Isnin, 5 November 2012

KOMPASentertainment

KOMPASentertainment


Lola Amaria: Saya Membuat Film Sesuai Hati Nurani

Posted: 05 Nov 2012 08:53 PM PST

Pengantar Redaksi

Lola Amaria adalah sebuah totalitas. Dia bersungguh-sungguh, tidak pernah bermain-main dengan dunia film. Bintang film yang kini menjadi sutradara sejumlah film itu tidaklah melulu menawarkan sebuah film dengan tema-tema biasa, apalagi pasaran. Film suksesnya, seperti Minggu Pagi di Victoria Park, adalah sebuah realitas yang dia angkat dengan baik ke layar putih. Begitu pula film-film lain yang dibidaninya.

Bagi saya adalah passion dalam membuat film secara konsisten adalah hal yang terbaik.

Rahasia kesungguhan Lola berkarya antara lain adalah risetnya yang kuat sebagai bagian tak terpisahkan dari karya-karyanya. Tidak jarang, dia harus bermalam atau hidup bersama dengan masyarakat atau realitas yang akan dijalaninya. Pernah, dia tinggal selama tiga bulan untuk bisa mendalami perannya sebagai tenaga kerja wanita dalam film Detour to Paradise.

Begitulah, Lola. "Bagi saya adalah passion dalam membuat film secara konsisten adalah hal yang terbaik," katanya.

Bagaimana perasaan Mbak Lola Amaria setelah sukses menjadi bintang dan kini namanya terkenal sebagai sutradara yang sudah menghasilkan beberapa film? (Dwi Damayanti, xxxx@yahoo.co.id)

Bagi saya, sukses adalah ketika saya berhasil menerima kelemahan-kelemahan saya sendiri. Karena hal seperti itulah yang membuat saya terus belajar.

Sebagai penikmat film-film terbaik sutradara Indonesia saya bangga dengan Mbak Lola karena mampu membuka mata masyarakat tentang berbagai hal, termasuk tentang lesbian, gay, biseksual, dan transjender (LGBT), serta TKI.

Apa yang melatarbelakangi Mbak Lola membuat film-film yang sedikit "kontroversial" tersebut. Dari sekian film yang sukses, film apa yang paling berkesan bagi Mbak Lola? (Rasno Ahmad Shobirin, Pulau Nusakambangan, Cilacap)

Hal yang melatarbelakangi pembuatan film-film saya adalah semata peristiwa yang terjadi di sekitar kita, juga di masyarakat. Banyak sekali hal menarik yang bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran ataupun bahan cerita/ide untuk film.

Kontroversial, bagi saya adalah hal yang relatif, tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Apa pun bentuk cerita atau kejadian yang saya buat dalam film semua benar terjadi dan punya sisi humanis yang menarik. Saya ingin berbagi hal itu.

Untuk masalah yang paling berkesan, semua film yang saya buat atau mainkan memiliki nilai tersendiri. Semua memiliki penghargaan bagi kelangsungan jalannya karier saya.

Apa ambisi besar Anda untuk memajukan dunia perfilman Indonesia sehingga bisa lebih diakui secara internasional seperti industri film Korea, misalnya? Langkah-langkah apa yang akan Anda lakukan untuk mewujudkannya? (Jeffri, Jakarta)

Bicara tentang ambisi, jika urusannya ambisi pribadi, tidak ada. Saya ingin konsisten dalam berkarya dan membuat film sesuai dengan hati nurani saya.

Dunia perfilman Indonesia bagi saya bisa lebih maju dan bisa setara dengan film-film internasional jika penerapan tata laksana/tata kelola ekonomi film bisa dilakukan di negeri tercinta ini.

Mbak Lola, terima kasih atas film-filmnya mengenai tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri. Apakah dengan film-film itu Mbak bermaksud "membuka mata" banyak pihak—termasuk pemerintah—untuk melihat lebih jernih betapa berjasa para TKI perempuan itu? Bagaimana perasaan Mbak Lola mengetahui, justru para pejuang devisa itu masih disakiti, dipungli, dan sebagainya? (Gun Gun Gunawan, Kiaracondong, Bandung)

Ketika saya melihat para TKI/TKW itu, bagi saya mereka itulah para pejuang sesungguhnya. Sayangnya adalah kesuksesan mereka bukan sebuah berita menarik bagi media. Kebanyakan justru kesusahan dan penderitaan yang menjadi berita yang terkadang beritanya sangat dieksploitasi.

Saya mungkin tidak bisa terjun langsung, tetapi setidaknya karya saya yang ada dan berhubungan dengan TKI/TKW mudah-mudahan bisa membuka banyak orang bahwa kesuksesan pun penting untuk diberitakan sebagai salah satu bentuk penghargaan. Toh, mereka juga adalah pahlawan devisa, bukan?

Saya sangat terkesan dengan film Sanubari Jakarta. Saya tertarik serta enggak sabar untuk menonton film terbaru Mbak Lola Lumba-lumba. Kebetulan saya menulis beberapa cerpen yang bertema LGBT. Misalkan saya ingin mengirim cerpen tersebut ke Mbak Lola, apa bisa? Mungkin bisa menjadi sedikit bahan referensi buat Mbak.

(Yohanes A Wibowo, Ciledug, Banten)

Ralat ya: sebenarnya Lumba-lumba adalah bagian dari Sanubari Jakarta. Film tersebut sudah tayang di jaringan Bioskop 21 pada April lalu. Jika ingin mengirimkan ceritanya, silakan kirim ke lola.amaria.management@gmail.com


Dear Mbak Lola, sebagai sutradara, adakah rencana dalam waktu dekat membuat film

yang sedikit menggigit tentang situasi di negeri kita, khususnya korupsi dan koruptor? (Helder Nadeak, Kalimantan Selatan)

Dalam waktu dekat saya sedang mempersiapkan sebuah film cerita layar lebar tentang buruh lokal. Untuk hal yang menggigit dan berbau politik, seperti korupsi dan koruptor, saya masih mempertimbangkannya. Hal itu mengingat untuk membuat sebuah film berbau politik dibutuhkan riset yang cukup kuat dan mendalam.

Apa yang melatarbelakangi Anda berpindah profesi dari seorang pemain film menjadi sutradara? Lebih enak menjadi pemain atau bertugas di balik layar? (Suci Bella Dwi Kurnia, Cileungsi, Bogor)

Bagi saya, saya tidaklah berpindah profesi. Saya tetap bermain sebagai pemain film. Sutradara adalah kegiatan baru bagi saya. Saya hanya mengikuti proses yang ada karena bagi saya, hidup adalah sebuah proses perjalanan.

Jika ditanya lebih enak mana menjadi pemain atau petugas yang bertugas di balik layar, saya lebih suka menjadi seseorang yang bertugas di balik layar.

Menurut Mbak Lola, apa sih arti sebuah pernikahan dan keluarga itu? (Ary Bachtiar, Sumedang)

Pernikahan adalah ibadah. Keluarga adalah faktor pemberi semangat utama dalam menjalankan hidup untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Mbak Lola, siapakah inspirator dalam hidup Mbak Lola? (Vallencia Nandya Paramitha, Semarang)

Inspirator hidup saya adalah pengalaman hidup saya.

Mbak Lola, menurut saya, sutradara Indonesia itu hebat-hebat, lho. Tetapi, mengapa mereka mau dan rela "menggadaikan" dirinya untuk membuat film-film yang jelek dan sekadar memenuhi pasar? Sulit, ya, bertahan di idealisme itu selama masyarakatnya belum cerdas? (Jimmy Lu, Pondok Cabe, Tangerang Selatan)

Bagi saya itu adalah hal yang sah dan merupakan pilihan. Saya menghormati hal itu. Tidak ada yang benar atau salah untuk ini karena semua berhak melakukan apa yang mereka suka.

Bagaimana cara memosisikan diri di lapangan ketika melakukan survei/riset untuk mengangkat pengalaman ke dalam layar lebar?

(Syarief Kate, xxxx@gmail.com)

Ketika melakukan riset atau survei, saya melakukannya tentu dengan hati. Saya menjadi manusia biasa tanpa atribut apa pun. Bekerja bersama, mengobrol, terkadang bahkan menginap bersama untuk mendapatkan detail dan mood yang sesungguhnya.

Dengan melakukan empati, saya berkeyakinan saya bisa memotret atau merekam apa yang seharusnya saya rekam dan saya potret sesuai dengan keadaan dan mood aslinya.

Mbak Lola Amaria, salut dengan keberadaan Anda di pentas industri film Indonesia. Bagaimana tanggapan Mbak Lola dengan adanya tema film yang kebanyakan hampir sama dari itu ke itu saja? Dari mana keberanian Mbak Lola membuat film dengan genre berbeda dari yang lain?

(Maidin Situmorang, SMA Bintang Laut Bagansiapiapi, Riau)

Niat tulus, keyakinan, tekad kuat, dan konsistensi, serta dukungan teman-teman baik saya itulah yang menjadi modal keberanian saya untuk bisa membuat film-film saya.

Sebagai produser film Sanubari Jakarta, Lola Amaria seharusnya bisa banyak memberi masukan untuk gubernur baru Jakarta Joko Widodo atau Jokowi. Apa saja, boleh tahu, kan?

(Zahrun Hafni Harahap, Jakarta Selatan)

Masukan saya untuk Gubernur DKI Jakarta Bapak Jokowi yang waktu itu juga pernah saya tanyakan kepada teman-teman saya: Saya/kami ingin merasa nyaman sebagai penduduk kota Jakarta. Kami mau nyaman pakai rok mini, nyaman bahwa saya/kami dari kaum minoritas, nyaman bahwa saya/kami berbeda dari orang lain, nyaman karena tidak ada diskriminasi, serta tentunya tidak ada banjir dan macet di Jakarta, ya....

Apakah Lola tidak ingin membuat film atau karya dengan mengangkat permasalahan

selain di Ibu Kota? Misalnya, mengangkat konflik tertentu (terkait

pendidikan/kebudayaan) di beberapa daerah?

(Vika Varia Mato Vana, Jember)

Saya sangat tertarik untuk menggali lebih jauh mengenai seni dan budaya Indonesia, khususnya Indonesia timur. Bagi saya, Indonesia timur adalah bagian negara ini yang sejauh ini masih murni dan cantik alamnya, masih asri budayanya, pun menarik dan belum banyak yang memopulerkannya. Sesungguhnya budaya Indonesia timur itu kaya sekali.

Apa keinginan hidup terbesar Mbak Lola yang belum tercapai dan ingin terwujud atau mewujudkannya? Boleh tahu?

(Retno Mulyadi, Depok, Jawa Barat)

Bagi saya, hidup adalah proses berjalan sehingga memerlukan banyak proses pembelajaran. Berkarya lebih baik dan lebih baik lagi serta konsisten pada apa yang saya yakini itu benar adalah bagian dari cita-cita saya.

Sewaktu shooting Ca Bau Kan, begitu besar perhatian masyarakat Semarang. Kebetulan tempat shooting-nya sekitar

Semarang dan Ambarawa. Bagi Anda, apakah ada kesan khusus selama pembuatan atau proses produksi Ca Bau Kan?

(Farid Widodo, Banyumanik, Semarang)

Kesan yang pasti tentunya saya belajar dan berguru kepada orang-orang hebat yang terlibat di dalam pembuatan film Ca Bau Kan. Saya menjadi lebih tahu lagi mengenai Semarang, Ambarawa, Lasem, dan sekitarnya. Saya lebih memahami budaya China yang berkembang di kawasan Indonesia pada masa itu.

Mengapa memilih isu lesbian, gay, dan transjender, serta TKI untuk diangkat dalam film? Pengalaman menarik apakah yang pernah Anda alami saat melakukan riset untuk film-film tersebut? (Dewi Lestari, Babakan Dramaga, Bogor)

Saya memilih isu-isu tersebut karena saya berada di tengah-tengah mereka dan sering berinteraksi dengan mereka.

Hal paling menarik adalah saya menjadi lebih paham dan mengerti akan arti diskriminasi dan keberagaman.

Apakah pemerintah hadir dan berperan dalam industri perfilman Indonesia, atau para insan film itu jalan sendiri dan sudah tidak memerlukan kehadiran pemerintah? (Bowo Legowo, DI Yogyakarta)

Terus terang saya tidak mengerti apakah pemerintah membantu atau tidak. Selama ini, dalam berkarya membuat film saya selalu berusaha sendiri dan teman-teman mencari investor dana, mendistribusikan, dan mempromosikan film sendiri. Kalaupun harus hadir ke festival luar negeri, saya harus mengurus sendiri.

Namun, bagi saya, tidaklah penting pemerintah membantu atau tidak. Intinya, bagi saya adalah passion dalam membuat film secara konsisten adalah hal yang terbaik.

Setahu saya, negara ini belum memiliki tata laksana/kelola ekonomi untuk industri film. Jadi, sebenarnya, adakah industri film Indonesia ini atau tidak? Itu yang sedang saya coba paham.

 Pemenang Edisi Adik Vermansyah

• 1. Budi Gunarta, Cibinong

• 2. Asihon Siallagan, Batam, Kepulauan Riau

• 3. Bima Sigit Kuspriyadi, Jebres, Solo

• 4. Ancel Bero, Malang

• 5. Helder Nadeak, Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Miley Cyrus Ditawar Tinggi untuk Main Video Dewasa

Posted: 05 Nov 2012 08:53 PM PST

LOS ANGELES, KOMPAS.com -- Mantan bintang Disney Miley Cyrus (19) telah ditawari oleh situs dewasa sex.com untuk main dalam sebuah video dewasa softcore yang akan menjadi hasil garapan ulang dari video musik asli untuk lagu "Decisions", yang dibawakan oleh Borgore featuring Miley Cyrus. Dalam video dewasa itu, Cyrus akan disandingkan dengan aktris film dewasa Jessie Andrews (20), yang memang ambil bagian dalam video musik asli lagu tersebut.

Media Director situs dewasa itu, Martin Ellison, mengirim surat kepada agen artis yang menangani Cyrus. Isinya, "Seperti sudah Anda ketahui, dalam video itu ia (Cyrus) mencium kekasihnya, Liam (Liam Hemsworth, tunangan Cyrus), yang mengenakan topeng unicorn. Kami bermaksud mengganti Liam dengan AVN Starlet of the Year, Jessie!"

Dalam surat itu Ellison juga berbicara mengenai bayaran untuk Cyrus. "Tentu saja, klien Anda akan dibayar sangat tinggi untuk tampil bugil dan melakukan adegan erotis antardua perempuan," tulisnya. Kabar beredar, Cyrus akan dibayar 1 juta dollar AS.

Lanjut Ellison, "Seberapa jauh Miley memilih untuk terlibat, terserah kepadanya. Kami mengagumi penampilan seksinya yang baru dan para member kami di sex.com telah mengirim e-mail kepada kami sepanjang hari, meminta kami menawari Miley dan Jessie untuk main bersama dalam film. Mengingat mereka sama-sama seksi dan muda dalam penampilan, menurut kami video itu akan menjadi video yang paling banyak diunduh sepanjang masa!"

Pihak situs tersebut telah melakukan pendekatan terhadap pihak Beacher's Madhouse di Roosevelt Hotel, Los Angeles (California, AS), yang merupakan tempat shooting video musik asli untuk lagu "Decisions". Pihak situs itu ingin shooting video dewasa untuk lagu tersebut juga dilakukan di tempat itu.

Menurut situs TMZ.com, Andrews telah setuju ambil bagian dalam video dewasa tersebut.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan