Jumaat, 26 Ogos 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Pengajar dan aktivis memprotes Rektor UI

Posted: 26 Aug 2011 05:59 AM PDT

Rektor UI, Gumilar Rusliwa Somantri (FOTO ANTARA/Wildan Anjarbakti )

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah staf pengajar Universitas Indonesia (UI) bersama aktivis LSM memprotes Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri yang memberikan penghargaan Doktor Honoris Causa di bidang kemanusiaan kepada Raja Arab Saudi Abdullah.

"Pemberian gelar Doktor Honoris Causa itu sangat menghinakan dan memalukan bangsa Indonesia apalagi pemberian gelar penghargaan tersebut tidak diberikan di kampus UI tetapi diberikan di Arab Saudi," kata staf pengajar Fisip UI Thamrin Amal Tamagola di Gedung MPR/DPR di Jakarta, Jumat, saat menyampaikan pernyataan sikap bersama.

Pernyataan sikap bersama tersebut dihadiri sejumlah staf pengajar UI antara lain Saparinah Sadli, Taufik Bahauddin, dan Effendy Gazali.

Hadir juga sejumlah aktivis LSM antara lain Anis Hidayah dari Migrant Care dan Agus Pambagio dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Thamrin menilai, langkah Rektor UI yang memberikan penghargaan Doktor Honoris Causa kepada Raja Abdullah pada pekan ini, diputuskan sendiri oleh Rektor tanpa melakukan musyawarah dengan Dewan Guru Besar di UI.

"Langkah Rektor ini memalukan keluarga besar UI maupun bangsa Indonesia," katanya.

Ia menegaskan Arab Saudi adalah negara yang tidak menghormati hak asasi manusia khususnya terhadap buruh migran dari Indonesia.

Berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di Arab Saudi, kata dia, mulai dari pelecehan seksual, penyiksaan, hingga pembunuhan.

"Salah satu korban terbaru adalah TKI bersama Ruyati yang dihukum pancung, yang melanggar norma internasional," katanya.

Thamrin menilai, langkah Rektor UI yang memberikan gelar Doktor Honoris Causa di bidang kemanusiaan itu telah mengabaikan nurani bangsa Indonesia yang masih belum melupakan peristiwa tragis yang dihadapi Ruyati.

Bahkan Thamrin mencurigai ada kompromi dalam pemberian penghargaan itu.

(T.R024/B009)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Hidayat: Idul Fitri momentum pemimpin introspeksi diri

Posted: 26 Aug 2011 05:54 AM PDT

Hidayat Nur Wahid. (FOTO.ANTARA)

Berita Terkait

Video

Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid mengatakan, Hari Raya Idul Fitri 1432 Hijriah jangan hanya dijadikan acara seremonial saja untuk saling memaafkan, namun harus dijadikan sebagai momentum para pemimpin untuk introspeksi diri.

"Para pemimpin harus memperbaiki dan introspeksi diri, sehingga menjadi pemimpin yang kembali kepada fitrahnya, yakni pemimpin yang amanah yang melayani masyarakat dengan baik," kata Nur Wahid di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, makna dari Idul Fitri adalah fitrah (kesucian), sehingga harus bersih dari segala bentuk keburukan dan dosa yang pernah diperbuat.

"Kita harus jauhkan diri dari perbuatan yang negatif, dimana saat ini kasus korupsi merajalela di Indonesia," ucapnya, menegaskan.

Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu juga menyebutkan, para pemimpin juga harus melakukan rekonsiliasi dengan para pemimpin yang lain, sehingga dapat membangun Indonesia lebih baik lagi.

"Kalau ada kesalahan yang telah lalu, maka kita harus saling memaafkan," tuturnya.

Ketika ditanya, apakah Idul Fitri atau Lebaran juga menjadi momentum untuk memperbaiki hubungan antara mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang kurang harmonis, kata dia, makna Idul Fitri tidak hanya menyangkut beberapa orang saja, tetapi seluruh umat Islam.

"Kalau hanya beberapa orang saja maka akan menjadi kontraproduktif," paparnya.

Secara sepintas Nur Wahid juga menggambarkan model kepemimpinan Nabi Muhammad SAW saat menjadi pemimpin negara, dimana pemimpin merupakan seorang pengembala yang melayani masyarakatnya dengan baik.

"Semua umat beragama yang ada saat itu dilindungi. Mereka pun bisa hidup damai," ujarnya.

(T.S037/C004)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan