Selasa, 25 September 2012

Republika Online

Republika Online


Jokowi-Ahok Menang Tipis di Jakarta Pusat

Posted: 25 Sep 2012 10:35 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasangan calon gubernur DKI nomor urut tiga, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) menang tipis pada rekapitulasi penghitungan suara di wilayah Jakarta Pusat. Pasangan berbaju kotak-kotak itu hanya memimpin perolehan 7.102 suara dibanding rivalnya, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara).

"Pasangan nomor 1 memperoleh total suara sebanyak 249.427. Sedangkan Jokowi-Ahok memimpin dengan 256.529 suara. Total suara tidak sah dan sah 515.729. Sedangkan yang tidak sah 9.773 suara," jelas Arif Bawono, Ketua KPU DKI Kota Jakarta Pusat, pada rapat pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Tingkat Jakarta Pusat, di Hotel Orchard, Jakarta Pusat, Rabu (26/9).

Rekapitulasi suara dihimpun dari delapan kecamatan yang terdapat di Kota Jakarta Pusat. Masing-masing pasangan calon sama-sama unggul di empat kecamatan. Foke-Nara, unggul di Kecamatan Tanah Abang, Menteng, Senen, dan Johar Baru. Sedangkan rivalnya memimpin di Kecamatan Cempaka Putih, Sawah Besar, Gambir, dan Kemayoran.

"Tapi di Kecamatan Sawah Besar, pasangan nomor tiga menang telak dengan selisih suara yang sangat besar. Mencapai 15.138 suara," papar Arif.

Total suara yang mencapai 9.773, menurut Arif, karena pemilih tidak menggunakan alat pencoblosan dengan benar. "Tetapi yang paling banuak karena mereka mencoblos kedua pasangan calon sekaligus," ucapnya.

Muslim AS Jembatani Identitas Anak dengan Budaya Barat

Posted: 25 Sep 2012 10:29 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menjadi tantangan bagi Muslim AS dalam mendidik anak-anak mereka ditengah lingkungan yang kental akan budaya barat. Mereka dituntut untuk tetap menjaga identitas Muslim dalam diri anak-anaknya.

Farhat Husain, salah satu orang tua, mengaku masyarakat AS sangat menghargai perbedaan. Karenanya, anak-anak perlu mendapat dorongan guna memberi perhatian pada nilai-nilai agama.

"Di sini, sangat Amerika," kata dia seperti dikutip washingtonpost.com, Rabu (26/9).

Husain yang merupakan imigran asal Pakistan itu mengungkap sejak awal dirinya memberikan pendidikan Islam kepada anak-anak. Ia juga memberikan pemahaman tentang budaya barat sebagai pelengkap.

"Anakku yang bungsu, Saadia, sedari kecil telah membaca buku tentang Islam. Sidrah, anak pertama, juga demikian," kata dia.

Sidrah (19 tahun), mahasiswa Wellesley College, mengaku pendidikan itu sangat berarti baginya. Ia bahkan merasa sangat terbantu ketika bergaul dengan teman sebayanya.

Relawan American Community Center, Othman Mohammad, menilai jangan sampai pendidikan itu membuat anak-anak merasa terpinggirkan. "Ini yang dikhawatirkan. Ketika anak-anak dari keluarga Muslim melihat anak-anak AS, mereka seolah berbeda," kata dia.

Karena itu, pendidikan anak sebaiknya mengedepankan pemahaman bagaimana seorang Muslim hidup di lingkungan berbudaya barat. Jadi, keluarga bukan berarti mengisolasi anak.

Suzi Ismail, pengembang kurikulum Center for Muslim Life, mengatakan aneh jika orang tua mengisolasi anak hanya karena khawatir akan menghilangkan identitas anak sebagai Muslim. Alangkah bijak bila orang tua membekali dan mendidik anak sehingga mereka siap menghadapi lingkungannya.

"Jangan buat mereka berhenti bergaul," kata dia.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan