Isnin, 18 Jun 2012

Republika Online

Republika Online


Hati-hati dengan Bekam, Beginilah yang Tepat

Posted: 18 Jun 2012 09:11 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW menjaga kesehatannya dengan menjalani bekam. Perlukah ditiru? "Ya, namun pelaksanaannya tidak boleh sembarangan," ujar dr Agus Rahmadi, dokter dari Klinik Sehat.

Bekam sendiri bisa dikatakan sebagai teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Ini dilakukan dengan peralatan khusus dan dilakukan oleh mereka yang ahli.

Namun, menurut Agus, tidak semua orang boleh dibekam. Mereka yang diabetes, mengalami gangguan pembekuan darah, kelainan darah, anemia, dan gagal ginjal tak disarankan berbekam. "Itu sebabnya sebelum melakukan bekam, pasien harus diukur tensinya dan ditanyakan riwayat kesehatannya," tutur dokter yang sering menjadi pembicara seminar ini.

Bekam, lanjut Agus, harus dipraktikkan oleh orang yang memahami anatomi tubuh. Sebab, kontraindikasinya bisa fatal, berujung pada kematian. "Orang dengan diabetes, misalnya, bisa timbul gangren atau makin parah gangrennya jika dibekam."

Agus menyarankan masyarakat yang tertarik bekam agar datang ke tempat praktik dokter. Di sana, sterilisasi alat, tempat, dan higiene terapis bekam akan lebih terjaga. "Sekarang, banyak orang yang awam berpraktik bekam dengan memakai kop berpindah dari satu pasien ke pasien lain, tanpa disterilisasi," sesalnya.

Bekam saja, menurut Agus, tidak cukup untuk menjaga kesehatan. Bekam hanyalah salah satu cara menuju sehat. "Tirulah Rasulullah secara menyeluruh. Jangan cuma sebagian."

Pola Makan Anda tak Sehat? Waspadai Penyakit Ini

Posted: 18 Jun 2012 07:08 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Jika mengalami sembelit atau diare dan mendapati darah pada feses (kotoran) saat buang air besar, jangan pernah menganggap hal ini sepele. Bagi yang telah berusia di atas 40 tahun, bisa jadi ini merupakan gejala awal kanker usus besar atau kolorektal (KKR).

Karenanya, segera konsultasi ke dokter dan lakukan deteksi dini. Apalagi, tanda-tanda ini dibarengi dengan nyeri perut sebelah bawah, bentuk kotoran yang mengecil dan tipis seperti pensil, anemia serta turun berat badan secara drastis. Di negeri ini, kasus kanker usus besar menempati 10 besar kanker tersering berdasarkan data RS Kanker Dharmais dan RS Ciptomangunkusumo. Seperti halnya jenis kanker (tumor ganas) lainnya, kanker usus besar juga memiliki risiko kematian yang termasuk tinggi.

Pasalnya banyak masyarakat yang belum banyak tahu tentang penyakit yang umumnya terjadi di antara usus besar (kolon) dan dubur (rektum) ini. Kasus yang ditemukan, acap kali sudah terlambat ditangani. Sehingga jamak kasus yang ditemukan sudah masuk pada stadium kritis. Karena sel kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan dan organ tubuh lainnya.

''Padahal, penyakit ini sebenarnya bisa dicegah,'' ujar pakar kanker Universitas Indonesia (UI), Prof Dr dr Aru W Sudoyo SpPD, KHOM, FACP. Menurut Aru, kanker usus besar banyak dipengaruhi oleh pajanan (sering mengkonsumsi) bahan-bahan karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) seperti zat pewarna, zat pelezat serta pengawet yang terjadi akibat gaya hidup.

Seringnya mengkonsumsi makanan berlemak tinggi ala gerai cepat saji (pola makan yang tak sehat), kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol ikut menyumbang penyebab penyakit ini. Pada beberapa kasus, kanker usus besar ini juga dipengaruhi oleh gangguan pada metabolisme tubuh seperti yang ditemukan pada obesitas, faktor genetik serta jarang berolahraga.

Ahli penyakit dalam Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip, dr Andy Maleachi SpKBD membenarkan pentingnya pemahaman kepada masyarakat tentang penyakit kan ker jenis ini. Menurutnya, faktor pe nyebab tingginya angka kasus kanker usus besar akibat ketidaktahuan pasien. Sehingga kasus yang ditemu kan umumnya sudah telanjur parah.

''Jangan dikira pendarahan di dubur saat buang air besar akibat wasir. Sehingga hanya ditanggulangi dengan obat untuk gangguan penyakit ini saja,'' ungkap Andy. Deteksi dini — jika menemui gejala klinis kanker usus besar — merupakan langkah yang paling tepat. Misalnya, dengan pemeriksaan darah dalam tinja dan kolonoskopi.

Bagi orang yang sudah positif mengidap kanker ini, penanganan dilakukan melalui pembedahan, kemoterapi serta radiasi. ''Salah satu prosedur penanganan melalui pebedahan dengan ostomy, yakni perlubangan (stoma) permanen atau sementara pada dinding abdomen untuk pembuangan air besar dan air kecil,'' ujarnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan