Jumaat, 31 Ogos 2012

Republika Online

Republika Online


Cina Serukan Dialog Politik Atasi Krisis Suriah Usai Kebuntun di PBB

Posted: 31 Aug 2012 11:22 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Cina kembali bersuara mengenai krisis di Suriah setelah terjadi kebuntuan di tingkat Dewan Keamanan BPBB. Dialog politik adalah satu-satunya cara yang benar guna menyelesaikan krisis berkepanjangan di Suriah, kata Menteri Luar Negeri Cina, Yang Jiechi, Jumat (31/8).

Ia  mengeluarkan pernyataan tersebut selama percakapan telepon dengan Utusan Khusus Baru PBB-Liga Arab untuk Suriah Lakhdar Brahimi, yang diangkat awal Agustus untuk menggantikan Kofi Annan. Cina sangat prihatin dengan situasi yang memburuk di Suriah dan menaruh perhatian besar pada kondisi kemanusiaan di negara Timur Tengah itu, kata Yang.

Masyarakat internasional mesti berpegang pada prinsip penyelesaian politik bagi krisis tersebut, kata Yang sebagaimana dilaporkan Xinhua.

Menteri Luar Negeri China itu mendesak semua pihak yang terlibat dalam krisis tersebut agar sepenuhnya menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan, rencana perdamaian enam-poin Kofi Annan dan komunike Jenewa dari Kelompok Aksi.

Cina, ujarnya,  akan terus bekerjasama dengan masyarakat internasional guna mendorong penyelesaian bagi krisis Suriah, katanya. Yang juga berharap Brahimi akan memainkan peran aktif dalam mengupayakan penyelesaian krisis bagi krisis itu.

Pada Kamis (30/8), PBB menyatakan usul untuk membentuk zona aman di Suriah guna membantu mengakhiri konflik 17-bulan menimbulkan "pertanyaan serius" dan akan perlu dikaji secara teliti.

Sebelum pertemuan mengenai situasi kemanusiaan di Suriah, Prancis dan Inggris memperingatkan Presiden Suriah Bashar al-Assad bahwa aksi militer guna menjamin zona penyangga bagi warga sipil di dalam negeri tersebut adalah salah satu pilihan.

"Usul semacam itu menimbulkan pertanyaan serius dan memerlukan pertimbangan kritis serta cermat," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB Jan Eliasson pada awal pertemuan tingkat menteri.

Turki, pada Selasa (28/8), menyatakan negara itu telah mempertimbangkan untuk membentuk zona penyangga di Suriah. Tapi, menurut diplomat Turki, negaranya belum mengambil sikap jelas mengenai masalah tersebut.

Duh...Tembakau Masih Menumpuk, Belum Ada Pembeli Besar

Posted: 31 Aug 2012 11:12 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO-- Produksi tembakau Virginia Voor Osgt (VO) dan Jawa di Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), awal September ini, masih menumpuk di petani dan pedagang. Hasil panen tersebut belum bisa dijual ke pabrikan yang biasa melakukan pembelian tembakau.

Seorang pedagang tembakau di Desa Ngrandu, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro Suhadak, Sabtu, mengatakan belum ada pabrik rokok besar yang melakukan pembelian tembakau, kecuali PT Noroyono yang membuka pembelian di Desa Medalem, Kecamatan Baureno.

Namun, menurut dia, pembelian tembakau yang dilakukan PT Noroyono, terbatas, hanya memilih tembakau yang kualitasnya bagus. "Tembakau yang kualitasnya rendah tidak dibeli," katanya.

Padahal, jelasnya, saat ini panen tembakau berlangsung secara merata di sejumlah sentra, baik yang sudah diproses petani maupun yang sudah dibeli pedagang lokal. Namun, menurut dia, pedagang masih kesulitan menjual tembakaunya, karena belum ada pabrik rokok besar yang melakukan pembelian tembakau.

Ia mencontohkan, dirinya memiliki 1 ton tembakau rajangan yang belum bisa terjual, karena belum ada pembeli. Bahkan, enam bal tembakau Virginia VO rajangan, dengan berat sekitar 50 kilogram/bal, yang disetorkan ke PT Noroyono, hanya dibeli dua bal dengan harga rata-rata Rp10.000 per kilogram.

"Harga tembakau Rp10 ribu per kilogram itu, jauh lebih rendah dibandingkan harga tahun lalu yang bisa mencapai Rp25 ribu per kilogram, untuk kualitas yang sama," kata Suhadak.

Ia menambahkan, pada musim tanam tahun ini, dirinya juga menanam 460 ribu pohon tembakau di desa setempat juga di desa lainnya, dan semuanya sudah terpanen.

Sementara ini, harga tembakau daun basah petikan tengahan yang merupakan kualitas paling bagus di tingkat petani hanya sekitar Rp700/kilogram, sedangkan rajangan maksimal hanya Rp10.000/kilogram.

Sementara itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bojonegoro Sarif Usman, mendesak, pabrik rokok besar, seperti PT Djarum Kudus, juga pabrik tokok lainnya, secepatnya melakukan pembelian tembakau, untuk mengamankan harga.

Sebelum itu Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bojonegoro Achmad Djuparti, optimistis produksi tanaman tembakau di wilayahnya yang luasnya mencapai 9.000 hektare lebih bisa terserap pabrikan.

Pertimbangannya, lanjutnya, pabrik rokok lokal di daerahnya melaporkan akan melakukan pembelian tembakau kering sekitar 12.000 ton. "Kebutuhan tembakau itu, paling tidak membutuhkan areal tanaman tembakau seluas 10.000 hektare," ucapnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan