Khamis, 27 Oktober 2011

KOMPASentertainment

KOMPASentertainment


"Urban Jazz Crossover" Juga Hiburan Mata

Posted: 28 Oct 2011 03:43 AM PDT

SURABAYA, KOMPAS.com -- Sejak pertama kali digelar pada 2008, Urban Jazz Crossover tak semata menyuguhkan musik jazz yang dipadu dengan musik-musik lain. Tata panggung dan tata cahaya ikut menjadi tontonan yang memanjakan mata.

Begitu pula dengan Urban Jazz Crossover 2011, yang sudah sampai di kota ketiga, Surabaya (Jawa Timur), dari lima kota tur tersebut. "Yang kami harapkan, semua elemen bisa add on, tidak hanya menjadi background," kata Show Director Urban Jazz Crossover, Nanda, dalam wawancara di Grand City Convex, Surabaya, Kamis (27/10/2011).

Nanda membuat sentuhan atraktif pada lampu-lampu LED yang biasanya digunakan pada latar belakang panggung. "Nanti akan ada sensor see true. Semula (di panggung) akan terlihat (visualisasi) seperti TV rusak. Terus, (visualisasi itu) dihapus dengan (lampu) senter. Orang tidak pernah mengira sebelumnya kalau senter bisa jadi sensor. Jadi, setelah dihapus, pelan-pelan para pemain musik akan terlihat. Ide ini didapat saat pameran Dallas Motor Show," jelas Nanda.

Untuk menghadirkan efek visual itu, Nanda menggunakan teknologi yang tak biasa. "Ini bukan standar yang Indonesia pakai, tapi ini standar yang dipakai saat musical play," terangnya.

Namun, menghibur mata para penonton bukanlah perkara mudah bagi Nanda. "Jadi, supaya konsep see true ini berhasil, saya terpaksa mematikan lampu meja partitur (yang digunakan oleh para pemusik). Pemain brass dan pemain biola di beberapa lagu harus menghapal partitur yang mirip toge goreng itu, di beberapa lagu saja," terangnya lagi dengan bumbu canda. "Karena, kalau enggak begitu, cahaya lampu partitur akan tembus ke bagian depan LED," lanjutnya.

Menurut Event Manager dari PT HM Sampoerna Tbk, penyelenggara Urban Jazz Crossover, Astari Fitriani, visualisasi itu akan menambah mood dari setiap lagu yang disuguhkan. "Yang kami pikirkan cukup detail. Intinya, kami ingin pergelaran musik yang overall, tidak hanya menyajikan musik, tapi ada juga visualisasinya untuk menambah mood lagu. Harapan kami, orang akan ingat lagu itu pas lagi di zamannya," katanya.

Full content generated by Get Full RSS.

Jane Shalimar Ikut Asuransi untuk Berobat di Luar Negeri

Posted: 28 Oct 2011 02:53 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com -- Artis peran Jane Shalimar mengaku sempat tak percaya terhadap asuransi, sebelum beberapa orang terdekatnya menganjurkannya untuk ikut asuransi dan ia sendiri merasakan manfaatnya.

Sampai tiga tahun yang lalu, kekasih pemain film Iko Uwais ini masih merasa nyaman mengeluarkan uang tunai untuk melakukan pembayaran biaya pengobatan. "Ya, aku sempat skeptis sama asuransi. Aku mikir, takut uangku justru hilang. Karena itu, aku lebih suka pakai uang cash kalau ada apa-apa," kata Jane saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Kamis (27/10/2011).

Tapi, atas saran beberapa orang terdekatnya, Jane akhirnya ikut mengasuransikan kesehatannya sejak tiga tahun lalu. "Orang-orang di sekelilingku ngingetin kalau asuransi kesehatan itu penting," katanya.

Benar saja, Jane merasakan sendiri manfaat asuransi tersebut ketika ia sakit dan butuh pengobatan segera. "Untungnya aku sudah ikut asuransi, karena pas aku sakit, aku lagi enggak prepare (uang tunai). Pokoknya, waktu itu lagi urgent banget kondisinya," ceritanya.

Sejak kejadian itu, Jane memupus pandangan negatifnya terhadap asuransi. Kini, tiga kartu asuransi justru ikut mengisi dompetnya. "Sekarang aku malah ikut tiga asuransi yang berbeda dan salah satunya ada yang internasional. Kan kalau berobat ke Singapura, bisa dipakai asuransinya," alasannya.

Jane juga mengasuransikan pendidikan anaknya. "Anakku juga aku asuransikan pendidikannya. Kalau sekarang kan saya masih mampu kerja, tapi biaya pendidikan itu semakin tinggi," jelas janda cerai yang punya satu anak ini.

Dengan manfaat yang didapatnya, Jane merasa biaya yang dikeluarkan untuk premi asuransi tak seberapa dibanding dengan harus membayar langsung uang muka jika masuk rumah sakit. "Enggak seberapa kok. Rp 10 juta untuk satu tahun itu lebih ringan daripada harus deposit Rp 10 juta untuk biaya rumah sakit," ujarnya.

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan