Rabu, 28 Mac 2012

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Ecowas Berhentikan Keanggotaan Mali

Posted: 28 Mar 2012 05:32 AM PDT

Ecowas Berhentikan Keanggotaan Mali

| Egidius Patnistik | Rabu, 28 Maret 2012 | 12:32 WIB

Warga melakukan protes terhadap aksi kudeta militer yang terjadi Mali.

TERKAIT:

ABIDJAN, KOMPAS.com - Organisasi Negara Afrika Barat (Ecowas) memberhentikan sementara Mali sebagai anggota organisasi itu pasca terjadinya kudeta militer di negara tersebut pekan lalu.

Rencananya delegasi yang terdiri dari sejumlah kepala negara anggota Ecowas akan berkunjung ke Mali dan menekan pemimpin kudeta untuk segera mengembalikan kehidupan demokrasi di negara itu.

Sementara itu pemimpin kudeta di Mali kemarin mengumumkan pencabutan jam malam yang mereka berlakukan sejak Rabu lalu.

Kudeta itu sebelumnya dipimpin oleh sejumlah tentara yang tidak senang dengan kebijakan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure dalam menangani kelompok pemberontak Tuareg yang beraksi di sebelah utara negara tersebut.

Keputusan pemberhentian sementara keanggotaan Mali dari Ecowas diputuskan lewat sebuah rapat darurat yang berlangsung di Abidjan, Pantai Gading.

"Kondisi keamanan dan politik di Mali sangat berbahaya dan tidak hanya mengancam perdamaian dan keamanan di Mali tapi juga mengancam perdamaian, stabilitas dan pembangunan semua negara anggota Ecowas," kata kepala Komisi Ecowas, Kadre Desire Ouedraogo kepada Associated Press.

Kecaman internasional

Komentar serupa juga disampaikan oleh Ketua Ecowas yang juga merupakan Presiden Pantai Gading, Alassane Outtara. "Kami tidak bisa membiarkan sebuah negara yang telah mempunyai aturan dan instrumen kehidupan berdemokrasi kemudian mundur dua dekade meninggalkan sejarah yang telah mereka bangun," kata Outtara.

Uni Afrika sebelumnya juga menggambarkan kudeta itu sebagai langkah mundur bagi Mali dan menimbulkan kecaman dari dunia internasional.

Outtara rencananya akan berkunjung ke Mali sebagai bagaian dari delegasi Ecowas bersama dengan sejumlah kepala negara dari Niger, Benin, Burkina Faso dan Liberia.

Hingga hari ini keberadaan Presiden Mali, Amadou Toumani Toure masih belum diketahui sejak dia dipaksa meninggalkan istananya pada kudeta pekan lalu.

Namun Kementerian Luar Negeri Perancis mengatakan bahwa hari Selasa (27/03) duta besar mereka di Mali telah melakukan pertemuan dengan Presiden Toure dan kelompok yang melakukan kudeta memberikan kepastian kepadanya bahwa Toure akan berada dalam kondisi aman.

Ada 11 Rompi Bom di Kementerian Pertahanan

Posted: 28 Mar 2012 05:31 AM PDT

KABUL, KOMPAS.com — Gedung Kementerian Pertahanan Afganistan dilaporkan ditutup selama dua jam setelah 11 rompi bom ditemukan di dekat gedung dengan tingkat pengamanan tinggi di jantung kota Kabul tersebut.

Pihak berwenang Afganistan menangkap lebih dari 12 tentara Afganistan di Kabul, Selasa (27/3/2012), terkait kasus temuan itu dan kemungkinan serangan yang bisa menyebabkan banyak korban dari gedung tersebut, BBC mengutip sejumlah pejabat intelijen.

Terdapat laporan berbeda tentang jumlah tentara yang diciduk. BBC melaporkan 18 orang, sedangkan Al Jazeera mengatakan 16 orang. Sementara The New York Times hanya menyebut "lebih dari selusin".

Rencana serangan itu bisa menyebabkan "jatuhnya korban jiwa yang signifikan", menurut BBC dan beberapa orang yang ditahan itu merupakan personel Tentara Nasional Afganistan.

Namun, Kementerian Pertahanan Afganistan membantah laporan itu dan menyebutnya "gosip". Juru Bicara Kementerian Pertahanan Dawlat Wazeri, seperti dikutip BBC, mengatakan, kementerian tersebut tengah melacak orang-orang yang menyebarkan rumor itu ke media.

Sementara itu, menurut CBS News, rompi-rompi itu ditemukan di tiga ruang di sekeliling lapangan parkir kementerian tersebut. Meskipun penyelidikan masih berlangsung, diketahui bahwa 11 bus penuh tentara Afganistan dijadwalkan meninggalkan parkiran pada hari itu. Para penyelidik menduga satu pelaku akan mengenakan satu bom dan naik ke setiap bus tentara.

Serangan itu, jika terlaksana, juga akan mempermalukan Pemerintah Afganistan. Apalagi gedung kementerian itu berada tidak jauh dari Istana Kepresidenan.

Al Jazeera
melaporkan, kompleks kementerian itu dianggap sebagai salah satu gedung yang memiliki tingkat pengamanan paling ketat di ibu kota Afganistan.

Menurut Shukria Barakzai, mantan Ketua Komisi Pertahanan Afganistan, rencana serangan itu merupakan "bukti kuat tingginya tingkat infiltrasi" Taliban di pemerintahan.

"Pasti orang-orang yang memiliki hubungan dengan pemerintah, di Istana Presiden, di Kementerian Pertahanan, dan kementerian-kementerian lainnya...," katanya kepada Al Jazeera.

Rompi-rompi itu ditemukan pada hari yang sama dengan penembakan terhadap tiga personel militer NATO dalam dua serangan terpisah. Kedua serangan itu dilakukan oleh orang berseragam Tentara Nasional Afganistan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan