Khamis, 11 Oktober 2012

Republika Online

Republika Online


Masjid Nuruttaubah Lapeo

Posted: 11 Oct 2012 06:00 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, SULAWESI BARAT -- Ada hal yang tak bisa terpisahkan antara Imam Lapeo dan Masjid Nuruttaubah Lapeo. Ya, masjid tertua di tanah Mandar ini merupakan buah peninggalan dari perjuangan Imam Lapeo dalam menegakkan Islam di Sulawesi Barat. 

Masjid ini menjadi bukti sejarah otentik bagaimana Imam Lapeo mengajarkan Islam di tanah kelahirannya. Di masjid ini juga terdapat makam dari ulama yang pernah hidup di abad ke-19 itu. Hingga kini, masjid inilah yang paling rutin dikunjungi para peziarah di Sulawesi Barat. 

Upaya untuk membangun masjid ini bukanlah hal yang mudah. Banyak lika-liku cerita yang melingkupinya. Dalam sejumlah catatan bahkan disebutkan begitu banyak pula 'keajaiban-keajaiban' sebagai bentuk karamah dari Imam Lapeo. 

Konon, untuk membangun masjid ini Imam Lapeo harus berutang ke banyak tempat untuk membiayai pembangunan. Masjid ini ternyata juga mendapatkan sokongan dari para pedagang Cina. Lalu untuk menguatkan struktur menara digunakan sisa-sisa besi dari pembangunan jembatan Mapilli.

Masjid ini setidaknya menjadi salah satu dari 17 masjid yang tersebar di pesisir Sulawesi Barat yang pembangunannya diprakarsai oleh KH Muhammad Thahir atau yang dikenal sebagai Imam Lapeo. 

Si Kepala Plontos Lebih Berpeluang Jadi Bos

Posted: 11 Oct 2012 05:00 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilik kepala plontos mungkin bisa sedikit berbesar hati. Sebuah riset yang dilakukan Universitas Pensylvania menunjukan bahwa pria yang menggunduli kepalanya ternyata dianggap lebih maskulin dan dominan, juga lebih tinggi, kuat, dan berpotensi besar menjadi pemimpin alias bos. 

Kesimpulan ini didapatkan setelah Mannes, seorang dosen di Wharton School, Universitas Pensylvania, melakukan tiga penelitian untuk mengetahui persepsi orang terhadap pria berkepala gundul. Hasil studi Mannes ini diterbitkan di jurnal Social Psychological and Personality Science.

Pada penelitian pertama, Mannes melibatkan 60 responden. Mereka diperlihatkan sekumpulan foto-foto pria dengan usia sebaya dan berpenampilan sama, namun sebagian dari pria itu mencukur habis rambutnya dan sisanya berambut tebal.

Para responden kemudian menilai dalam hal seberapa kuat, berpengaruh, dan berwibawa pria-pria dalam foto itu. Hasilnya, pria dengan kepala digunduli menduduki ranking pertama.

Kemudian, pada penelitian kedua, Mannes menunjukkan gambar empat orang pria. Setiap gambar pria ditunjukkan dua kali, pertama dengan rambut dan kedua tanpa rambut. Hasilnya, pria tanpa rambut tidak hanya dinilai lebih dominan, tetapi juga terlihat lebih tinggi dan 13 persen lebih kuat.

Pada penelitian terakhir, Mannes mendeskripsikan secara verbal dan tertulis dua macam pria yakni yang berambut tebal dan dengan kepala digunduli. Sekali lagi, partisipan menilai pria dengan kepala digunduli itu lebih maskulin, kuat, dominan, dan potensi dalam memimpin lebih tinggi.

Mannes berteori bahwa keberanian untuk menggunduli kepala inilah yang membentuk persepsi tentang dominasi. Ia juga menemukan bahwa pria yang mengalami penipisan rambut dan membiarkannya begitu saja, dinilai kurang dominan dibandingkan mereka yang bernisiatif untuk menggunduli kepalanya.

Tapi, ini bukan berarti setiap pria sebaiknya menggunduli rambutnya, karena penelitian Mannes juga menunjukkan bahwa pria botak dianggap kurang atraktif dan terlihat lebih tua. 

"Jadi pria yang mengalami kerontokan rambut secara alami, dapat meningkatkan dominasi dan daya tariknya dengan mencukur rambutnya," kata Mannes yang juga berkepala gundul ini.

Ia mengatakan hasil temuannya ini seharusnya membantu para pria yang mengalami kebotakan untuk merasa lebih baik dan berhenti merasa malu dengan kondisinya, demikian seperti yang dikutip dari Time.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan