama gelombang kerusuhan Arab guna menentang penguasa yang lama memerintah di negara mereka pada awal 2011. Namun mereka harus berjuang untuk menggulingkan Gaddafi, dengan bantuan aksi pemboman NATO.

Kebanyakan orang Libya tetap gembira karena Qaddafi telah pergi dan banyak dari mereka menyuarakan optimisme yang diselubungi kehati-hatian mengenai prospek negara mereka.

Tapi setahun kemudian, kerusuhan masih mengikuti negara Afrika Utara itu, saat Shehata Awami, Gubernur terpilih pertama di Benghazi, dapat memberi kesaksian.

Ia meletakkan jabatan tiba-tiba bulan lalu, terjebak di antara tekanan harian, yang seringkali ditopang dengan ancaman kelompok bersenjata, dari orang yang menuntut pekerjaan atau rumah dan pemerintah pusat yang lemah serta tak bereaksi di Tripoli.

"Pernah, beberapa anggota dewan menghubungi saya; mereka gemetar ketakutan. Seorang pria yang menuntut rumah telah memberitahu mereka,

 'Jika saya tidak mendapatkan apa yang ingini, saya akan berjalan ke dalam gedung kalian dengan dua tas berisi peledak dan meledakkan kalian'," kata Shehata sebagaimana dikutip Reuters .
 
 
"Setiap dua pekan saya mengirim delegasi ke Tripoli untuk bertemu pemerintah dan meminta bantuan," katanya. "Dan setiap kali kami diberitahu, 'Nanti, besok, kami tak bisa membantu sekarang'." Shehata mundur pada Agustus untuk kembali ke pekerjaan lamanya di sektor perbankan.

Ketidak-puasan merebak di seluruh Libya, bukan hanya di Benghazi, pusat aksi perlawanan terhadap Qaddafi. Kebudayaan menggunakan senjata telah berkibar, kata warga --yang memberi contoh pembajakan mobil, penculikan, perampokan bersenjata dan sengketa yang mengakibatkan baku-tembak antar-kelompok yang bersaing.

Pertempuran paling akhir di sekitar kubu mantan pemimpin Libya, Bani Walid, memperlihatkan perpecahan yang mendalam terus berkobar. Tripoli sering menuduh pengikut setia Qaddafi berusaha merusak kestabilan jalur demokratisnya.

Pemerintah telah gagal mengendalikan anggota milisi, kebanyakan mantan gerilyawan. Yang lebih buruk, pemerintah mengandalkan mereka untuk pengamanan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan