Isnin, 11 Februari 2013

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Tengah Malam, Belasan Kader DPD Demokrat Temui Anas

Posted: 11 Feb 2013 10:12 AM PST

Tengah Malam, Belasan Kader DPD Demokrat Temui Anas

Penulis : Aditya Revianur | Selasa, 12 Februari 2013 | 00:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengumpulkan belasan kader partainya yang berasal dari daerah. Kader tersebut diketahui berasal dari beragam Dewan Pimpinan Daerah (DPD).

"Saya Dedi dari DPD Jatim mau masuk ke dalam," kata DPD Jawa Timur Partai Demokrat Dedi Prihambudi saat memperkenalkan diri kepada wartawan di depan rumah Anas, Jalan Teluk Semangka, Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (11/2/2013) malam.

Dengan berbaju batik, Dedi datang dengan menumpang taksi sekitar pukul 23.30 WIB. Selain Dedi, ada pula anggota Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Doddy Al Fayed, yang datang bersamaan dengan Dedi. Namun, Doddy naik mobil sewaan untuk menuju rumah Anas. Doddy mengaku mendatangi Anas untuk keperluan mengaji.

"Saya ingin bersilaturahim, hanya mengaji bersama Pak Anas kok," kata Doddy yang mengaku seangkatan dengan politikus dari Partai Golkar, Taufik Hidayat, yang menjadi Ketua Umum HMI setelah Anas. Doddy enggan berkomentar lebih banyak kepada wartawan karena sedang terburu-buru memasuki kediaman Anas.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, para kader DPP Partai Demokrat sudah keluar dari rumah Anas tidak lama setelah kader DPD berdatangan ke rumah Anas. Ketua Departemen Keuangan DPP Partai Demokrat Ikhsan Modjo meninggalkan rumah Anas sekitar pukul 23.50 WIB. Saat keluar, Modjo didampingi dua orang yang diduga kuat kader DPP Demokrat.

Di dalam rumah Anas kemungkinan besar sedang dilangsungkan rapat bersama DPD Demokrat kubu Anas. Belasan orang yang diduga berasal dari DPD terdengar berbicara dan bercanda dari dalam rumah Anas. Sayup suara mereka terdengar hingga ke telinga wartawan yang bersiaga di luar rumah Anas.

HMI: Bersatulah Wahai Para Pemimpin Bangsa!

Posted: 11 Feb 2013 08:54 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com -  Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menyerukan agar para pemimpin bangsa dan tokoh nasional bersatu untuk mengakhiri konflik pribadi, partai ataupun kelompok agar bangsa dan negara Indonesia terhindarkan dari perpecahan.

Siapa saja boleh masuk dalam kemelut itu dalam berbagai alasannya, namun sebagai pribadi. Jika anggota HMI ingin terlibat dalam kemelut tersebut, dilarang menggunakan bendera HMI atau bahkan mengatasnamakan organisasi HMI.

-- Noer Farjieansyah

"Jika pada tahun 2013 konflik dan perseteruan tersebut tidak bisa diatasi, Indonesia akan menghadapi konflik yang berkepanjangan," demikian Ketua Umum Pengurus Besar HMI (PB HMI), Noer Farjieansyah dalam siaran persnya Senin (11/2/2013) menanggapi kondisi karut marutnya perpolitikan Indonesia.

Fajri – panggilan akrab Ketua Umum PB HMI itu, menjelaskan, sebagai organisasi mahasiswa terbesar, HMI harus berdiri pada jalur netral menyikapi semua kemelut yang ada dalam partai atau politik. Hal ini mengingat alumni HMI berada di seluruh jaringan partai peserta pemilu 2014 yang berjumlah 11 buah.

"Kami sebagai organisasi mahasiswa terbesar harus bersikap netral terhadap kasus yang ada. Keberpihakan pada salah satu kelompok dalam sebuah partai akan memecah belah soliditas keluarga besar HMI seluruh Indonesia," ujar Fajri.

Oleh karena itu, sebagai Ketua Umum HMI, Fajri mengeluarkan perintah kepada seluruh anggota HMI di Indonesia untuk tidak masuk dalam kemelut politik yang ada. Semua anggota harus bijaksana dalam memainkan peranan mereka. Dikatakannya, jika para anggota saling mengklaim mendukung salah satu pihak yang berkonflik itu sama saja menghantam dan memecah HMI.

HMI juga menyerukan kepada seluruh keluarga besar HMI dimulai dari kader HMI aktif, alumni dan structural agar bersama-sama menjaga nama baik HMI., Fajri menjelaskan lebih lanjut, jika ada anggota aktif HMI yang ingin terlibat dalam kemelut tersebut dilarang untuk membawa bendera organisasi HMI.

"Siapa saja boleh masuk dalam kemelut itu dalam berbagai alasannya, namun sebagai pribadi. Jika anggota HMI ingin terlibat dalam kemelut tersebut, dilarang menggunakan bendera HMI atau bahkan mengatasnamakan organisasi HMI. Ini perlu ditegaskan agar HMI tidak memperkeruh situasi kemelut politik. Dengan seruan ini juga, saya sebagai Ketua Umum, bermaksud memberi tahu kepada para pihak yang mungkin telah dirugikan akibat ulah oknum yang mengatasnamakan HMI, " tegasnya.

Sebagai tindak lanjut, Fajri meminta para pihak yang merasa dirugikan oleh oknum anggota HMI bisa melapor kepada dirinya untuk kemudian dapat dipertimbangkan sanksinya. Hal ini dilakukan mengingat secara tegas dalam AD/ART organisasi dan tafsir independensi organisasi diatur bahwa HMI independen secara etis dan organisatoris.

Terkait dengan seruan kepada para pemimpin bangsa, HMI meminta para pemimpin partai, parai pemimpin kelompok masyarakat, para penyelenggara negara untuk bersatu. Sebagai generasi muda yang kelak akan memimpin negara di masa mendatang, mereka membutuhkan figur para pemimpin bangsa yang bijaksana, arif dan juga damai.

Menurutnya, generasi muda Indonesia saat ini tidak membutuhkan pemimpin bangsa yang menonjolkan kekuasaan, tetapi bijaksana, arif dan yang memberi kedamaian bagi bangsa dan negara.

Perilaku pemimpin bangsa yang mengedepankan penyelesaian konflik dengan tidak bijaksana, ujar Fajri selanjutnya, menjadi contoh buruk tidak hanya bagi HMI tetapi juga bagi generasi muda Indonesia seluruhnya.

"Kepada para pemimpin bangsa di semua dimensinya, kami ingin mereka bersatu demi Indonesia Satu Tak Terbagi. Izinkan kami mempunyai contoh yang baik untuk bekal kelak kemudian hari. Mari kita mencari solusi bersama-sama tanpa melihat kekurangan masing-masing pemimpin agar masalah lain seperti kemiskinan, ekonomi, pengangguran dapat segera diatasi oleh pemangku kepentingan baik yang berasal dari partai politik, pemerintahan, pengusaha, tokoh informal, ataupun tokoh agama," katanya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan