Jumaat, 26 Ogos 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Serangan NATO Tewaskan 6 Warga Sipil

Posted: 26 Aug 2011 11:19 PM PDT

PULI ALAM, KOMPAS.com - Enam warga sipil Afghanistan dari satu keluarga tewas akibat serangan udara pasukan koalisi di wilayah timur negara itu, kata sejumlah pejabat, Jumat (26/8/2011).

Seorang juru bicara Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mengatakan, ia tidak bisa mengkonfirmasi apakah warga sipil tewas namun beberapa gerilyawan termasuk di antara yang tewas dalam operasi Kamis tengah malam di provinsi Logar.

Kepala kepolisian Logar Ghulam Sakhi Rogh Lewani mengatakan, operasi itu ditujukan pada seorang komandan Taliban yang diburu dengan imbalan hadiah bagi penangkapannya, yang dikenal sebagai Qari Hijran, namun menewaskan sejumlah warga sipil.

"Empat militan Taliban tewas, demikian juga tiga prajurit Afghanistan dan enam orang dari satu keluarga selama insiden itu," katanya.

Mohammad Rahim Amin, pejabat tinggi di distrik Baraki Barak tempat operasi itu dilancarkan, mengatakan, peristiwa itu terjadi ketika seorang guru setempat menerima komandan itu di rumahnya.

Seorang juru bicara ISAF di Kabul mengatakan, ia bisa mengkonfirmasi sejumlah gerilyawan tewas dalam operasi itu namun tidak bisa memastikan apakah warga sipil termasuk diantara korban yang tewas, dan pasukan asing masih menyelidiki hal itu.

Pasukan asing sering dituduh membunuh warga sipil dalam operasi mereka di Afghanistan -- satu masalah sangat kontroversial yang menjadi perselisihan antara pasukan asing dan Presiden Hamid Karzai serta warga sipil Afghanistan.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org. Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan

Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (bom rakitan) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Pemberontak: Khadafy Sudah Terkepung

Posted: 26 Aug 2011 08:18 PM PDT

TRIPOLI, KOMPAS.com — Seorang menteri di Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) mengatakan, Jumat (26/8/2011), pasukan pemberontak mengepung sebuah daerah di Tripoli, tempat Moammar Khadafy dan rombongannya bersembunyi.

Ia mengatakan, pemberontak mengawasi keberadaan orang-orang itu sebelum berusaha menangkap mereka.

"Daerah tempat ia kini berada telah dikepung," kata Menteri Kehakiman Mohammed al-Alagi kepada Reuters. "Pemberontak mengawasi daerah itu dan sedang mengurusnya."

Alagi, seorang pengacara yang mengatakan bahwa ia datang ke Tripoli untuk membentuk "otoritas hukum" baru, menolak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai keberadaan Khadafy.

Sejumlah pejabat lain mengatakan, mereka yakin tokoh kuat Libya yang telah jatuh itu bersembunyi di daerah Abu Salim di Tripoli selatan, sebuah daerah yang dilanda bentrokan-bentrokan dalam beberapa hari ini.

Pemberontak menyatakan sebelumnya pada pekan ini bahwa mereka berpendapat, Khadafy telah tersudut. Namun, laporan-laporan ini kemudian terbukti tidak tepat atau terlalu dini.

Pemimpin Libya yang berkuasa puluhan tahun itu kini menjadi buron, hidup atau mati. Para pengusaha Libya menawarkan hadiah 2 juta dinar atau 1,67 juta dollar AS (setara Rp 14 miliar) bagi penangkapan Moammar Khadafy, hidup atau mati. Demikian dikatakan ketua kelompok pemberontak NTC, Rabu.

"NTC mendukung prakarsa pengusaha yang menawarkan hadiah 2 juta dinar bagi penangkapan Moammar Khadafy, hidup atau mati," kata ketua NTC Mustafa Abdel Jalil di Benghazi.

Abdel Jalil, mantan menteri kehakiman Khadafy yang membelot setelah meletusnya pemberontakan pada pertengahan Februari, juga menawarkan amnesti kepada "anggota-anggota lingkaran dekat (Khadafy) yang membunuhnya atau menangkapnya".

"Khadafy telah memainkan politik adu domba di daerah-daerah ini dengan mengatakan kepada penduduk bahwa pemberontak akan datang dan mengambil wanita serta uang mereka. Mereka tidak boleh memercayai kebohongan yang dibuat penguasa kejam ini," katanya.

Khadafy, yang keberadaannya hingga kini tidak diketahui, menawarkan hadiah bagi penangkapan Abdel Jalil pada Maret, setelah ia bergabung dengan pemberontak di markas mereka di Benghazi, Libya timur.

Khadafy (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Khadafy bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.

Negara-negara besar, AS, Perancis, dan Inggris, membantu mengucilkan Khadafy dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.

NTC, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, sejauh ini melobi keras untuk mendapat pengakuan diplomatik dan perolehan dana demi mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Moammar Khadafy.

Kelompok pemberontak telah memasuki Tripoli, dan kejatuhan rezim Khadafy berada di ambang pintu.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir. Pemberontakan di dua negara tersebut berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa selama puluhan tahun.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan