Jumaat, 26 Ogos 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Butuh peran ulama menghapus kekerasan karapan sapi

Posted: 26 Aug 2011 05:17 AM PDT

Pamekasan (ANTARA News) - Sekretaris Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) Tajul Falah menyatakan, membutuhkan peran aktif para ulama di Madura, untuk menghapus praktik kekerasan dalam pelaksanaan karapan sapi di wilayah itu.

"Perlu ada semacam fatwa khusus dari para ulama untuk melarang praktik kekerasan dalam pelaksanaan karapan sapi," katanya di Pamekasan, Madura, Jatim, Jumat.

Menurut dia, seruan agar tidak ada kekerasan dalam pelaksanaan karapan sapi di Madura yang digelar setiap tahun memang telah disuarakan oleh berbagai ormas Islam dan aktivis pemuda yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Akan tetapi, hal itu belum bisa terlaksana dengan baik, bahkan Bakorwil sendiri selaku penyelenggara karapan sapi belum bisa mengambil kebijakan untuk melarang praktik kekerasan yang tahun ini rencananya akan digelar pada Oktober nanti.

"Selain peran ulama, perlu juga ada kesepakatan antara pemilik sapi karapan di Madura ini untuk tidak melakukan praktik kekerasan," kata Tajul Falah menjelaskan.

Hanya saja, sambung dia, hal itu membutuhkan proses yang lama. Disamping ada kesepakatan, masing-masing pemerintah daerah di Madura ini juga harus proaktif menyampaikan sosialisasi terkait hal itu.

Sebab, menurut dia, jika hanya pemilik sapi di satu kabupaten saja yang sepakat menghapus praktik kekerasan dalam pelaksanaan karapan sapi, sedang kabupaten lain tetap dilakukan, maka hal itu pada akhirnya tidak akan terlaksana juga.

"Karena pada karapan sapi tingkat karesidenan di Madura ini kan lombanya semua pemilik sapi di Madura," katanya menjelaskan.

Secara pribadi, Sekretaris Bakorwil IV Madura ini mengakui, praktik penyiksaan dalam pelaksanaan karapan sapi dengan menggaruk pantat sapi dengan paku agar larinya kencang memang tidak manusiawi.

Sementara di kalangan pemilik sapi karapan sendiri muncul anggapan bahwa tanpa adanya praktik seperti itu tidak termasuk karapan. "Jadi mereka bilang kurang puas jika sapinya tidak digaruk dengan paku," tutur Tajul Arifin.

Padahal, sambung dia, dulu karapan sapi tanpa kekerasan. Joki karapan yang mengemudikan larinya sapi hanya menggunakan cambuk untuk membuat sapi-sapi yang beradu kecepatan itu lari.

"Kami sebenarnya sangat rindu praktik karapan sapi tanpa kekerasan sebagaimana dulu. Tapi kendalanya itu tadi, sudah dianggap biasa oleh para pemilik sapi karapan," katanya menjelaskan.

Selain kedua pendekatan, yakni melalui pendekatan tokoh ulama dan pendekatan kultural dengan meminta kesepakatan agar para pemilik sapi tidak melakukan praktik kekerasan, upaya lain yang bisa dilakukan ialah dengan pendekatan hukum.

Karapan sapi memperebutkan Piala Bergilir Presiden se-Eks Karesidenan Madura akan digelar di lapangan Soenarto Hadiwidjojo Jl Stadion Pamekasan, 23 Oktober 2011.

Sehari sebelumnya, digelar kontes sapi sonok di lapangan Bakorwil IV Jl Slamet Riady, Pamekasan. Festival ini merupakan kegiatan rutin tahunan di Pulau Madura, yang biasa digelar setiap pascapanen tembakau.

Menurut panitia pelaksana karapan sapi Nanang Sufianto, pasangan sapi yang boleh mengikuti karapan sapi terbesar ini adalah yang sebelumnya berhasil meraih juara di tingkat kabupaten dengan jumlah masing-masing kabupaten sebanyak enam pasangan sapi.

Keenam pasangan sapi karapan itu, terdiri dari tiga pasangan di bagian pemenang, sedang tiga pasangan lainnya di bagian kalah.

Nanang menjelaskan, yang dimaksud dengan pasangan bagian kalah yakni, pasangan sapi yang kalah akan tetapi diadu lagi hingga ditetapkan sebanyak tiga pasangan dari sapi yang kalah itu. "Sistem ini, sudah menjadi tradisi dalam karapan sapi," katanya.

(T.KR-ZIZ/M026)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Dr Arif Satria luncurkan album Harmoni Kemenangan

Posted: 26 Aug 2011 04:55 AM PDT

Jakarta (ANTARA News) - Dr Arif Satria, Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, menyambut Idul Fitri 2011 dengan meluncurkan album religi berjudul "Harmoni Kemenangan," di Jakarta, Kamis (25/8) malam.

Arif mengatakan bahwa kesuksesan kehidupan manusia akan tercapai jika seseorang dapat menjaga hubungan dengan Sang Pencipta, dengan sesama umat manusia dan dengan lingkungan secara seimbang atau harmoni.

"Tiga dimensi itulah yang perlu diemban oleh setiap manusia jika ingin mencapai tingkat sukses dunia dan akhirat," katanya.

Album religi yang didukung penuh oleh mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir sebagai eksekutif produser dan produser Adjie Soetama itu, kata Arif, diciptakan dalam kurun waktu yang cukup lama dengan tempat yang berbeda-beda.

"Lagu-lagu itu saya ciptakan saat saya di depan Ka`bah, saat saya di atas pesawat perjalanan dinas ke luar negeri yang terbang cukup jauh, dan saat penantian anak perempuan saya. Pada intinya, ada keterikatan dengan Sang Maha Pencipta," kata Arif Satria yang mengaku sedang mengurus gelar profesornya itu.

Menurut dia, ada tiga tugas dari kedua orang tuanya yang tinggal di Banyumas, Jawa Tengah, saat Arif memasuki perguruan tinggi di IPB yakni, disuruh rajin menulis, membuat album religi dan bersekolah setinggi-tingginya, jika perlu sampai menyandang gelar profesor.

"Dua hal sudah saya tunaikan, yakni menulis buku dan menulis di berbagai surat kabar dan majalah di dalam negeri dan luar negeri. Tinggal satu yang masih saya perjuangkan, yakni gelar profesor," katanya, yang mendapat tepuk tangan dari pengunjung.

Album yang berisi lebih dari tujuh lagu itu, semuanya diciptakan oleh Arif Satria di tengah kesibukannya sebagai dosen di IPB dan dinyanyikan oleh Memes (Ku Bersimpuh), Rida (Aku Datang, Hari Kemenangan, Ibu, Sweety, dan Harmoni Alam), serta pendatang baru DeeDee (Khilaf dan Hari Akhir).

Raidy Noor, katanya, menggarap tujuh lagu, dan satu lagu digarap oleh Andi Rianto.

Sementara Soetrisno Bachir yang mengaku teman dekat Arif sejak kecil, karena sebagai tetangga, mengaku bangga karena Arif Satria mampu menyelesaikan sekolah S3 hanya dalam waktu yang singkat dan masih cukup muda, mengingat dirinya untuk menyelesaikjan S1 saja butuh waktu lebih dari lima tahun.

"Saya tahu betul Arif ini anak yang rajin. Dia tetangga di kampung saya, dan dia termasuk paling aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan cerdas di sekolahnya. Saya bangga orang-orang Banyumas, masih muncul mutiara-mutiara baru," katanya, seraya menambahkan, setelah dirinya lengser dari partai politik akan terjun ke berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.

"Itu adalah jalan yang benar yang sejak beberapa tahun terakhir ini saya tinggalkan karena sibuk urus partai politik," kata Sutrisno.

Pada peluncuran album perdana itu juga tampak hadir, para kolega doesen dari IPB, politisi, seperti Ramadhan Pohan, Bursah Sarnubi, Efendi Ghozali dan Agus Pambagio (mantan direktur YLKI), selain diramaikan dari mahasiwa fakultas FEMA.
(T.Y005/M026)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan