Ahad, 14 Julai 2013

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


17 Tewas, Bentrok Supoter Tinju di Papua

Posted: 14 Jul 2013 11:54 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Bentrok terjadi antara pendukung tinju di Gelanggang Olah Raga (GOR) Kota Lama Nabire, Papua, Minggu (14/7/2013) jelang tengah malam. Akibatnya, 17 orang tewas.

""Saat terjadi keributan, para penonton saling dorong dan saling injak sesama penonton. Tewas 17 orang. Ada 5 laki-laki dan 12 perempuan," ujar Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar I Gede Sumerta saat dihubungi, Minggu malam. Insiden terjadi sekitar pukul 23.00 WIT.

Gede menjelaskan, massa di GOR saat itu sekitar 1.500 orang. Malam itu ada pertandingan antara Yulius Pigome dari sasana Mawa melawan Alvius Rumkorem dari sasana Persada. Insiden terjadi akibat pendukung Yulius mengamuk, setelah kalah tanding.

Berikut data korban tewas yang telah dibawa ke RSUD Nabire.
1. Huda (laki-laki)
2. Yosina Waine (perempuan)
3. David Wabes (laki-laki))
4. Stevina tebay (perempuan 23 tahun)
5. Yuliana Magai (perempuan)
6. Elina Dugupa (perempuan)
7. Anii Wayaa (perempuan)
8. Monica Bonai (perempuan)
9. Meriam Mandosir (perempuan 17 tahun)
10. Martina Keiya (perempuan)
11. Ice tebay (perempuan)
12. Yanus Manibui (laki-laki)
13. Tresia Waine (perempuan)
14. Merlin Ayeba (perempuan)
15. Yakum Rumkorem (laki-laki)
16. Wilem Agapa (laki-laki))
17. Lisa Womsiwor (perempuan).

Editor : Palupi Annisa Auliani

Dianggap Mirip \"Srimulat\", Jokowi Diyakini Menangi Pilpres 2014

Posted: 14 Jul 2013 08:09 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) diyakini dapat memenangi kursi presiden 2014 secara mutlak dan meyakinkan. Penilaian ini berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan Institute for Transformation Studies (Intrans).

"Seluruh prasyarat dan atribut ideal dimenangkan Jokowi sehingga diyakini jika Jokowi maju dalam Pilpres 2014, Jokowi akan memenangkan kursi presiden 2014 secara mutlak dan meyakinkan," kata Direktur Eksekutif Intrans, Saiful Haq, saat memaparkan hasil penelitian lembaganya di Jakarta, Minggu (14/7/2013).

Penelitian Intrans yang dilakukan pada Mei-Juli 2013 ini mengukur persepsi dan sikap pemilih terhadap asosiasi atribut kandidat capres dan cawapres 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang melibatkan 150 responden yang dibagi dalam 10 kelompok focus group discussion (FGD). Dalam setiap diskusi dilakukan pendalaman subtansi pertanyaan riset dengan menggunakan metode diskusi mendalam dengan dipandu oleh seorang fasilitator.

Srimulat

Menurut hasil penelitian, minat dan sikap responden yang memenangkan Jokowi sebenarnya banyak dipengaruhi atribut "merakyat', bukan dilihat dari rekam jejak, karier, atau keputusan politik yang pernah diambil Jokowi selama ini. Saiful mengatakan, sebagian besar responden melihat Jokowi sebagai sosok yang sama dengan rakyat kebanyakan sehingga masyarakat merasa memilih kaumnya sendiri saat menetapkan pilihan kepada Jokowi.

"Sehingga identifikasi masyarakat dengan Jokowi sama dengan melihat opera lawak Srimulat, tidak ada jarak antara rakyat kebanyakan dengan Jokowi sehingga bahasa yang muncul bahasa ndeso sehingga rakyat merasa memilih kaumnya sendiri," sambung Saiful.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan, secara konsisten responden mengidentifikasikan nama Jokowi hanya sebagai presiden, tanpa pernah memasukkannya ke dalam kategori wakil presiden.

Selain Jokowi, ada dua nama lain yang hanya diidentifikasikan sebagai calon presiden, yakni Megawati Soekarnoputri, dan petinggi Partai Nasdem, Surya Paloh. "Jokowi dalam survei kuantitatif sudah menembus hampir 25 persen dan kualitatif Jokowi disebut calon ideal, dan kalau pemilu presiden diikuti Jokowi, kami pastikan Jokowi bisa memenangkan pilpres," ucap Saiful.

Menanggapi hasil penelitian ini, sosiolog Universitas Gadjah Mada, Ari Sudjito, mengatakan, tak ada alasan bagi PDI Perjuangan untuk tidak mengusung Jokowi sebagai calon presiden 2014.

"Memang dilema PDI-P adalah apakah dia akan majukan Jokowi dengan konsekuensi banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan di Jakarta. Tetapi, kalau tidak, tidak ada calon yang cukup kuat," tuturnya.

Editor : Heru Margianto

Tiada ulasan:

Catat Ulasan