Jumaat, 30 November 2012

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Ini Aliran Dana Century kepada Sarwono Cs

Posted: 30 Nov 2012 11:00 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Berkas tiga tersangka kasus pemberian dana talangan alias bail out Bank Century dinyatakan lengkap oleh Jaksa Penuntut Umum. Ketiga tersangka diserahkan Kejaksaan Agung, Jumat (30/11/2012) malam. Ketiganya yakni Johanes Sarwono, Stevanus Farok, dan Umar Muchsin.

Kasubdit Pencucian Uang Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Komisaris Besar Polisi Agung Setya menjelaskan, ketiganya menerima aliran dana Century dari pemilik Bank Century Robert Tantular terkait dana nasabah PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia senilai Rp 342 milar.

"Robert dalam kasus ini melibatkan tiga tersangka ini, terkait dengan pencucian uang. Pencucian uang ini terkait aliran dana yang diambil Robert dari dana nasabah Antaboga kemudian ditempatkan di PT Graha Nusa Utama (GNU)," terang Agung di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat malam.

Ketiga tersangka diketahui membantu pencucian uang. Pada pencucian uang pertama diketahui dana Rp 342 miliar ditempatkan di PT GNU sebesar Rp 127 miliar. Kemudian, Rp 127 miliar dicuci pada layering kedua yaitu dengan cara diambil atau ditransfer bertahap oleh Robert ke PT GNU.

"Jadi, misalnya hari ini diserahkan Rp 2 miliar, besok Rp 4 miliar, lusa Rp 6 miliar, maka hari keempat Robert ambil lagi Rp 10 miliar. Itu layering pertama seperti itu," terang Agung.

PT GNU adalah perusahaan yang didirikan oleh Rober Tantular khusus untuk pencucian uang. Perusahaan tersebut tanpa alamat, tidak memiliki karyawan, dan aset.

Kemudian, dikatakan Agung, pada layering keduanya, dana tersebut ditransfer ke pihak-pihak lain. Pada layering 3 dan 4, ketiga orang tersebut ini membantu proses pencucian uang.

"Sebanyak Rp 68 miliar dikembalikan ke Robert secara bertahap, berarti mencuci uang secara bersama. Kedua, ketiganya, PT GNU ini mengambil perusahaan PT Nusa Utama Sentosa (NUS)," terangnya.

Setelah itu PT NUS dan GNU membeli aset resmi senilai Rp 20 miliar yakni pada Yayasan Fatmawati. Aliran dana tersebut juga diketahui dari hasil audit kedua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

"Itu dibeli seakan-akan dia pembeli, namun menggunakan uang yang kita tahu berasal dari nasabah Antaboga," tambahnya. Total yang dialirkan senilai Rp 127 miliar termasuk pembelian aset senilai Rp 20 miliar.

Kemudian, ketiga tersangka mendapatkan hasil pencucian uang yakni Sarwono Rp 40,9 miliar, Stevanus sekitar Rp 7 miliar, dan Muchsin sekitar Rp 2 miliar.

Sisa Rp 324 miliar masih ditelusuri. Sementara, dugaan tersangka lainnya masih dalam penyelidikan. "Dari Rp 324 itu akan kita telusuri dari Robert, karena Robert yang kuasai. Yang dialirkan cuma Rp 127 miliar," pungkasnya.

Peneliti LIPI: Sayang kalau Mahfud Dampingi Ical

Posted: 30 Nov 2012 09:58 AM PST

Peneliti LIPI: Sayang kalau Mahfud Dampingi Ical

Penulis : Aditya Revianur | Sabtu, 1 Desember 2012 | 00:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai Ketua Umum Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie tidak pantas mendampingi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD. Pasalnya, kualitas kepemimpinan Mahfud jauh lebih baik jika dibandingkan Ical.

Hal itu disampaikan Siti menanggapi hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI). Survei LSI menempatkan Ical sebagai tokoh yang tidak berkualitas mencalonkan diri dalam pilpres 2012. Siti termasuk responden survei itu.

"Kalau Pak Mahfud mendampingi Ical, mending Pak Mahfud tidak mencalonkan diri. Sayang, tokoh seperti Pak Mahfud dampingi orang seperti Ical," kata Siti di Jakarta, Jumat (30/11/2012).

Siti mengatakan, Mahfud adalah figur yang merakyat. Bentuk merakyat itu, adalah kejujuran dan kepolosan. Mahfud dinilainya adalah tipikal pekerja keras.

"Jadi kalau (Mahfud) disandingkan dengan orang yang belum berkeringat jangan lah," tandasnya.

Menurutnya, Mahfud lebih baik berduet dengan Jusuf Kalla (JK). Mahfud dan JK adalah tokoh yang memiliki ketegasan. Namun, mereka tidak memiliki partai. Hal tersebut tidak berpengaruh. Sebab, rakyat mendukung jika kedua tokoh itu maju.

"Mahfud dan JK itu bagus, alternatifnya bisa diusung partai yang tidak besar. Tapi bisa koalisi dengan yang lain-lain. Itu tidak masalah, yang penting partai-partai itu bersatu padu," tandasnya.

Ia mengatakan, Mahfud dan JK memiliki kemiripan dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Mereka adalah tokoh yang merakyat. Namun, dia tidak sependapat jika Joko Widodo maju dalam pilpers 2014. Jokowi lebih baik membangun Jakarta dan maju dalam pilpres 2019.

"Pak Jokowi sangat bagus buat maju jadi presiden. Tapi itu nanti, lagian usia Pak Jokowi kan juga masih muda. Pak Jokowi dan Pak Mahfud itu sama, yaitu sama-sama tegas. Mereka akan cocok," pungkasnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan