Rabu, 23 Januari 2013

Republika Online

Republika Online


Kena Keputihan, Bagaimana Solusinya?

Posted: 23 Jan 2013 06:08 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, Fluor Albus, dalam bahasa awam disebut dengan keputihan adalah suatu gejala (bukan diagnosis), yaitu semua sekret yang berasal dari vagina, tidak termasuk darah. Keputihan selanjutnya dibedakan apakah merupakan suatu kondisi normal (fisiologis) atau patologis.

Keputihan yang normal ditemukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut: saat menstruasi, beberapa hari setelah menstruasi, saat ovulasi dan saat kehamilan. vagina dilindungi oleh flora normal (laktobasilus) yang berperan sebagai mekanisme pertahanan melawan infeksi.

Laktobasilus mempertahankan pH normal vagina antara 3,84,2. Bila mekanisme pertahanan ini terganggu, akan bertambah banyaklah mikroorganisme anaerob, yang akan diikuti oleh produksi oleh enzim-enzim proteolitik. Pada kehamilan, peningkatan jumlah sekret vagina cukup sering dikeluhkan. Tidak ditemukan adanya penyebab patologis pada sebagian besar kasus.

Berikut tips agar tidak terkena keputihan, antara lain sebagai berikut: Gunakan pakaian dalam yang bersih dan kering, serta mudah menyerap keringat. Hindari celana ketat, celana jins ketat, pakaian dalam dan pakaian renang yang basah. Sebab jika lembab dan basah dapat dapat menimbulkan iritasi serta memudahkan tumbuhnya jamur atau kuman penyakit. Sering-sering ganti pembalut saat haid/menstruasi.

Kemudian bersihkan dan keringkan vagina dengan cara yang benar sehabis buang air kecil, gunakan air dengan arah basuhan dari depan ke belakang. Lalu gunakan tisu sekali usap dan buang. Ganti pakaian dalam 2-3 kali sehari, khususnya setelah olahraga. Jangan membiasakan mengenakan pakaian dalam yang lembab, karena hanya menyuburkan pertumbuhan jamur.

Selanjutnya saat menjemur pakaian dalam, jangan hanya diangin-anginkan, melain kan jemur di bawah terik matahari. Sinar UV yang dipancarkan matahari akan membunuh kuman yang mungkin hinggap di pakaian dalam, meski sudah dicuci sekalipun. Jangan lupa hindari duduk di toilet umum jika tidak terpaksa sekali. Sediakan tisu, alasi dulu tempat toiletnya, baru duduk. Atau lebih baik bawa cairan penyemprot praktis yang mengandung desinfektan.

Mitos Seputar Ibu Menyusui

Posted: 23 Jan 2013 05:16 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID,Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alamiah yang paling tepat untuk bayi. Selain bermanfaat bagi kesehatan ibu, seperti mengurangi risiko terkena kanker payudara dan indung telur, menyusui juga dapat mempererat hubungan batin antara ibu dan bayinya. Berat badan ibu selama kehamilan pun lebih cepat kembali ke berat semula karena lemak yang tertimbun akan digunakan untuk memproduksi ASI.

Dibandingkan dengan susu formula, manfaat ASI jauh lebih banyak. Kolostrum ASI mengandung zat penangkal penyakit. Ini membuat bayi yang mendapatkan ASI eksklusif jarang menderita diare, infeksi saluran nafas bawah, atau infeksi telinga. Dalam ASI terkandung lemak dan asam lemak yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Itulah sebabnya bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai perkembangan kognitif dan motorik lebih cepat.

Susu sapi mengandung protein sapi yang dapat menimbulkan reaksi alergi, sedangkan protein ASI hasil produksi tubuh ibu tidak akan menimbulkan alergi pada bayi. Susu formula lebih kental daripada ASI, kandungan garamnya lebih tinggi sehingga bayi akan lebih sering haus. Ini mengakibatkan bayi minum melebihi kebutuhan. Akibatnya, bayi menjadi kegemukan (obesitas). Kegemukan itu dapat berlanjut hingga dewasa yang membawa risiko berbagai penyakit, misalnya tekanan darah tinggi, kadar kolesterol meningkat, tekanan darah tinggi, atau kencing manis.

Namun, di balik banyak manfaat ASI, kerap kali dijumpai cerita yang menyeramkan sehingga banyak ibu menyusui yang merasa khawatir. Dokter Edi Setiawan Tehuteru SpA MHA IBCLC mempunyai beberapa kisah tentang ASI yang disebutnya hanya mitos.

Seperti, pipi bayi menjadi eksem kalau terkena ASI yang jelas tidak benar. Edi mengakui, beberapa bayi yang mempunyai kecederungan alergi mungkin akan sensitif terhadap apa yang dimakan ibunya. Alergi dapat muncul sebagai ruam merah, seperti eksem di pipi. Ruam di pipi bayi bukan akibat kecipratan ASI ,melainkan bentuk alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibunya dan masuk ke ASI. "Jika ini terjadi, ingat-ingatlah kembali makanan yang dikonsumsi ibu, kemudian hindarilah," kata dokter spesialis anak dan konsultan laktasi tersebut.

Mitos lain yang tidak benar menyebutkan, menyusui dapat menyebabkan payudara kendor. Seperti jaringan tubuh lainnya, elastisitas payudara akan menurun seiring bertambahnya usia. Saat perempuan hamil, tubuhnya menyimpan lemak, antara lain, di daerah perut, pinggul, dan payudara. Timbunan lemak itulah yang mengakibatkan beban ligiman bertambah berat sehingga menjadi agak melar. Untuk menyiasatinya, Edi menyarankan untuk selalu memakai BH yang sesuai agar dapat menyangga payudara selama kehamilan maupun menyusui.

Ada pula mitos yang menyebutkan, bayi meninggal akibat hidung tertutup payudara ibu saat menyusui. Edi mengakui, cerita ini belum pernah dilacak dari mana asalnya. Bayi yang sehat akan memberontak kalau hidungnya tertutup. Dan, ibu tentu akan bereaksi jika bayi memberontak. Edi menduga, bayi yang diberitakan itu ada kemungkinan menderita kelainan yang tidak disadari oleh keluarganya. Sehingga, ketika bayi meninggal saat menyusui, keluarga mengambil kesimpulan yang salah.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan