Khamis, 21 Jun 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Pakistan Dianggap "Lecehkan" AS

Posted: 22 Jun 2012 03:56 AM PDT

WASHINGTON, KOMPAS.com - Peningkatan gangguan terhadap utusan AS oleh pejabat Pakistan "merusak secara signifikan" pekerjaan petugas AS disana, demikian isi laporan Departemen Luar Negeri AS.

Dalam laporan tersebut disampaikan bahwa interfensi pejabat Pakistan di tahun 2011 mencapai "tingkat baru dalam intensitas".

Operasi penggerebekan AS terhadap rumah perlindungan Osama Bin Laden dan serangan udara NATO yang menewaskan 24 tentara Pakistan diidentifikasi sebagai titik balik hubungan kedua negara.

Dalam beberapa bulan ini memang terlihat adanya hubungan yang memburuk antara AS dan Pakistan.

Pakistan menarik kerjasama militer akibat serangan udara yang mematikan November silam, dan diyakini menandakan perubahan hubungan diantara AS dan Pakistan.

Laporan yang dibuat oleh Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri itu menyatakan bahwa pemerintah Pakistan menginterfensi pekerjaan AS di negara mereka. Masalah tersebut dikatakan semakin memburuk dan direkomendasikan harus ada langkah yang diambil oleh jajaran tertinggi pemerintahan AS dan Pakistan.

"Gangguan dan pelecehan pejabat Pakistan, adalah sebuah masalah endemis di Pakistan, telah meningkat ke posisi dimana mengganggu misi operasi dan implementasi program," demikian isi kajian Deplu AS.

Gangguan sistematis

Dalam laporannya digambarkan bahwa pelecehan itu dilakukan secara "sengaja dan sistematis" dan sejumlah gangguan itu diantaranya adalah penundaan pemberian visa, menahan kapal muatan untuk proyek konstruksi, dan tindakan mata-mata terhadap para pegawai.

Laporan ini juga mengklaim bahwa petugas AS selalu menjadi sasaran dibandingkan diplomat internasional lainnya. "Misi diplomat lainnya juga mengalami perlakuan yang sama, tetapi jelas yang menjadi target utamanya adalah Amerika Serikat," kata laporan tersebut.

Laporan dibuat berdasarkan kunjungan misi AS ke sejumlah kota Pakistan di Islamabad, Karachi, Peshawar, dan Lahore.

Disebutkan bahwa penggerebekan tempat perlindungan Bin Laden memalukan bagi pemerintahan Pakistan, karena dianggap sebagai ''ketidakmampuan pemerintah Pakistan untuk mendeteksi atau mempertahankan diri terhadap intervensi militer. Sejumlah peristiwa dalam beberapa tahun terakhir mengguncang hubungan AS-Pakistan dan secara fundamental mengubah asumsi kerjasama AS dengan Pakistan sejak 2009,'' demikian isi laporan tersebut.

Pilot Pesawat Suriah Minta Suaka di Yordania

Posted: 22 Jun 2012 03:11 AM PDT

AMMAN, KOMPAS.com - Pilot pesawat tempur Suriah yang mendarat di pangkalan militer di Yordania utara meminta suaka, kata para pejabat setempat.

BBC, Kamis (21/6) melaporkan, Menteri Penerangan Yordania Samih al-Maaytah mengatakan pilot pesawat tempur MiG-21 saat ini tengah diperiksa. Televisi Suriah mengatakan pesawat tempur yang diterbangkan oleh kolonel angkatan udara itu, hilang dalam misi latihan.

Insiden itu terjadi di tengah gempuran di kota Homs dan tim Palang Merah ingin menuju sana untuk membantu proses evakuasi warga sipil.

Pesawat buatan Rusia MiG-21 mendarat di pangkalan udara Raja Hussein di Mafrak, dekat dengan perbatasan Suriah, kata para pejabat.

Pembelotan ini diperkirakan adalah yang pertama dan melibatkan pilot Suriah dan pesawat negara itu.

Seorang juru bicara kantor berita pemerintah Suriah, Sana menyebut pilot itu adalah Kolonel Hassan Mirei al-Hamadeh.

Juru bicara Tentara Pembebasan Suriah, Ahmad Kassem, mengatakan kelompok oposisi itu yang mendorong pilot untuk membelot, lapor kantor berita Associated Press.

Pemboman terus berlangsung

Sumber keamanan Yordania mengatakan pilot itu terbang dari bandara militer al-Dumair, di timur laut Damaskus.

Wartawan BBC di Beirut mengatakan Kolonel Hamadeh kemungkinan terbang di atas kawasan Deraa di perbatasan selatan, tempat terjadinya pertempuran sengit.

Para pegiat mengatakan 18 orang meninggal di kota Inkhel setelah serangan bom oleh pasukan pemerintah.

Di kota Homs, pasukan pemerintah dan pemberontak sepakat Rabu (20/06) untuk melakukan gencatan senjata dua jam agar para pekerja bantuan dapat masuk ke kawasan tempur.

Pertempuran di banyak kota Suriah menyebabkan banyak gedung yang hancur.

Palang Merah Internasional, ICRC, bersama dengan bulan sabit merah Suriah memiliki tim yang siap untuk membantu evakuasi warga sipil dan menyalurkan bantuan.

Namun pemboman masih terus berlangsung.

Waleed Faris, seorang penduduk di salah satu kawasan yang akan dibantu ICRC, mengatakan pemboman paling besar terjadi pada Kamis (21/06) pagi dan belum ada tanda-tanda, pertempuran akan mereda.

"Pagi ini, terjadi pemboman besar. Sekarang ini saya dapat mendengar satu atau dua mortir jatuh setiap setengah jam. Hari ini bisa dikatakan tenang dibandingkan beberapa hari sebelumnya," kata Faris kepada kantor berita Reuters.

Kepala unit operasi ICRC, Beatrice Megevand-Roggo, mengatakan pertempuran terjadi lebih dari 10 hari dan ratusan orang terperangkap.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan