Khamis, 26 April 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Bo Xilai Sadap Para Petinggi China

Posted: 27 Apr 2012 03:49 AM PDT

BEIJING, KOMPAS.com - Bo Xilai telah memerintahkan penyadapan telepon antara Menteri Pengawasan Ma Wen dan Presiden Hu Jintao. Ma adalah pejabat pemberantas korupsi. Percakapan ini terjadi Agustus lalu. Demikian diberitakan harian New York Times, Rabu (25/4/2012).

NYT melaporkan puluhan sumber yang terkait dengan Partai Komunis telah mengonfirmasikan penyadapan tersebut. Penyadapan itu merupakan salah satu penyebab Bo diturunkan dari jabatannya di Partai Komunis.

Jika hal itu benar, laporan tersebut mengonfirmasikan rumor tentang insiden yang merebak sejak Maret lalu.

NYT menyatakan Ma dijaga ketat para petugas keamanan saat menghubungi Presiden Hu dari sebuah penginapan di Chongqing, tempat Bo berkuasa. Penyadapan dan pengawasan ini diperintahkan oleh Bo. Topik pembicaraan tidak diketahui, tetapi tampaknya tidak terlalu penting.

Di permukaan, kasus tersebut lebih banyak terfokus pada tuduhan kepada istri Bo, Gu Kailai. Gu dituduh membunuh pebisnis Inggris, Neil Heywood, pada November lalu.

Curiga

Ada banyak versi tentang penyadapan yang dilakukan Bo. Beberapa laporan media asing menyebutkan jaringan penyadapan canggih dibuat oleh Bo dan seorang mantan Kepala Polisi Wang Lijun.

NYT mengutip sumber dari dalam partai yang menyatakan penyadapan dipandang sebagai penentangan langsung terhadap pemerintah pusat. Bo saat ini diperiksa karena tuduhan melanggar disiplin.

"Semua orang di China meningkatkan sistem yang bertujuan menjaga stabilitas, tetapi tidak semua orang berani memonitor pemimpin pusat partai," ujar salah seorang pejabat partai mengenai taktik pengawasan tersebut.

Bo melindungi diri dan Wang Lijun. Dia menjelaskan bahwa penyadapan telepon antara Ma dan Hu adalah kecelakaan. Dia menyatakan perlengkapan mikrofon kecil yang diletakkan di tempat tertentu tidak dimaksudkan untuk pengawasan.

Tidak jelas mengapa pemerintah pusat tidak beraksi cepat menyelesaikan masalah Bo. "Kisah tentang penyadapan Ma Wen dapat saja benar, tetapi hal itu juga menimbulkan pertanyaan. Penyadapan adalah pelanggaran serius, tetapi mengapa harus menunggu terlalu lama?" kata seorang sumber di Beijing.

"Di mana pun Bo ditempatkan, dia tidak pernah sejalan dengan atasannya. Dia selalu curiga pada atasan saat bertugas di Dalian, Liaoning, di Kementerian Perdagangan," ujar sumber lain.(Reuters/joe)

Mendagri Malaysia Bantah TKI Korban Perdagangan Organ

Posted: 27 Apr 2012 02:24 AM PDT

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Malaysia membantah kecurigaan bahwa tiga tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang ditembak mati di Port Dickson, Negeri Sembilan, telah menjadi korban perdagangan organ tubuh manusia.

Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk Seri Hishammuddin Tun Hussein mengatakan, kecurigaan tersebut sama sekali tidak benar dan hanya akan merusak citra Malaysia di mata dunia.

Hishammuddin seperti dikutip harian Utusan Malaysia, Jumat (27/4/2012), mengatakan, satu delegasi dari Indonesia telah datang ke Malaysia untuk membicarakan masalah tersebut dengan Ketua Polisi Negara, Tan Sri Ismail Omar.

"Saya membantah perkara ini dan berharap semua pihak sabar menunggu laporan dari pihak terkait yang melakukan penyelidikan karena ini menyangkut citra negara," katanya.

"Tidak ada apa pun yang hendak saya tutupi, ini bukan cara saya dan Malaysia. Jadi apa yang penting ialah kita tunggu laporan siap sepenuhnya," imbuhnya.

Penembakan keji

Sementara itu dalam surat elektroniknya, Direktur Pengamanan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Brigjen Pol Bambang Purwanto menyebutkan tiga TKI itu ditembak secara keji oleh lima polisi Malaysia.

Bambang menyampaikan hasil penelusurannya ke Malaysia pada Selasa - Rabu (24-25/4/2012) dengan menemukan keterangan yang mengarah kepada fakta penembakan tiga TKI asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Dikatakannya, lima polisi Malaysia itu memberondongkan peluru secara sadis ke arah TKI Herman (34) dan Abdul Kadir (25), asal Dusun Pancor Kopong, Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur, NTB, serta Mad Noor (28) beralamat Dusun Gubuk Timur, Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur.

Otopsi ulang

Sebelumnya, mantan Duta Besar RI untuk Malaysia, Da'i Bachtiar mengatakan kasus ini harus terus dikembangkan termasuk untuk melaksanakan otopsi ulang.

"Saya dukung dilakukannya otopsi ulang karena bisa mengetahui apakah tindakan pihak kepolisian menembak tiga TKI tersebut sesuai SOP," katanya.

Menurut Da'i Bahtiar, hasil otopsi ulang bisa membuktikan berapa banyak peluru yang ada di tubuh korban serta juga mengetahui apakah ada organ tubuh yang hilang.

"Kita akan menemukan berapa peluru yang masuk ke tubuh korban. Kalau ternyata banyak peluru yang bersarang ditubuh korban tentulah itu sangat berlebihan," katanya.

Sebab, kata Da'i, sesuai SOP dikepolisian (tentunya polisi Malaysia juga tahu) tindakan penembakan itu bisa dilakukan apabila betul-betul dalam kondisi mengancam sehingga kalaupun ada penembakan bertujuan untuk melumpuhkan.

"Dengan adanya otopsi ulang itu tentu akan diperoleh fakta-fakta mengenai berapa banyak penembakannya dan juga kondisi dari organ tubuh korban. Oleh karenanya saya sangat mendukung otopsi ulang itu," katanya.

Pada Kamis (26/4/2012), dua dari tiga jasad TKI diotopsi ulang di lokasi pemakaman keluarga, di Lombok Timur. Kedua jasad TKI itu masing-masing Herman (34) dan Abdul Kadir Jaelani (25). Herman dan Jaelani merupakan paman dan keponakan. Keduanya merupakan warga Dusun Pancor Kopong Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela,Kabupaten Lombok Timur.

Sedangkan jasad ketiga yakni Mad Noor (28), diotopsi ulang di lokasi penguburan, Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan