Ahad, 8 Julai 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Gelombang panas di AS tewaskan 42 orang

Posted: 08 Jul 2012 05:59 PM PDT

Washington DC (ANTARA News) - Sekitar 42 orang tewas akibat gelombang panas yang melanda negara bagian tengah hingga pantai timur Amerika Serikat.

Sejumlah media mengatakan beberapa korban meninggal adalah lansia yang terperangkap di rumahnya tanpa pendingin ruangan karena pemadaman listrik.

10 korban tewas terdapat di Chicago dan jumlah yang sama juga menimpa warga di Virginia dan Maryland. Masing-masing tiga orang meninggal di Wisconsin, Ohio, dan Pennsylvania, dan dua orang di Tennessee.

Bayi perempuan berusia empat bulan meninggal di dalam mobil setelah ditinggalkan "dalam jangka waktu yang panjang" di Greenfield, Indiana.

Sabtu waktu setempat, temperatur mencapai 41 derajat Celsius di Washington DC - salah satu temperatur terpanas yang pernah terjadi di kota - dan 46 derajat Celsius di St. Louis, Missouri.

"Lebih panas dari neraka," kata John Ghio,turis yang sedang mengunjungi Gedung Putih, pada Reuters.

"Terlalu panas. Ayah saya berkata rasanya seperti dibakar api," kata wisatawan asal China Xiao Duan, 30.

Sementara itu, ratusan orang di West Virginia, Virginia, Ohio, New Jersey, Maryland, dan Indiana masih mengalami pemadaman listrik akibat badai di area tersebut seminggu yang lalu.

Sejumlah kota membuka kawasan pendingin dan jam ekstra di kolam renang umum. Beberapa komunitas menawarkan makanan pada penduduk yang persediaan makanannya rusak akibat lemari pendingin yang tidak dapat berfungsi.

Kelas-kelas musim panas di 21 gedung dibatalkan karena tidak ada pendingin ruangan. Temperatur tinggi juga merusak jalan utama Colombus Drive, membuat jalan itu retak dan melengkung sebanyak 12 centimeter.

Cuaca dingin diperkirakan berada di bagian utara negara bagian tengah, meski badai kuat diperkirakan akan datang karena temperatur rendah.
(nta)
 

Lebih 130.000 warga Suriah melarikan diri ke Jordania

Posted: 08 Jul 2012 05:14 PM PDT

Amman (ANTARA News) - Perdana Menteri Jordania Fayez Tarawneh pada Ahad mengatakan, sekitar 131.000 warga Suriah memasuki kerajaan Arab itu sejak awal kerusuhan di negara mereka pada 2011 hingga saat ini, kata kantor berita dikelola negara Petra.

"Kita berurusan dengan masalah ini dari aspek kemanusiaan, tetapi pada saat yang sama semua memiliki tanggung jawab untuk melindungi Jordania dari pelanggaran-pelanggaran," kata perdana menteri selama pertemuan dengan wakil dari dewan hak asasi manusia negara itu, lapor Xinhua.

"Masuknya warga Suriah menempatkan tekanan pada sumber daya Jordania yang sudah terbatas," kata Fayez Tarawneh.

Jordania secara tidak resmi membuka sebuah kamp bagi pengungsi Suriah, tapi lembaga-lembaga sosial masyarakat di seluruh kerajaan telah memimpin upaya untuk memberikan warga Suriah dengan layanan akomodasi, makanan dan kesehatan.

Pemerintah Yordania telah berulang kali meminta bantuan dari masyarakat internasional untuk memberikan layanan bagi orang-orang Suriah di Yordania itu.

Sementara itu Sekjen PBB Ban Ki-moon sebelumnya mendesak pengurangan jumlah pengamat militer tak bersenjata di Suriah dan meningkatkan tekanan bagi upaya politik untuk menghentikan konflik.

Ban merekomendasikan dalam sebuah laporan misi Suriah dengan upaya "pengurangan komponen pengamat militer" yang ditempatkan di Damaskus, dari kota regional tempat konflik telah berkembang dalam beberapa pekan terakhir.

Dewan Keamanan, yang terpecah belah, harus membuat keputusan tentang masa depan 300 pengamat militer tak bersenjata dan lebih dari 120 staf sipil di Suriah menjelang 20 Juli.

Ketegangan dalam debat mengenai masa depan Misi Pengawas PBB di Suriah tampaknya akan meningkat seiring dengan seruan-seruan negara Barat untuk sanksi terhadap Presiden Bashar al-Assad walaupun ditentang oleh anggota Dewan Keamanan pemilik hak veto, Rusia dan China.

Sekjen PBB menyatakan kecemasannya pada "situasi konflik yang berbahaya dan kecenderungan menuju ke situasi yang merusak" antara pemerintah dan oposisi. (AK)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan