Sabtu, 3 September 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


21 Orang, Termasuk Host TV, Dinyatakan Tewas

Posted: 04 Sep 2011 04:07 AM PDT

Jatuhnya Pesawat Casa 212 Cile

21 Orang, Termasuk Host TV, Dinyatakan Tewas

R. Adhi Kusumaputra | Robert Adhi Ksp | Minggu, 4 September 2011 | 11:07 WIB

SANTIAGO, KOMPAS.com - Semua penumpang dan awak pesawat angkatan udara Cile yang berjumlah 21 orang, dinyatakan tewas di Samudera Pasifik dalam perjalanan ke kepulauan terpencil.

Menteri Pertahanan Cile Andres Allamand kepada jurnalis hari Sabtu (3/9/2011) waktu setempat mengungkapkan, "Berdasarkan pengamatan dan penelusuran yang kami lakukan bersama komandan angkatan udara, kami telah memperoleh kesimpulan bahwa semua penumpang dan awak pesawat meninggal dunia."

Operasi pencarian besar-besaran dilakukan hari Jumat waktu setempat di perairan sekitar Pulau Robinson Cruise di gugusan Kepulauan Juan Fernandez, kira-kira 700 kilometer (435 mil) sebelah barat pantai Amerika Selatan. Tim pencari menemukan puing-puing pesawat Cile itu di laut.

Sejauh ini, baru empat jenazah yang sudah ditemukan. "Kami menemukan dua jenazah perempuan dan dua jenazah laki-laki," kata Kepala Staf Angkatan Udara Cile, Maximiliano Larraechea.

Allamand mengatakan, pesawat Casa 212 bertenaga turboprop itu berupaya mendarat di pulau utama, namun gagal.  Angin kencang diduga menjadi faktor pesawat ringannya mengalami kecelakaan. Namun belum jelas penyebab utamanya.

Pihak Angkatan Udara Cile sebelumnya menyebutkan, ketika pesawat itu semakin dekat ke pulau, komunikasi radio pesawat hilang.

Juru bicara Pemerintah Cile Andres Chadwick mengatakan, jenazah yang teridentifikasi adalah Erwin Nunez, kopral angkatan udara; Galia Diaz dari Dewan Kebudayaan Nasional Cile; Roberto Bruce, wartawan jaringan TVN; dan Silvia Slager, produser TVN.

Di antara korban yang jenazahnya belum ditemukan adalah pembawa acara televisi Cile yang sangat populer, Felipe Camiroaga. Ia termasuk rombongan kru TVN yang akan menuju kepulauan, untuk melaporkan upaya rekonstruksi pasca-gempa besar dan tsunami yang melanda Cile, Februari 2010.

Seluruh Amerika Selatan berduka dan menyampaikan penghormatan kepada para korban musibah ini.

Paus Benediktus XVI menyampaikan rasa duka yang mendalam. "Bapa Paus sangat sedih setelah mendengar berita ini," kata Uskup Agung Santiago, Mgr Ricardo Ezzati.

RI Dukung Transisi Demokrasi Libya

Posted: 04 Sep 2011 02:03 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyampaikan dukungan terhadap upaya Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) dalam menjalankan transisi demokrasi damai menyusul tergulingnya Muammar Khadafi.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyampaikan, proses demokrasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menentukan nasibnya sendiri merupakan solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah Libya.

"Sikap dukungan terhadap proses transisi demokrasi damai yang diupayakan Dewan Transisi Nasional ini konsisten dengan posisi Indonesia yang selama ini Indonesia sampaikan," kata Marty seperti yang termuat dalam siaran pers kepada wartawan, Sabtu (3/9/2011) malam.

"Proses transisi itu tentunya perlu mencerminkan keinginan dan aspirasi rakyat Libya secara keseluruhan," ujar Marty.

Hal itu diungkapkan Marty menyusul komitmen yang disampaikan pimpinan NTC Mustafa Abdel Jalil pada pertemuan di Paris, 1 September. Jalil berjanji, Dewan Transisi Nasional akan menyampaikan usulan konstitusi baru dan penyelenggaraan pemilihan umum Libya dalam 18 bulan ke depan.

Selain itu, dia menyampaikan komitmen NTC untuk menjunjung tinggi prinsip rekonsiliasi nasional dan penghormatan terhadap penegakkan hukum di Libya.

Terhadap perkembangan situasi politik di Libya, Pemerintah Indonesia juga meminta masyarakat internasional khususnya Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi upaya perlindungan masyarakat sipil dan proses politik Libya.

Seperti yang diberitakan Kantor Berita AP dan AFP (3/9/2011) Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon yang tiba di Australia setelah menghadiri konferensi tingkat tinggi soal masa depan Libya di Paris mengaku tengah berupaya mengirimkan misi kemanusiaan PBB ke Libya segera mungkin. "Kami bekerja memastikan PBB bisa merespon dengan cepat permintaan pemerintah Libya saat ini," katanya.

Pemerintah Libya, katanya meminta bantuan PBB untuk merestorasi negeri kaya minyak itu pascatergulingnya Khadafy. Sementara di Libya, para pemimpin baru negeri itu tengah memulai proses pemulihan aturan di Ibukota Tripoli.

Meskipun demikian, sebagian wilayah Libya sebetulnya masih dalam kendali loyalis Khadafy. Di Tripoli kini banyak pemuda bersenjata anggota oposisi yang memanfaatkan kekosongan kekuasaan di Libya. Seorang perwira militer NTC, Jenderal Omar Hariri mengatakan, para anggota pasukan anti-Khadafy ini didorong untuk pulang kampung dan mendaftakan diri sebagai angkatan bersenjata.

Jika tidak, Hariri meminta mereka kembali ke profesi awal sebelum revolusi. Hingga kini, keberadaan Khadafy belum diketahui. Namun beberapa kali Khadafy menyampaikan niatnya untuk bertempur hingga titik darah penghabisan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan