Ahad, 9 September 2012

Republika Online

Republika Online


Bolehkah Orang Tua Curhat pada Anak?

Posted: 09 Sep 2012 08:07 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam kehidupan berkeluarga, tak jarang suami istri terlibat dalam konflik. Untuk meredakan kekesalan, terkadang kita pun membutuhkan saluran untuk mencurahkan hatinya. Namun, siapakah orang yang tepat untuk menjadi tempat curhat? Bagaimana dengan anak?

Menurut pakar, hal ini boleh saja dilakukan. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan lebih dahulu sebelum curhat pada anak di antaranya:

1. Usia, kemampuan berpikir, dan kehidupan emosi, perasaan anak. Kemampuan anak berpikir berkaitan erat dengan usianya. Perkembangan otak anak akan mencapai kesempurnaan pada usia sekitar 7 tahun. Di usia ini anak telah mulai menunjukkan kemampuan berpikir yang lebih baik. 

Untuk masalah keluarga yang sederhana seperti bagaimana menjaga kerapian rumah, kamar, dan diri sendiri, Ibu bahkan sudah dapat melibatkannya lebih dini. Misalnya, pada usia 4-5 tahun Ibu akan tercengang dengan ide-idenya.

Hasil penelitian tentang pengasuhan yang dilakukan di luar negeri menunjukkan bahwa masalah keuangan sebaiknya tidak dibicarakan atau tidak ditunjukkan pada anak di bawah usia 6 tahun. Jadi, kalau sekedar imbauan dan aturan untuk berhemat tidak apa. Tapi, usahakan untuk tidak mendiskusikan apalagi bertengkar masalah keuangan dihadapan anak berusia di bawah 6 tahun. Akibatnya akan sangat mempengaruhi bagi sikap dan kelakuannya yang menyangkut keuangan di masa depannya . 

2. Hal lain yang perlu juga kita sadari adalah sebenarnya anak diciptakan Allah memiliki jiwa yang sangat peka terhadap masalah yang dihadapi oleh kedua orangtuanya. Dahi yang berkerut, urat leher menegang, bahu yang terangkat apalagi suara yang keras telah mampu dibaca oleh anak sejak usianya sangat dini, bahwa orangtuanya bermasalah. 

Oleh sebab itu, bila ketegangan dan pertengkaran tak dapat dielakkan, orang tua berkewajiban memberikan penjelasan sesuai usia anak tentang apa yang terjadi dengan kalimat pendek, tetapi jelas. Misalnya, jika mempunyai anak usia 3 tahun yang menyaksikan pertengkaran kecil antara Ibu dan Bapak. Setelah itu selesai, Ibu mencoba mengendalikan emosi dan mengatakan pada anak dengan suara rendah: ''Maaf ya Nak, tadi suara Mama dan Ayah jadi tinggi. Kami agak marah, ada yang kurang cocok pikirannya.'' 

Kalau anak sudah sedikit lebih besar, kita dapat menambahkan, ''Hal seperti ini biasa terjadi antara orang dewasa!.'' Ini penting dilakukan agar anak mengerti apa yang terjadi dan untuk meredakan ketegangan dan kecemasan yang dimilikinya.

Kalau Ibu sudah biasa melibatkan anak dalam masalah keluarga tersebut, kalau anak sudah menjelang remaja atau remaja, Ibu bahkan boleh bertengkar, argumentasi di hadapan mereka dan meminta mereka memberikan penilaian. Hanya saja kedua orang tua perlu bersikap terbuka dan obyektif dalam menerima penilaian tersebut. Tentu saja jenis masalahnya juga harus dipertimbangkan. 

3. Dalam melibatkan anak memeikirkan masalah keluarga yang penting adalah menjaga objektifitas kita sendiri sebagai orang tua. Kita tidak membentuk opini atau mencari 'persekongkolan' atau pemihakan . Ini sangat tidak mudah, karena kalau tidak pandai mengemukakan masalah, anak mudah terwarnai perasaan maupun pikirannya terhadap orang dengan siapa kita orang tuanya mengalami masalah. Dan, bila ini terjadi tidak sehat bagi perkembangan kemampuan anak dalam yang bijaksana. 

Pelibatan anak haruslah dalam kerangka melatih mereka dalam sekurang-kurangnya ketiga hal tersebut di atas. Jadi, bila Ibu misalnya bermasalah dengan adik ipar atau paman mereka, maka Ibu harus mengatakan terlebih dahulu bahwa: ''Ini masalah Mama dengan pamanmu. Kamu tidak punya masalah apa-apa dengan beliau. Mama cuma minta pendapatmu. '' Lalu, Ibu ceritakan masalahnya. Apa yang sering terjadi, orang tua terlupa mendudukkan masalahnya ketika melibatkan anak, sehingga anak mudah jadi ikut-ikutan. 

4. Keadaan dan situasi anak juga perlu dipertimbangkan. Jangan melibatkan anak bila mereka sendiri sedang dalam atau menghadapi banyak masalah. Cara penyampaian masalah juga penting. Hindari menyampaikannya ketika emosi kita sedang tinggi. Sehingga kawatir jalan keluar yang diperoleh juga tidak atau kurang bijaksana.

Ini Dia Manfaat Teh Hijau untuk Otak

Posted: 09 Sep 2012 07:32 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah melewati proses penelitian, para ilmuwan akhirnya memiliki penjelasan mengapa teh hijau baik untuk otak. Menurut para ilmuwan, hal itu terletak pada sifat kimia dari teh hijau yang bisa mempengaruhi produksi sel-sel otak, sehingga bisa meningkatkan memori dan pembelajaran spasial.

"Teh hijau adalah minuman populer di seluruh dunia," kata Yun Bai, profesor dari Third Military Medical University, Chongqing, China. "Sebelumnya sudah banyak perhatian ilmiah tentang penggunaan teh hijau dalam membantu mencegah penyakit kardiovaskuler, tetapi kini akhirnya ada bukti yang muncul bahwa sifat kimianya juga mempengaruhi mekanisme seluler di otak."

Yun bersama timnya memfokuskan pada kimia organik EGCG (epigallocatechin-3 gallate), zat utama pada teh hijau. Selain dikenal sebagai antioksidan, tim peneliti juga percaya bahwa EGCG memiliki efek yang menguntungkan terhadap penyakit degeneratif yang berkaitan dengan usia, demikian yang ditulis dalam jurnal Molecular Nutrition and Food Research.

"Kami menemukan bahwa EGCG bisa meningkatkan fungsi kognitif dengan mempengaruhi generasi sel neuron, yakni suatu proses yang dikenal sebagai neurogenesis," kata Yun. "Penelitian kami ini fokus pada hippocampus, bagian dari otak yang memproses informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang."

Selain itu, tim peneliti juga menemukan bahwa ECGC meningkatkan produksi sel-sel progenitor saraf, yang seperti sel-sel induk bisa beradaptasi, atau membedakan, menjadi berbagai jenis sel. Tim kemudian menggunakan tikus laboratorium untuk mengetahui apakah produksi sel yang meningkat memberikan keuntungan bagi memori atau pembelajaran spasial.

"Kami melakukan tes pada dua kelompok tikus, kelompok pertama menyerap ECGC dan kelompok kontrol kedua tanpa ECGC," kata Yun. "Pertama-tama, tikus dilatih selama tiga hari untuk menemukan platform dalam labirin mereka. Kemudian mereka dilatih selama tujuh hari untuk menemukan platform yang tersembunyi."

Hasilnya, tim menemukan bahwa tikus dengan ECGC memerlukan sedikit waktu untuk menemukan platform yang tersembunyi. Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa EGCG bisa meningkatkan pembelajaran dan memori dengan meningkatkan pengenalan obyek dan memori spasial. Yuk, rajin minum teh hijau mulai sekarang.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan