Isnin, 28 November 2011

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Pangkalan Pakistan tidak krusial bagi pesawat tak berawak AS

Posted: 28 Nov 2011 08:21 PM PST

Ilustrasi Pesawat Tanpa Awak (airforce.com)

Berita Terkait

Video

Washington (ANTARA News) - Serangan-serangan pasawat tak berawak AS yang menyasar militan di Pakistan tidak akan dibahayakan jika Islamabad benar-benar mendepak Amerika dari sebuah pangkalan udara utama, kata para pejabat dan seorang mantan pajabat intelijen Senin.

Marah terhadap serangan udara NATO Sabtu yang menewaskan 24 prajurit Pakistan, Islamabad telah menutup rute pasokan bagi pasukan pimpinan AS di Afghanistan dan memerintahkan Amerika keluar dari pangkalan udara Shamsi yang digunakan oleh armada pesawat tak berawak CIA, lapor AFP.

Bahkan jika Pakistan melaksanakan ancamannya atas Shamsi, para pejabat AS dan analis mengatakan langkah tersebut sejauh ini simbolis karena Washington dapat menerbangkan pesawat tak berawak Predator dan Reaper dari lapangan udara di negara tetangganya Afghanistan.

"Shamsi itu menyenangkan untuk dimiliki, namun tidak penting bagi operasi pesawat tak berawak. Pengoperasian mereka dapat dilakukan dari pangkalan-pangkalan di Afghanistan," kata Bruce Reidel, seorang mantan pajabat CIA dan anggota senior di think tank Brookings Institution.

Pangkalan udara Shamsi yang terpencil di barat daya negara itu khususnya bermanfaat bagi penerbangan yang terhambat kondisi cuaca buruk, katanya.

Seorang pejabat Senior AS mengatakan fasilitas tersebut bukanlah penghubung menentukan bagi pesawat robot yang telah terbukti sebagai senjata efektif melawan Al-Qaida dan ekstrimis Taliban.

"Masalah sebenarnya bukanlah Shamsi akan tetapi wilayah udaranya," kata seorang pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim, kepada AFP.

Sejauh ini tidak ada tanda-tanda bahwa Islamabad akan melarang pesawat AS terbang melintasi Pakistan, dan pengumumannya menyangkut Shamsi nampaknya dirancang untuk menenteramkan audiens domestik di Pakistan, kata para pejabat.

Pangkalan Shamsi mencerminkan kontradiksi dalam kemitraan yang tidak tenang antara kedua negara, dimana Islamabad enggan untuk secara publik mengakui kerjasama diam-diam dalam upaya kontra-teror AS, yang kebanyakan orang Pakistan memandangnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negaranya.

"Anda harus mengirimkan bahan bakar jet ke Shamsi," kata Riedel. "Publik Pakistan mempunyai kesan tentang sebuah pangkalan yang beroperasi secara ekstrateritorial namun dalam kenyataannya pangkalan itu beroperasi karena angkatan darat Pakistan membantunya beroperasi."

Segera setelah serangan udara Sabtu di perbatasan oleh pasukan NATO, para menteri kabinet dan kepala militer Pakistan menuntut Amerika Serikat keluar dari pangkalan udara Shamsi dalam 15 hari.

Pakistan sebelumnya meminta Amerika agar meninggalkan pangkalan udara tersebut pada Juni namun kemudian tidak jadi.

Meskipun pemerintahan Presiden Barack Obama mempertimbangkan tanggapan terhadap sejumlah tuntutan dari Pakistan, tidak ada rencana untuk menarik serangan pasawat tak berawak, yang dipuji sejumlah pejabat intelijen karena melemahkan jaringan Al-Qaida.

"Pakistan tetap mitra kontra-terorisme penting, dan kami tidak mengantisipasi perubahan signifikan dalam relasi tersebut," kata pejabat AS lain.

Sebuah masalah yang lebih serius bagi Amerika Serikat dan sekutu-sekutu NATO adalah keputusan Pakistan untuk menutup perbatasannya bagi konvoi yang membawa bahan bakar dan pasokan untuk pasukan di Afghanistan yang terkurung daratan.

Hampir separuh dari seluruh kargo dengan tujuan pasukan pimpinan NATO melewati Pakistan.

Secara kasar 140.000 pasukan asing, termasuk sekitar 97.000 pasukan Amerika, bergantung pada pasokan dari luar Afghanistan selama sepuluh tahun perang.

Pakistan telah menutup perbatasan terkait insiden sebelumnya sebagian karena untuk menenangkan kemarahan rakyat, dan para pejabat AS mengatakan mereka berharap penutupan terakhir itu akan bersifat temporer.

Pentagon mengatakan para pejabat tinggi pemerintah dan komandan sedang bekerja dengan pihak Pakistan "mengenai langkah kedepan" menyusul serangan udara tersebut dan Gedung Putih menggarisbawahi pentingnya relasi dengan Islamabad.

Walaupun ketidakpercayaan mendalam antara Amerika Serikat dan Pakistan, tak salah satu negara pun akan mampu menanggung pemutusan hubungan sama sekali, kata para

"Dengan secara permanen memutus pasokan bagi pasukan NATO, Pakistan tidak hanya menghadapi Amerika Serikat namun NATO dan Perserikatan Bangsa Bangsa," kata Riedel. "Pakistan tidak ingin melakukan hal itu." (K004)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

AS diancam serangan cyber

Posted: 28 Nov 2011 07:28 PM PST

Ilustrasi (ANTARA News/Lukisatrio)

Berita Terkait

Video

London (ANTARA News) -  Seorang pejabat teras militer AS mengatakan bahwa Amerika Serikat rentan dari serangan cyber dan dia menyeru tindakan yang lebih agresif untuk melindungi pertahanan online AS.

Komentar yang disampaikan Jenderal Martin Dempsey, Kepala Staf Gabungan AS (panglima TNI-nya AS) ini adalah pernyataan terbaru dari rangkaian peringatakan para pejabat militer AS sebelumnya yang melihat keamanan cyber sebagai mandala yang menjadi titik perhatian utama apalagi Pentagon menolak menaikkan anggaran.

"Kita kehilangan banyak hak kekayaan intelektual. Kita diserang setiap hari. Dan ini membutuhkan pendekatan pemerintah yang menyeluruh," kata Dempsey kepada sebuah forum di London dalam pidato panjangnya semenjak dia mengambilalih jabatan utama di angkatan bersenjata AS itu pada September lalu.

Serangan-serangan terbaru terhadap perusahaan-perusahaan AS seperti Google Inc, bursa saham Nasdaq, Lockheed Martin Corp, dan RSA (divisi keamanan jaringan dari EMC Corp), telah memberi alasan bagi pemerintah dan militer AS untuk memperbarui rasa kemendesakan mengenai mengatasi ancaman terhadap jejaring-jejaring komputer AS.

Sebuah laporan yang dirilis intelijen AS November ini mengidentifikasi China dan Russia sebagai negara-negara yang paling aktif dan getol menggunakan spionase cyber guna mencuri rahasia dagang dan teknologi AS.

Namun pencurian data hanyalah satu dari sekian keprihatinan.  Para pejabat AS telah meningkatkan peringatan mereka mengenai kemungkinan serangan cyber destruktif setelah virus komputer Stuxnet muncul pada 2010.

Stuxnet diyakini telah melumpuhkan sentrifugal yang digunakan Iran guna memperkaya uranium untuk apa yang dituduh AS dan sejumlah negara Eropa sebagai program pengembangan senjata nuklir secara terselubung.

"Kita tidak kebal dari pemaksaan di cyber. Dan kita harus memburunya. Kami tengah melakukannya....namun menurut pandangan saya kita perlu bekerja lebih keras lagi," kata Dempsey seperti dikutip Reuters.(*)

Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan