Isnin, 28 November 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Masyarakat Arkeologi Indonesia apresiasi Tim Katastropik Purba

Posted: 28 Nov 2011 06:26 AM PST

Cagar Budaya dugaan piramida di Garut, Jabar. (Istimewa)

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Pendiri Masyarakat Arkeologi Indonesia Dr. Ali Akbar melakukan audiensi dengan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam yang diwakili asistennya Basroni Kiran SH, MH pada (27/11) terkait informasi yang beredar di media massa tentang temuan Tim Katastropik Purba perihal adanya kemungkinan Piramida di Jawa Barat (Bandung dan Garut).

Keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, menyebutkan dalam pertemuannya tersebut, Dr. Ali Akbar menyampaikan bahwa "Tim Katastropik Purba yang berisi para ahli geologi yang berkompeten, dan berdasarkan informasi yang kami ketahui telah melaporkan dugaan tersebut ke instansi yang menangani bidang kebudayaan."

"Informasi dari setiap orang, termasuk Tim Katastropik Purba perlu diapresiasi dan ditindaklanjuti terutama karena berawal dari kajian ilmiah khususnya geologi. Tindak lanjut berupa penelitian arkeologi di lapangan perlu dilakukan melalui pemerintah baik pusat maupun daerah khususnya satuan tugas yang menangani urusan kebudayaan," katanya.

Dalam kesempatan yang sama Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, melalui Asistennya, Basroni Kiran SH, MH mengatakan bahwa sesuai dengan UU No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang untuk melaporkan sesuatu yang diduga sebagai cagar budaya kepada pemerintah.

Dalam konteks inilah, tim mengusulkan agar morfologi geologi yang mencurigakan tersebut diteliti secara arkeologi dan dalam proses penelitian, diperlakukan sebagai cagar budaya.

"Pada Minggu (27/11) kami melakukan kembali rapat koordinasi antara para ahli geologi yang tergabung dalam Tim Katastropik Purba dengan Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, untuk memantapkan langkah-langkah terkait temuan di beberapa wilayah, termasuk di Garut." kata Basroni Kiran.

"Semoga saja, para peneliti lintas disiplin ilmu dapat segera mengungkap dugaan keberadaan Piramida di Garut dan wilayah lain di Indonesia, untuk menjadi tonggak baru penulisan sejarah, budaya dan peradaban Indonesia." katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Ahmad Tohari apresiasi TNI terkait "Sang Penari"

Posted: 28 Nov 2011 12:42 AM PST

Penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari (FOTO ANTARA/Teresia May)

Berita Terkait

Purwokerto (ANTARA News) - Budayawan Ahmad Tohari memberikan apresiasi kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) atas izin terhadap film "Sang Penari" yang diangkat dari novelnya yang berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk".

"Filmnya lumayan bagus, penting bagi generasi muda untuk menonton film ini. Ini promosi ya," kata Ahmad Tohari di sela-sela acara "Gendu-Gendu Rasa: Nguri-uri Budaya Banyumasan" yang diselenggarakan Pusat Penelitian Budaya Daerah dan Pariwisata Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, di Gedung LPPM Unsoed Purwokerto, Senin.

Menurut dia, hal ini disebabkan dalam film "Sang Penari" terdapat adegan dramatisasi politik, berupa adegan penembakan orang-orang yang dianggap terlibat Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).

Padahal, kata dia, adegan tersebut tidak ada di dalam novel karyanya yang berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk".

"Ini merupakan keberanian dari sutradara untuk menampilkan adegan tersebut. Juga satu hal lagi, kok tentara (TNI) mengizinkan film ini beredar, jadi kemajuan pula yang dilakukan tentara karena membiarkan film ini lolos ke masyarakat," kata dia yang akrab dipanggil dengan sebutan "Kang Tohari".

Oleh karena itu, dia mengaku berterima kasih kepada sutradara yang berani mengungkap adegan pembunuhan terhadap orang yang dianggap anggota PKI, serta kepada TNI yang membiarkan film ini lolos.

"Itu merupakan perubahan yang luar biasa. Dan saya membiarkan sutradara untuk menafsirkan novel saya untuk dijadikan film karena yang akan difilmkan adalah tafsir sutradara, bukan teks saya," kata dia menegaskan.

Disinggung mengenai inspirasi pascapeluncuran film "Sang Penari", dia mengaku ingin melaksanakan anjuran almarhum HB Jassin yang sengaja menemuinya pada tahun 1987 untuk memintanya melanjutkan novel "Ronggeng Dukuh Paruk" ini.

Dalam hal ini, kata dia, almarhum HB Jassin meminta novel tersebut dilanjutkan dengan menyoroti kehidupan Goder (sosok anak kecil dalam novel tersebut, yang masih memiliki jiwa lurus di tengah kehidupan Dukuh Paruk yang penuh kemaksiatan, red.).

"Itu anjuran Pak HB Jassin yang selama ini saya diamkan. Nah, akhir-akhir ini saya tergoda untuk merenungkan kembali anjuran Pak HB Jassin. Siapa tahu sekarang ini saya akan menulis, tapi saya tak berjanji ya," katanya.

Seperti diketahui, film "Sang Penari" yang tayang perdana di bioskop mulai 10 November 2011 ini diangkat dari novel karya Ahmad Tohari yang berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk"

Film yang disutradai Ifa Isfansyah ini menggambarkan pertemuan sepasang kekasih bernama Rasus dan Srintil setelah lama berpisah.

Dalam hal ini, Rasus meninggalkan Dukuh Paruk karena menjadi seorang tentara, sedangkan Srintil menjadi seorang penari ronggeng. 
(ANT)

Editor: AA Ariwibowo

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan