Rabu, 23 Januari 2013

Republika Online

Republika Online


Kompor 'Meleduk', Pertokoan Tanah Abang Kebakaran

Posted: 23 Jan 2013 10:55 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Si jago merah menyerang kembali. Kali ini, api menyasar 18 kios serta dua rumah warga di Kawasan Jembatan Tinggi, RT 16 RW 09, Kelurahan Jatibundar, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (23/1) malam. 

Penyebab kebakaran diduga berasal dari kompor yang meledak di sebuah tempat makan. Tidak ada korban jiwa pada kebakaran ini.

 Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Paimin Napitupulu mengatakan, api berawal dari sebuah tempat makan sekitar pukul 20.30 WIB disebabkan oleh kompor meledak. 

Akibatnya puluhan kios mesin, tekstil, dan toko sepeda ludes terbakar. Sedikitnya 31 unit mobil pemadam kebakaran dan 157 personel dikerahkan untuk memadamkan api tersebut.

Pemadaman api, ujar dia, sempat terkendala karena padatnya warga yang ikut menonton mempersempit ruang gerak para pemadam. Selain itu, akses air pun tidak mudah dicapai.

Pihak Damkar, kata Paimin, berhasil memadamkan api pada pukul 21.30 WIB. "Sejam saja pemadamannya,'' kata dia, Kamis (24/1) siang.

Menurut Paimin, kebakaran yang meluluhlantakkan sekitar 18 pertokoan dan dua rumah warga ini tidak sampai ada korban jiwa. Seluruh warga dengan sigap menyelamatkan diri.

 Masalah kerugian, ujar Paimin, diperkirakan mencapai miliaran rupiah. "Ini baru hitungan kasar saja,'' kata dia. 

Tahun Ini, Ekonomi Dunia Terancam Runtuh

Posted: 23 Jan 2013 10:50 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia tetap tak bisa melarikan diri dari risiko keruntuhan ekonomi global. Meskipun beberapa pendapat menyakini ekonomi dunia akan berangsur pulih di 2013 ini,  sejumlah analisis melihat hal berbeda.

Pendiri World Economic Forum Klaus Schwab misalnya. Ekonom Swiss itu  menyerukan pemimpin dunia untuk lebih berhati-hati pada realita yang ada dan memulihkan kepercayaan publik untuk menghindari krisis keuangan yang lebih besar.

Ia percaya bahwa  risiko perekonomian belum akan pergi. "Perekonomian masih mungkin akan menghadapi keruntuhan jika konstelasi negataif terjadi," katanya kepada Associated Press.

Memang diakuinya pasar terlihat lebih kuat di tahun ini. Indeks saham mulai mendekat pada level tertinggi dan mata uang Euro terlihat telah aman dari sejumlah bahaya. Bank sentral di sejumlah negara pun juga telah membanjiri keuangan dengan mata uang baru.

Tapi pengangguran yang tinggi di negara maju dan fakta banyaknya pemimpin bisnis serta pemerintahan yang jatuh juga tak bisa dibiarkan begitu saja.  Aliansi Eropa dan Jepang yang terjebak dalam resesi misalnya bisa membawa dampak negatif bagi perekonomian.

Belum lagi kondisi ekonomi  Amerika Serikat yang tengah berjuang menyelesaikan kesepakatan anggaran untuk menghidari potensi gagal utang. Jika gagal, maka kemungkinan bisa menyebabkan malapetakan di pasar keuangan.

Jika AS tidak mencapai kesepakatan, seperti yang diharapkan, pemotongan belanja pemerintah yang besar akan melukai perekonomian global. 

Schwab mengatakan pertumbuhan ekonomi didasarkan pada optimisme antara konsumen dan investor. Sehingga pemimpin ditantang meningkatkan kepercayaan masyarakat bagaimana dunia bisa lebih optimis ke depan.

Masalah fundamental seperti pertumbuhan pengangguran tak cukup hanya diselesaikan dengan menurunkan kuantitasnya saja. Menurutnya kewirausahaan dibutuhkan agar para pengangguran fokus pada memperoleh keterampilan  yang bisa menujang aktivitas ekonomi dirinya seperti teknologi baru dan ilmu pengetahuan.

"Kita perlu cara berpikir yang baru. Ini bukan pekerjaan tradisional yang akan memecahkan masalah," katanya.

Sebelumnya Bank Dunia memang kembali memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global. Geoekonomi tahun ini dinilai cenderung tak berubah banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

Para ekonom dari lembaga itu bahkan berujar pertumbuhan ekonomi global hanya akan naik 0,1 persen menjadi 2,4 persen dari sebelumnya 2,3 persen di 2012. Padahal, Juni lalu, lembaga multinasional ini masih optimis pertumbuhan ekonomi global mampu meningkat hingga tiga persen.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan