Selasa, 31 Mei 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Tarian Poco-Poco Hibur Pasukan PBB di Sudan

Posted: 31 May 2011 05:39 AM PDT

Kairo (ANTARA News) - Peringatan Hari Penjaga Perdamaian PBB (Peacekeepers Day) di wilayah bergolak Darfur, Sudan, pada Ahad (29/5) dimeriahkan dengan tarian khas Indonesia dari daerah Sulawesi Utara, Poco-Poco.

"Begitu lagu dan Tarian Poco-Poco dihentakkan, semua pasukan penjaga perdamaian PBB dari berbagai negara di Darfur pun berdiri berjoget bersama," kata Komandan Satgas Garuda Bhayangkara FPU Indonesia III, AKBP Gatot Mangkurat P.PJ, kepada ANTARA Kairo, Selasa.

Tarian tersebut dipersembahkan personel Kontingen Satuan Tugas (Satgas) Garuda Bhayangkara "Formed Police Unit (FPU)" Indonesia III.

Menurut Perwira Administrasi Personel FPU Indonesia III, AKP Andri Ananta Yudhistira, hentakan Tarian Poco-Poco yang dipersembahkan para anggota Satgas Garuda Bhayangkara itu semakian semarak lagi ketika digabungkan dengan tarian Sajojo.

"Kekompakan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas pokok sebagai pasukan pemelihara perdamaian tergambar dalam persembahan keserasian tarian Poco-Poco dan Sasojo itu," papar Andri Ananta.

Selain mempersembahkan Tarian Poco-Poco, Kontingen Polri juga menyajikan masakan khas Nusantara berupa soto ayam yang ternyata banyak disukai oleh kontingen dari negara-negara lain.

"Ini adalah momen yang tepat untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia di mata masyarakat internasional," ujar Gatot.

Kontingen Garuda Bayangkara Indonesia III yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB di Darfur (United Nations-Hybrid African Union Mission In Darfur (UNAMID) pada Peacekeepers Day itu, melaksanakan upacara peletakan karangan bunga untuk mengenang gugurnya 28 anggota pasukan PBB di Darfur sejak 2008.

Upacara ini dipimpin oleh Deputy Joint Special Representatif (DJSR) Mohamed B. Yonis.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam amanatnya menjelaskan beragam persoalan yang dihadapi badan dunia itu dalam misi perdamaian internasional.

Amanat Sekjen PBB bertema "Penegakan Supremasi Hukum" yang dibacakan oleh Yonis itu menitikberatkan pada dua persoalan penting.

Pertama, penyebaran pasukan PBB blue helmet merupakan perwujudan dari keyakinan bersama bahwa orang yang telah selamat dalam perang seharusnya tidak menderita lagi karena situasi ketidakamanan, ketidakadilan dan ketakutan, maka dengan menghilangkan kondisi tersebut kita dapat menciptakan perdamaian abadi.

Kedua, penegakan supremasi hukum, sangatlah penting untuk keberhasilan pemeliharaan perdamaian.

"Dalam posisi itu, misi perdamaian PBB membutuhkan kepercayaan dalam tugas-tugas kepolisian, sistem peradilan dan pelayanan masyarakat," kata Ki-moon.

Itulah sebabnya PBB mewajibkan polisi untuk tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan, mendukung tata kelola pengadilan guna melayani keadilan dan bekerja secara manusiawi dalam hal penahanan terhadap seseorang, katanya.(*)

(T.M043/D009)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Ditemukan Tongkat Peninggalan Raja Nyawa

Posted: 31 May 2011 05:03 AM PDT

Pagaralam, Sumsel (ANTARA News) - Juru kunci Gunung Api Dempo di Pagaralam, Sumatera Selatan, Wahadi, menemukan tongkat sepanjang satu meter, seberat 300 gram dan berkepala sepasang naga, yang diduga merupakan peninggalan Raja Nyawa, salah satu penguasa daerah Besemah.

Informasi yang diperoleh ANTARA di Pagaralam, Selasa, menyebutkan bahwa tongkat yang terbuat dari kuningan itu memiliki kepala naga berjenis kelamin betina dan jantan, kemudian dihiasi dengan berbagai ukiran berbentuk ular dan termasuk tulisan aksara Jawa kuno.

"Memang sebelum menemukan tongkat Raje Nyawa itu saya mendapat firasat melalui mimpi, kebetulan saat itu berada di Puncak Gunung Api Dempo pada ketinggian 3.150 di atas permukaan laut. Tongkat itu bentuknya seperti ular," kata penemu tongkat, Wahadi.

Menurut dia, seperti biasa ketika berada di puncak Merapi selalu melakukan ritual untuk meminta petunjuk atau izin dengan penghuni daerah tersebut.

"Tidak lama setelah ritual dilakukan, terlihat seekor ular yang ketika saya pegang ternyata merupakan sebuah tongkat berkepala naga," ujar dia lagi.

Dia menuturkan, dalam mimpi sebelumnya menyatakan bahwa tongkat itu merupakan pemberian dari "puyang" (nenek moyang, Red) Raja Nyawa yang merupakan salah satu penguasa yang sangat berpengaruh di Tanah Besemah waktu itu.

"Tongkat ini terbuat dari besi kuningan, berkepala sepasang naga dan sepanjang tongkat dihiasi dengan ukiran termasuk bentuk ular serta tulisan huruf Jawa kuno," kata Wahadi pula.

Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kota Pagaralam, Syafrudin, mengatakan penemuan ini bukanlah yang pertama tapi sudah kesekian kalinya, dan hal ini wajar mengingat Pagaralam merupakan daerah bekas salah satu kerajaan sehingga banyak menyimpan peninggalan bersejarah.

"Bukti lainnya adalah penemuan keris, cemeti, arca, kapak batu, megalit dan masih banyak peninggalan prasejarah lainnya di daerah ini," kata dia.(*)

(T.KR-SUS/AS/A041)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan