Rabu, 28 Mac 2012

Republika Online

Republika Online


Hati-hati Konsumsi Obat Bebas, Ini Dia Kesalahan yang Sering Dilakukan

Posted: 28 Mar 2012 09:11 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,  Tak sedikit orang yang sering kali mengabaikan banyak hal saat mengonsumsi obat, terutama obat-obatan bebas. Berikut beberapa kesalahan yang kerap dilakukan:

Antibiotik tak dikonsumsi sampai habis
Padahal, obat antibiotik adalah obat yang harus dikonsumsi sampai habis. Sering kali orang yang mengonsumsi obat antibiotik tidak mau menghabiskan. Saat merasa kon disi sudah lebih baik dan obat belum habis, ia biasanya menghentikan konsumsi obat. Faktanya, jika obat antibiotik tidak dikonsumsi sampai habis, maka penyakit akan kebal dan jika kambuh lagi akan sulit disembuhkan.

Abaikan waktu konsumsi obat
Si sakit sering mengabai kan waktu konsumsi obat. Semisal, dalam dosis ada aturan penggunaan 3 x sehari. Karena dalam sehari ada 24 jam, maka pasien harus meminum obat dengan dosis tersebut selama delapan jam sekali. Namun, pasien sering salah dalam estimasi waktu. Yang paling sering adalah antara waktu sarapan dan makan siang, di mana saat sarapan pukul 07.00 dan makan siang pukul 12.00. Pada saat itu, jangka wak tu baru lima jam namun pasien sudah mengonsumsi obat lagi. Pada jangka waktu yang lebih panjang, bisa jadi bakteri justru membentuk pertahanan diri sehingga penyakit menjadi lebih kebal dan semakin sulit disembuhkan.

Tak peduli dengan cara menyimpan obat
Banyak orang tak memerhatikan cara penyimpanan obat. Mereka menyimpan di tempat panas sehingga menyebabkan kandungan obat rusak. Ada pula penyimpanan obat berbentuk sirup. Sebaiknya, obat berbentuk sirup, setelah dibuka segel disimpan di dalam kulkas. Perlu diperhatikan pula adalah jangka waktu obat sirup setelah dibuka segelnya. Untuk obat sirup yang sudah dibuka segelnya dan tidak disimpan di dalam kulkas, hanya boleh dikonsumsi tujuh hari setelah obat dibuka. Sedangkan untuk obat sirup yang disimpan di dalam kulkas, obat sirup bisa bertahan selama satu bulan setelah segel dibuka. Selebihnya, obat jangan dikonsumsi lagi karena ditakutkan sudah tercemar bakteri dan kandungan obatnya telah rusak.

Telan 'Nuklir' untuk Pengobatan? Siapa Takut

Posted: 28 Mar 2012 08:18 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nuklir tidak selalu identik dengan kejahatan. Bahan radioaktif berenergi tinggi ini bisa digunakan untuk kesehatan.

"Bahan radioaktif ini aman karena radiasinya sudah diminimalkan. Penyembuhan juga fokus pada target sehingga tidak menyebar ke bagian lain," ujar peneliti nuklir bidang kesehatan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Fadil Nazir.

Kedokteran nuklir dimanfaatkan untuk diagnosa dan terapi. Kedokteran nuklir justru dirasa lebih aman dibanding rontgen biasa. Hal ini dikarenakan bahan nuklir tersebut ditelan pasien. Bentuk obat kebanyakan sirup atau serum suntik.

Untuk keperluan diagnosa, pasien menjalani pemeriksaan lima menit setelah menelan 'obat nuklir'.

"Dalam kedokteran nuklir, ada farmaka tertentu yang bersifat khas. Farmaka ini membimbing obat menuju satu sasaran,'' katanya. ''Nuklir selanjutnya akan memancarkan radiasi yang mampu ditangkap gamma camera."

Setiap bahan nuklir memiliki waktu paruh. Hal ini menentukan seberapa lama obat aktif di dalam tubuh. Setelah waktu paruh lewat, radiasi menjadi lebih kecil. Pancarannya relatif aman bagi lingkungan sekitar.

"Untuk pasien yang hanya melakukan diagnosa, mereka bisa langsung pulang. Karena, waktu paruhnya tidak lebih dari delapan jam. Sedangkan, pasien yang terapi itu biasanya harus menginap,'' kata Fadil.

Kalau bisa sebelum waktu paruh, pasien sudah buang air kecil. Sehingga, nuklir bisa cepat luruh. ''Lokasi buang air kecil tidak bisa sembarangan. Rumah sakit menyediakan tempat khusus," kata Fadil.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan