Jumaat, 25 Mei 2012

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Australia Gigih Bela WN, Indonesia Cuek

Posted: 25 May 2012 10:11 AM PDT

Australia Gigih Bela WN, Indonesia Cuek

R. Adhi Kusumaputra | Robert Adhi Ksp | Jumat, 25 Mei 2012 | 23:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Australia sangat gigih membela warga negaranya yang terjerat hukum, seperti yang dialami terpidana narkoba Corby.

"Sebaliknya, Indonesia cuek membela berbagai kasus yang menimpa warga negara Indonesia di luar negeri, terutama dialami para TKI dan TKW," kata Ketua BP Setara Institute Hendardi dalam siaran persnya, Jumat.

Hendardi menilai, grasi yang diberikan Presiden SB Yudhoyono kepada terpidana narkoba Corby menunjukkan catatan hitam pemerintahan SBY.

Kalau satu saja bandit mariyuana mampu jadi komoditas kompromi G to G untuk alasan yang "tidak transparan", tak heran jika koruptor merasa aman tenteram di negeri serba kompromi ini," katanya.

KPK Masih Dalami Dugaan Korupsi Perjalanan Dinas

Posted: 25 May 2012 09:55 AM PDT

KPK Masih Dalami Dugaan Korupsi Perjalanan Dinas

Suhartono | Nasru Alam Aziz | Jumat, 25 Mei 2012 | 23:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga kini masih terus mendalami dugaan tindak pidana korupsi pada kasus pemborosan perjalanan dinas fiktif melalui pembuatan tiket palsu dan penggelembungan biaya.

"KPK memang masih menelaah laporan dugaan tindak pidana pemborosan anggaran dengan modus perjalanan dinas fiktif," kata juru bicara KPK Johan Budi SP, Jumat (25/5/2012) di Jakarta.

Menurut Johan, laporan pengaduan yang dilakukan seorang pegawai di lingkungan Sekretariat Komisi Informasi Pusat (KIP) dilakukan sejak November 2011. Namun, identitas si pelapor minta dirahasiakan.

"Kami menelaah untuk mengaktegorisasikan apakah pengaduan itu termasuk tindak pidana korupsi atau bukan dan siapa yang akan menanganai. Kalau nilainya tidak besar, akan diserahkan kepada polisi atau kejaksaan," tutur Johan.

Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hasan Bisri baru-baru ini menyatakan, anggaran perjalanan dinas boros sampai 30 persen hingga 40 persen karena diduga melakukan perjalanan dinas fiktif melalui tiket dan boarding pass palsu serta kuitansi hotel yang digelembungkan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan