Selasa, 19 Julai 2011

Republika Online

Republika Online


Jaket ber-AC Bantu Jepang Hadapi Udara Panas

Posted: 19 Jul 2011 07:18 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,Sebagai jaket, benda itu jauh dari gaya, tapi pembuatnya di Jepang tetap tak bisa memenuhi tuntutan yang melangit bagi pakaian "yang berpenyejuk udara" dengan kipas angin terpasang. Kuchofuku Co. Ltd --yang namanya secara harfiah berarti "pakaian berpenyejuk udara"-- telah menghadapi lonjakan pesanan di tengah kekurangan listrik di Jepang, setelah gempa dan tsunami yang meluluh-lantakkan negeri itu pada 11 Maret lalu.

Saat banyak bagian negeri tersebut berkeringat di bawah sengatan udara musim panas, yang tidak menyenangkan dan dibelenggu oleh pembatasan penggunaan listrik, tuntutan telah meningkat untuk barang yang bisa memberi rasa lega dari sengatan musim panas --yang tak pernah berhenti.

Dua kipas listrik di jaket tersebut dapat dikendalikan untuk menarik udara dengan kecepatan yang berbeda, sehingga memberi pakaian itu penampilan yang menggembung. Tapi itu tak membuat patah semangat orang yang lebih suka merasa sejuk daripada "panas" ketika sampai pada masalah mode.

"Saya bekerja di tempat yang sangat panas dan harus mengenakan pakaian berlengan panjang, jadi saya datang untuk membeli ini agar tetap sejuk dan mencegah sengatan panas," kata Ryo Igarashi (33), saat ia meninggalkan kantor Kuchofuku setelah membeli satu "jaket yang berpenyejuk udara",

Igarashi mengatakan pakaian tersebut menawarkan dia rasa lega di tempat pembangunan yang panas, tempat ia, secara kebetulan, memasang penyejuk udara di gedung, demikian laporan AFP,Selasa. Hampir 1.000 perusahaan di Jepang menggunakan Kuchofuku, termasuk raksasa otomobil, pembuat baja, perusahaan makanan dan perusahaan pembangunan.

Di antara produknya yang lain, perusahaan itu juga menjual kasur dan bantal yang berpenyejuk udara yang menggunakan sistem jala plastik yang paten dan memungkinkan udara berputar sewaktu mendukung bobot tubuh manusia. Semua produk tersebut telah memiliki kepentingan tambahan sejak ditutupnya pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, yang lumpuh diterjang tsunami. Pentingnya produk itu juga mencuat dengan dikeluarkannya dekrit pemerintah yang mengharuskan perusahaan di Tokyo serta Tohoku di Jepang utara mengurangi penggunaan listrik sebanyak 15 persen guna menghindari pemadaman.

Gagasan seperti "Super Cool Bis" mendorong pegawai untuk mencampakkan jaket dan dasi dan mematikan penyejuk udara, sementara upaya hemat energi juga telah memicu tuntutan bagi alat yang bisa menyejukkan udara. Impor kipas angin listrik melalui pelabuhan Tokyo mencapai catatan tinggi pada Mei, dan melonjak 70 persen dari setahun sebelumnya jadi 1,24 juta unit, demikian keterangan kantor bea-cukai.

Kipas di jaket Kuchofuku dihubungkan dengan satu pak baterei lithium-ion yang bertahan selama 11 jam setiap kali digunakan. Kipas itu hanya membutuhkan sedikit listrik yang digunakan oleh penyejuk udara konvensional, kata Presiden perusahaan tersebut Hiroshi Ichigaya. Ichigaya mengatakan pakaian produknya menawarkan penyelesaian kontra-intuitif: yaitu dengan lebih lama memakainya, seseorang dapat merasa lebih sejuk dibandingkan dengan tidak memakainya.

"Banyak orang sekarang berusaha mengenakan sesedikit mungkin pakaian dalam kegiatan seperti Super Cool Biz, tapi lebih sering memakain Kuchofuku, sehingga membuat orang merasa jauh lebih sejuk," kata Ichigaya kepada AFP.

Sebanyak 20 liter udara per detik berputar melalui jaket itu dan keluar melalui kerah serta lengan tambahan, dan mengeringkan keringat serta membuat pemakainya merasa lebih sejuk. Gagasan mengenai "penyejuk udara pribadi" muncul di benak Ichigaya --insinyur Sony selama dua dasawarsa sampai awal 1990-an-- ketika ia sedang berusaha menemukan penyejuk udara yang akan menggunakan sedikit listrik. "Muncul gagasan di benak saya bahwa kita tak perlu membuat sejuk seluruh ruangan, yang penting orang di dalamnya merasa sejuk," katanya.

Kuchofuku, yang pertama kali diluncurkan pada 2004, secara khusus menarik permintaan dari berbagai pabrik dan tempat pembangunan tapi perusahaan tersebut baru-baru ini telah menghadapi permintaan dari pekerja kantoran dan rumah tangga. Jaket standar yang berpenyejuk udara dijual dengan harga sekitar 11.000 yen (140 dolar AS), dan yang lain berharga lebih mahal lagi.

Seorang pejabat pemerintah baru-baru ini mendekati perusahaan itu untuk membeli setengah juta jaket, tapi Ichigaya mengatakan ia harus menampik tawaran tersebut sebab perusahaan itu tak bisa mendorong produksi tepat pada waktunya untuk memenuhi permintaan itu.

Perusahaan tersebut akan menjual sebanyak 40.000 jaket, bantal dan produk lain yang berpenyejuk udara tahun ini, dua kali lipat daripada jumlah tahun lalu, kata Ichigaya. Ditambahkannya, penjualan itu akan mencapai 80.000 kalau ia dapat memproduksi cukup banyak.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Seks di Usia Remaja? Awas Risiko Kanker Serviks Meningkat

Posted: 19 Jul 2011 04:10 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM - Waspada bagi usia remaja dan para orangtua. Melakukan hubungan seks di usia remaja meningkatkan risiko terkena kanker leher rahim atau serviks penyebab kematian,  kata Plt Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau, Dwi Listya Wardhani, di Batam, Selasa (19/7).

Di hadapan empat puluhan remaja dari seluruh kota/kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau dalam kegiatan Orientasi Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Tahap Tegak, Wardhani mengatakan, kanker serviks merupakan kanker yang disebabkan oleh Human Papilloma Virusvirus (HPV).

"Pria dan wanita yang telah berhubungan intim turut berisiko terinfeksi HPV. Terutama yang pernah melakukan hubungan intim saat remaja (usia belasan tahun)," kata dia di Hotel Pusat Informasi Haji Batam Centre, Batam.

Menurut Wardhani, usia menimal wanita melakukan hubungan seksual adalah 21 tahun, itupun harus dilakukan setelah ada ikatan pernikahan. "Jika dilakukan sebelum usia matang, maka akan sangat beresiko terkena serviks," Tambah Wardhani.

Berdasarkan penelitian Organisasi kesehatan dunia (WHO), kata Wardhani, 490.000 wanita di seluruh dunia didiagnosa kanker serviks setiap tahun. Bahkan, hampir setengahnya meninggal dunia.

"Artinya, setiap dua menit, seorang wanita meninggal akibat kanker serviks. Di Indonesia sendiri, satu wanita meninggal setiap jamnya," kata Wardhani.

Hal tersebut, tambah Wardhani, harus menajadi perhaian para remaja agar tidak menjadi korban berikutnya. "Remaja harus punya sikap. Jangan sampai terjebak pada pergaulan bebas," kata dia.

Survei Komisi Perlindungan Anak pada 2010 terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia menemukan 93 persen remaja pernah berciuman, 62,7 persen pernah berhubungan badan, dan 21 persen remaja telah melakukan oborsi.

"Tak jarang, seorang wanita justru meniggal saat melakukan aborsi. Semua bisa dicegah, kuncinya bentengi diri dan hindari seks bebas," kata Wardhani.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan