Khamis, 5 Januari 2012

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Naskah "Waiting For Godot" dipentaskan di Makassar

Posted: 05 Jan 2012 07:12 AM PST

Makassar (ANTARA News) - Naskah teater klasik karya Samuel Becket "Waiting For Godot" untuk pertama kalinya akan dipentaskan di Gedung Kesenian Sulawesi Selatan Societeit de Harmony di Makassar, 7-11 Januari 2012.

Produser dari Kala Teater, Bakti Munir di Makassar, Kamis, menjelaskan, Waiting for Godot mengisahkan dua sahabat, yakni Vladimir dan Estragon, yang menanti datangnya sang juru selamat bernama Godot.

"Godot adalah simbol harapan dalam sebuah situasi yang serba tidak pasti. Hari ini, di tengah situasi sosial dan politik yang tidak menentu, naluri dasar kemanusiaan kita sedang berharap datangnya Godot," ucapnya mengurai makna dari naskah yang pertama kali dipentaskan 1953 di Paris.

Penantian Vladimir dan Estragon diwarnai kesedihan, kecemasan, kegembiraan, kekerasan, dan keputusasaan bahkan kadang konflik, namun mereka berkomitmen untuk tetap bersama karena memiliki harapan sama, yakni bertemu Godot.

Pementasan selama lima hari berturut-turut mulai pukul 19.30 WITA, disutradarai Shinta Febrianty dengan menampilkan sejumlah aktor muda Makassar yakni, Ruzel, Fadhli Amir, Adin Amiruddin, Andayani Alam, dan Awan Paris.

Para aktor muda bertalenta ini menjalani proses latihan Waiting For Godot selama empat bulan untuk kemudian menyajikannya ke penonton.

Shinta Febriany mencoba memberi tafsiran tersendiri pada pementasan Waiting For Godot kali ini dari yang biasanya dalam kesuraman, kini akan disajikan dalam tafsir artistik berseri.

"Sebab harapan semestinya disambut dengan suka cita," ucap Shinta.

(T.KR-MH/S016)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Jakarta Biennale #14 di Central Park

Posted: 05 Jan 2012 06:06 AM PST

Central Park Jakarta. (centralparkjakarta.com)

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Jakarta Biennale #14 melanjutkan perjalanannya ke ruang publik, yakni di pusat perbelanjaan Central Park, Jakarta Barat.

Sebanyak 33 karya dari seniman lokal dan internasional dengan karya-karya yang merespon tema "Game, Leisure, and Gadget Victim," akan dipamerkan mulai 4 Januari hingga 15 Januari 2012.

"Pameran seni kontemporer belum pernah diadakan di mal wilayah Jakarta Barat, biasanya mal di Jakarta Pusat. Profil pengunjungnya pun berbeda, maka kami ingin mempublikasikan di tempat-tempat yang pengunjungnya belum terbiasa," kata Kurator Jakarta Biennale #14, Seno Joko Suyono.

Dimulai dari lobi utama lantai dasar, pengunjung disuguhkan dengan kehadiran patung bayi raksasa berukuran sekitar tiga meter dan berwarna perak yang diceritakan sedang asyik bermain game.

Karya seniman Dunadi itu menggambarkan patung bayi yang dililit plasenta merupakan bayi yang masih di dalam janin namun sudah keranjingan dengan game.

Karya yang diberi judul "Baby Game" itu merupakan refleksi anak-anak diperkotaan yang tidak bisa lepas dari dunia game.

Lain lagi dengan seniman asal Yogyakarta, Donna Prawita Arisoeta, yang mencoba membuat parodi merek-merek mewah. Beberapa kantong tas dengan merek seperti Hermes, DKNY, Zara, Lacoste, Guess, Chanel, dan lain lain disusun sedemikian rupa.

"Menurut saya, yang menarik dari karya ini adalah dari segi pembuatanya. Kantong-kantong tas tersebut jika dilihat dari jauh seolah-olah terbuat dari kertas, padahal dibuat dari keramik," ujar Seno.

Selain itu, susunan kantong tas bermerek tersebut diletakkan di antara toko-toko yang memang menjual merek-merek terkenal.

Sementara itu, seniman terkenal, Entang Wiharso membuat satir atas sindikasi donasi dengan karya khasnya yang gelap. Entang membuat kotak-kotak donasi yang terdiri dari lima kotak, yakni Art Museum, War, Kemanusiaan, Teroris, dan Surga yang dijejer di atas meja. Di kotak tersebut juga terdapat video yang menggambarkan masing-masing judul kotak donasi.

Entang juga mengajak pengunjung untuk turut berinteraksi dengan mengisi data dan alasan mengapa memilih salah satu kotak donasi tersebut.

Selain nama-nama seniman tersebut, seniman seperti Taufik Monyong, Anang Saptoto, I Nyoman Agus Wijaya, TiarmaSirait dan masih banyak lagi ikut unjuk karya di sana.

Menurut Seno, ini merupakan kedua kalinya Jakarta Biennale, yang dilangsungkan dua tahun sekali sejak 1968 itu, dilangsungkan di tempat umum, seperti mal, jalanan, dan taman kota.

"Hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan seni kontemporer pada masyarakat," ujar Seno.
(T.MO47)

Editor: Priyambodo RH

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan