Rabu, 30 Januari 2013

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Pohon Sawo Kecik Tangkal Bahaya Petir

Posted: 30 Jan 2013 07:51 AM PST

Pohon Sawo Kecik Tangkal Bahaya Petir

Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Rabu, 30 Januari 2013 | 15:51 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Sambaran petir beberapa kali terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman. Namun, ternyata bahaya petir tersebut bisa ditanggulangi dengan cara tradisional, yakni menanam pohon yang dapat menyerap udara listrik.

Peneliti Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada, Sunarto, Rabu (30/1/2013), mengatakan, cara tersebut tergolong tradisional, tetapi terbilang ampuh untuk menanggulangi bahaya petir.

"Beberapa pohon yang bisa berfungsi untuk mengurangi daya kekuatan petir seperti pohon kelor, pohon jarak, pohon kolang-kaling, pohon kaliandra, dan pohon sawo kecik. Pohon-pohon tersebut, selain ampuh, juga cukup mudah didapat dan ditanam," kata Sunarto.

Sunarto menjelaskan, pohon-pohon tersebut bisa menyerap daya listrik yang dimunculkan oleh petir sehingga kekuatan petir bisa diredam. "Jika pohon-pohon tersebut ditanam di daerah rawan bahaya sambaran petir, daya kekuatan listrik dari petir akan terserap sehingga sambarannya tidak akan sampai ke tanah ataupun rumah," ujarnya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman Makwan mengatakan, pihaknya masih terus melakukan sosialisasi mengenai bahaya bencana petir yang tengah mengancam wilayah DI Yogyakarta.

"Mengenai mitigasi bahaya petir, kami baru dalam proses melakukan kerja sama dengan Pusat Studi Bencana UGM. Memang cara tradisional itu belum pernah dilakukan, karena itu kami masih mengkaji lagi," papar Makwan.

Diperkirakan ancaman petir di DIY masih akan berlangsung hingga Mei 2013. Paling tinggi terjadi pada April dan Mei 2013.

Editor :

Glori K. Wadrianto

Pengurus Partai Nasdem Jabar Mundur

Posted: 30 Jan 2013 07:39 AM PST

BANDUNG, KOMPAS.com — Sebagian petinggi pengurus Partai Nasdem Jawa Barat resmi mengundurkan diri dan diikuti pengurus tingkat kota/kabupaten hingga cabang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan atas hasil Kongres Partai Nasdem pada 24-25 Januari 2013.

Pengunduran diri itu diutarakan melalui jumpa pers yang digelar di Hotel Grand Panghegar Bandung, Rabu (30/1/2013).

Beberapa contoh adalah Ketua DPW Partai Nasdem Jabar Rustam Effendi, Ketua Dewan Pembina DPD Jabar Romli Atmasasmita, dan pengurus DPD di Kota Cimahi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bandung Barat.

Dalam jumpa pers tersebut, para pengurus secara demonstratif melepaskan seragam partai berwarna biru, mengumpulkannya ke dalam dua kardus kosong di depan meja para pejabat partai. Ratusan lembar kartu keanggotaan partai juga dihamburkan ke udara hingga jatuh berceceran di atas lantai. Setiap kali pejabat partai selesai berbicara, pengurus yang duduk berhadapan menimpali dengan teriakan.

"SP satu, SP dua, SP tiga, PHK!," ujar mereka.

Istilah SP dalam yel-yel tersebut bisa diartikan surat peringatan yang biasanya diberikan sampai tiga kali kepada karyawan sebelum akhirnya memutuskan untuk memberhentikan atau PHK. Namun, istilah yang sama juga bisa ditujukan kepada Ketua Umum Partai Nasdem yang baru saja terpilih, Surya Paloh, yang berinisial sama.

Menurut Asep Taryana, Ketua DPD Partai Nasdem Kota Cimahi, pengunduran diri ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan atas jerih payah pengurus partai yang tidak dianggap lagi. Namun, dia tidak mau menjelaskan lebih spesifik lagi mengenai hal tersebut.

Romli menambahkan, mereka kecewa karena Partai Nasdem yang mengusung misi restorasi Indonesia justru menerabas anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya sendiri. Sebagai guru besar ilmu hukum, hal itu membuatnya kecewa hingga memutuskan untuk mengundurkan diri.

Mereka mengklaim, jumlah anggota yang mengikuti langkah mereka mencapai 5.000 orang dan dijamin yang lain bakal menyusul lagi. 

 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan