Sabtu, 3 Disember 2011

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Ibu, Sosok yang Layak Perangi Terorisme

Posted: 03 Dec 2011 06:21 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com — Ibu diharapkan lebih berperan dalam meluruskan pemikiran radikal atau deradikalisasi anak kandung atau anak didik. Pasalnya, ibu dinilai memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bapak atau pemuka agama.

Ibu memiliki ikatan emosional yang sangat dalam mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, dan mengasuh anak.

Mahfudoh Ali Ubaid, Ketua PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), menjelaskan, ibu memiliki sensitivitas yang lebih tinggi untuk mendeteksi perubahan perilaku dan pola pikir anak. Jika anak mulai berubah, ibu dapat segera meluruskan sehingga pemahaman radikal tidak berkembang.

Selain itu, kata Mahfudoh, kedekatan ibu dengan anak dapat membuat anak lebih nyaman menyampaikan keluhan atau masalah.

"Karena, ibu memiliki ikatan emosional yang sangat dalam, mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, hingga mengasuh anak," kata Mahfudoh saat membuka workshop "Deradikalisasi Agama Berbasis Kiai/Nyai dan Pesantren" di Jakarta, Sabtu (3/12/2011).

Workshop yang diikuti para pengurus NU pusat dan wilayah serta pimpinan pondok pesantren itu digelar bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraoj mengatakan, pengetahuan mengenai radikal untuk orangtua penting lantaran saat ini banyak yayasan Islam di sejumlah daerah yang mengajarkan radikalisme kepada anak-anak muda.

"Mereka mengatasnamakan Islam untuk melakukan tindakan yang tidak Islami. Di Islam tidak boleh ada kekerasan dalam agama. Kami NU tidak satu pun yang terlibat teroris. Kalau terlibat teroris, bukan NU," kata Said.

Kepala BNPT Arsyad Mbai menjelaskan, kelompok radikal menyebarkan berbagai pemahaman sesat, seperti jihad hanya dengan berperang, umat Muslim wajib mewajafkan nyawa dan hartanya sampai semua orang kafir terusir dari bumi, membenarkan merampok untuk mendanai jihad, dan melakukan teror.

"Biar 1.000 ulama kita berbicara, mereka tidak mau mendengarkan. Yang mereka dengar hanya ulama-ulama yang sedang berjihad di medan perang, seperti Osama bin Laden," kata Mbai.

Untuk itu, lanjut Mbai, para kiai, nyai, ulama, dan pimpinan pondok pesantren diharapkan dapat menjadi pihak terdepan melakukan deradikalisasi dengan pendekatan agama.

Full content generated by Get Full RSS.

Eko Maryadi dan Suwarjono Pimpin AJI

Posted: 03 Dec 2011 04:46 AM PST

Organisasi Wartawan

Eko Maryadi dan Suwarjono Pimpin AJI

Maria Serenade Sinurat | Agus Mulyadi | Sabtu, 3 Desember 2011 | 19:10 WIB

MARIA NATALIA

Ilustrasi: AJI turut meramaikan hari Buruh Sedunia, di Bundaran HI, Jakarta Minggu (1/5/2011). Mereka membuat penjara buatan yang akan diarak ke Istana Merdeka.

TERKAIT:

MAKASSAR, KOMPAS.com - Pasangan Eko Maryadi dan Suwarjono terpilih menjadi Ketua dan Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) periode 2011-2014, dalam Kongres Nasional AJI VIII yang berlangsung di Makassar, Sabtu (3/12/2011) ini.

Eko Maryadi dan Suwarjono merengkuh 165 suara, dengan mengalahkan pasangan Jajang Jamaluddin-Ulin Yusron yang mendulang 59 suara. Satu suara abstain.

Keduanya akan menggantikan Nezar Patria dan Jajang Jamaluddin yang memimpin pada periode sebelumnya.

Dalam pemaparan visi dan misi, Eko Maryadi dan Suwarjono di antaranya mengangkat isu penguatan AJI kota. Pasangan ini mengusung tagline "Satu AJI, Satu Indonesia", dan menekankan pentingnya persaudaraan dan semangat kesukarelaan.

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan