Jumaat, 15 Julai 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Dewan Pers Pertemukan Harry Ponto dengan Sindo dan Okezone

Posted: 15 Jul 2011 07:16 AM PDT

Jakarta (ANTARA News) - Dewan Pers akan mempertemukan kuasa hukum Siti Hardijanti Rukmana (Mbak Tutut), Harry Ponto dengan pihak Seputar Indonesia dan media internet okezone.com.

Rencananya, Dewan Pers akan mempertemukan kedua pihak tersebut pekan depan (Senin, 18/7).

"Saya dapat undangan dari Dewan Pers agar menghadiri pertemuan dengan pihak terlapor (Seputar Indonesia dan Okezone.com). Kita siap bertemu. Kami minta Dewan Pers memberikan penilaian tentang berita itu. Penilaian Dewan Pers itu juga harus dimuat oleh media yang saya laporkan. Mereka harus meminta maaf," kata Harry Ponto kepada ANTARA News, Jakarta, Jumat.

Harry menambahkan, pertemuan dengan pihak Seputar Indonesia dan okezone.com itu dikarenakan dirinya melaporkan kedua media massa kepada Dewan Pers tanggal 15 Juni 2011 lalu.

Menurut Harry, kedua media yang berada di bawah Grup Media Nusantara Citra (MNC) milik pengusaha Hary Tanoesoedibjo itu dinilai melanggar kode etik jurnalistik atas pemberitaan rumor mengenai pertemuan antara Harry Ponto dan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Syahrial Sidik sebelum putusan perkara Televisi Pendidikan Indonesia (TPI)

"Saya sudah laporkan tanggal 15 Juni 2011. Mereka menabrak kode etik junalistik," ujar Harry.

Harry menilai pemberitaan di dua media tersebut sangat berkaitan dengan kekalahan pihak Harry Tanoesoedibjo dalam kasus sengketa kepemilikan saham di PT Citra Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI).

"Kalau kalah, ya diakuilah. Jangan melakukan pembunuhan karakter dengan memanfaatkan media yang independen," ujarnya.

Harry menegaskan, dirinya menyertakan bukti-bukti kepada Dewan Pers berupa pemberitaan yang dipublis oleh Okezone.com sebanyak 15 pemberitaan rumor pertemuan tersebut. Sementara Seputar Indonesia menerbitkan 14 kali edisi.

"Dengan narasumber yang sama. Itu terlihat berita daur ulang. Media tersebut juga tidak pernah konfirmasi kepada saya. Jelas ini pelanggaran," ujarnya.

Pada bagian lain, Harry juga membantah tudingan jika dirinya mengatur perkara perdata kepemilikan saham PT CTPI dengan Syahrial Sidik.

"Kenal saja saya tidak. Dari mana mereka informasi itu? Sudah disebut rumor kok diberitakan daur ulang," ujarnya.(*)
(zul)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Menkes: Indonesia Peringkat Lima Dunia Penderita Tuberkolosis

Posted: 15 Jul 2011 07:15 AM PDT

Endang Rahayu Sedyaningsih (FOTO ANTARA)

Indonesia merupakan negara pertama yang berhasil mencapai MDGs dalam mengendalikan penyakit Tuberkolosis dimana sebanyak 70 persen penderita berhasil dideteksi dan keberhasilan tingkat kesembuhan mencapai 85 persen.

Berita Terkait

Bukitinggi (ANTARA News)- Menteri Kesehatan (Menkes), Endang Rahayu Sedyaningsih, mengungkapkan Indonesia merupakan negara peringkat lima penderita tuberkolosis berdasarkan data organisasi kesehatan dunia WHO yang dirilis pada tahun 2008.

"Jumlah penderita tuberkolosis di Tanah Air saat ini mencapai 429 ribu orang dimana pada tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat tiga dengan jumlah penderita mencapai 528 ribu," kata Endang Rahayu, dalam kuliah umum dengan tema "Upaya Penanggulangan Penyakit Paru di Indonesia" pada acara Kongres Nasional XII Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) diselenggarakan di Hotel The Hills Bukitinggi, Sumatera Barat, Jum`at

Ia menyebutkan berdasarkan pencapaian Milenium Development Goals (MDGs) angka kematian penderita tuberkolosis dalam 100 ribu penduduk mencapai 27 orang dimana pada tahun 1990 lalu jumlahnya mencapai 92 jiwa.

"Indonesia merupakan negara pertama yang berhasil mencapai MDGs dalam mengendalikan penyakit Tuberkolosis dimana sebanyak 70 persen penderita berhasil dideteksi dan keberhasilan tingkat kesembuhan mencapai 85 persen," kata dia.

Kemudian, lanjutnya, guna menekan jumlah penderita tuberkolosis di Tanah Air, Kementerian Kesehatan menyiapkan strategi nasional pengendalian Tuberkolosis.

Dikatakannya, program tersebut dalam bentuk memperkuat sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian Tuberkolosis, meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah serta meningkatkan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis.

Sementara, perbandingan dokter spesialis paru dengan jumlah penduduk di Indonesia saat ini mencapai 1:450 ribu orang.

"Berdasarkan data yang dihimpun total dokter Spesialis Paru yang dimiliki Indonesia saat ini mencapai 451 orang dimana sebanyak 145 orang berada di DKI Jakarta," kata dia.

Untuk ke depan, Kementerian Kesehatan mengupayakan agar keberadaan Dokter Spesialis Paru bisa tersebar merata diseluruh tanah air sehingga semua masyarakat bisa mendapatkan layanan yang memadai dan menekan angka tuberkolosis.

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan